Mulai dari menghentikan sementara kegiatan belajar di sekolah bagi para pelajar hingga anjuran agar melakukan work from home bagi sejumlah kalangan pekerja. Kondisi itu membuat jalanan menjadi sepi dan berdampak kepada para pedagang yang setiap harinya harus tetap berjuang dengan keluar rumah demi mencari nafkah.
Salah satunya seperti yang dirasakan oleh Hidayat (50) seorang pedagang cuanki di Kota Cimahi. Dia mengaku pendapatannya berkurang akibat kemunculan wabah tersebut.
Dia mengungkapkan sebelum wabah Corona masuk ke Indonesia dia mampu mengumpulkan hingga Rp 200 ribu dari hasil jualannya. Setelah memenuhi kewajiban setor pada sang pemilik barang dagangan, ia bisa mengantongi Rp 70 ribu untuk dibawa pulang ke rumah.
"Tapi sekarang paling cuma bisa ngumpulin Rp 75 ribu, itu juga harus disetor ke bos. Paling dapat Rp 20 ribu. Karena bos juga nombok. Memang sekarang kondisinya sepi, sedih jadinya," kata Hidayat ditemui disela ia berjualan, Jumat (3/4/2020).
Bahkan dia mengungkapkan beberapa waktu lalu dalam setengah hari dia hanya mampu menjual satu mangkok saja dengan harga Rp 8 ribu. Padahal hari itu, cuaca cukup cerah dan menjanjikan untuk mendapat banyak pelanggan.
"Sekitar tiga hari yang lalu, saya jam 12 siang baru bisa jual semangkuk. Padahal biasanya jam segitu bisa terkumpul Rp 50 ribu. Tapi ya namanya juga usaha, kalau di rumah juga enggak ada penghasilan. Mau kerja yang lain, saya enggak bisa apa-apa lagi," ucapnya.
Selama 20 tahun berjualan cuanki, Hidayat menyebut pandemi Corona ini memberikan dampak yang sangat luar biasa menyiksa, baginya dan bagi masyarakat menengan ke bawah lain yang berjuang mendapat rupiah setiap hari.
"Ini paling parah selama saya jualan cuanki. Ya harapannya bisa segera selesai wabahnya, jadi bisa jualan dengan aman dan nyaman. Sebentar lagi juga puasa dan lebaran, mudah-mudahan ada rezekinya buat pulang kampung," ujarnya.
(mso/mso)