Ismail menceritakan Menjangan Wulu sengaja membuat wabah penyakit lantaran kesal dengan banyaknya masyarakat yang memilih untuk memeluk Islam. Menjangan Wulu geram melihat Masjid Agung Sang Cipta Rasa 'diserbu' masyarakat yang ingin beribadah.
"Masyarakat yang saat itu belum memeluk Islam penasaran dengan bentuk dan ornamen masjid (Masjid Agung Sang Cipta Rasa). Apalagi saat azan dikumandangkan, akhirnya masyarakat berani memeluk Islam," kata Ismail saat berbincang dengan detikcom beberapa waktu lalu.
Menjanga Wulu pun bereaksi. Ia mencari tahu alasan masyarakat Cirebon memeluk Islam. Menurut Ismail, Menjangan Wulu menyimpulkan suara merdu azan menjadi salah satu alasan masyarakat memeluk Islam.
Hingga akhirnya Menjangan Wulu menyerang para muazin melalui wabah penyakit yang diciptakannya. Sehinga, muazin Masjid Agung Sang Cipta Rasa berjatuhan akibat serangan wabah penyakit. Kondisi demikian membuat orang-orang enggan menjadi muazin, lantaran langsung terserang penyakit saat mengumandangkan azan.
"Racun itu bereaksi ketika ada orang azan. Menyerang muazin, mengakibatkan sakit. Akhirnya tak bisa azan. Kemudian Nyi Mas Pakung Wati memerintah agar muazinnya itu jangan satu," kata Ismail.
Intruksi Nyi Mas Pakung Wati pun langsung dilaksanakan. Azan pun dikumandangkan oleh dua orang. Sayangnya, dua orang muazin itu langsung menderita sakit akibat serangan Menjangan Wulu. Ternyata, Menjangan Wulu menaruh racun di lingkungan masjid.
"Hingga akhirnya Nyi Mas Pakung Wati menginstruksikan azan dikumandangkan oleh tujuh orang. Ternyata, setelah tujuh muazin itu mengumandang azan tak terjadi apa-apa. Tidak ada serangan racun. Azan berhasil diselesaikan," kata Ismail.
Setelah azan dikumandang, terdengar suara ledakan yang kencang dari atap masjid. "Ledakan itu dari racun yang dibuat Menjangan Wulu. Akhirnya azan pitu terus dilanjutkan setiap salat lima waktu," kata Ismail.
Setelah serangan wabah penyakit yang ditimbulkan dari racun Menjangan Wulu sudah berhasil diatasi, akhirnya Nyi Mas Pakung Wati menginstruksikan agar azan pitu dikumandangkan hanya saat Salat Jumat.
"Sampai sekarang masih dikumandangkan. Ya, muazin azan pitu ini dilakukan turun temurun. Saya jadi muazin, karena kakek saya pernah jadi muazin di sini," ucap Ismail.
Sekadar diketahui, dalam catatan sejarah Masjid Agung Sang Cipta Rasa awalnya bernama Masjid Pakung Wati. Menurutnya nama masjid berubah sekitar tahun 1970. "Karena ini kan persembahan buat istri Sunan Gunung Jati, jadi awalnya bernama Masjid Pakung Wati," kata Ismail.
(ern/ern)