Kondisi rumah yang tidak layak huni itu membuat Heri dan ketiga adiknya untuk sementara tinggal di kediaman tetangga. "Untuk sementara mereka di sini dengan saya, karena kondisi rumahnya tidak bisa ditinggali. Mau dibedah sama Karang Taruna dan warga," ujar Abah Onih.
Menurut Abah Onih, ular yang mematuk Nuryani hingga tewas berkulit belang hitam dan putih. "Kalau warga di sini menyebutnya ular welang, memang berbisa. Dulu ada dua ekor, yang satu mati sama warga (setelah mematuk ayah Heri). Tersisa satu lagi," tuturnya.
Ular liar itu diduga berasal dari tebing yang tidak jauh dari perkampungan padat penduduk tersebut. "Ada satu lagi yang ukuran panjangnya lumayan. Sekitar dua meteran. Warga pernah berburu, tapi tidak ketemu," ucap abah Onih.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Wajah sudah lebam-lebam, almarhumah juga sempat bilang penglihatannya mendadak buram. Saat itu kami antar dia periksa, dikasih obat tapi enggak masuk hanya sampai tenggorokan," cerita Abah Onih.
Karena obat tidak masuk, saat itu Nuryani memilih untuk istirahat. Pagi harinya ia meninggal.
"Ketahuan pagi, wajah dan sebagian tubuhnya lebam-lebam," kata Abah Onih.
(sya/bbn)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini