Usai melihat pelaku pria itu kemudian memilih mundur, wajahnya memerah menahan amarah sejurus kemudian tangannya bergerak mengelus dada. "Anak saya menjadi korban pelaku," lirih pria berisial A (34) kepada awak media, Selasa (25/9/2018).
Dibanding dengan orang tua korban yang lain, pria berkemeja putih salur hitam ini sedikit lebih terbuka kepada wartawan yang mewawancarainya. Pria ini mengaku berharap rasa aman dengan mempercayakan anaknya ke sekolah saat jam pelajaran.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ayah korban menghubungi detikcom, Rabu (26/9/2018) pagi tadi. Dia mengaku khawatir dengan psikologis anaknya sementara perhatian dari pihak sekolah dan pemerintah sama sekali tidak ada.
"Anak saya korban yang paling banyak dicabuli oleh pelaku, sejauh ini penanganan kepolisian profesional namun dari pihak sekolah dan dinas pendidikan minim perhatian. Saya yakin mereka tahu anak saya berhenti sekolah karena alasan itu (pencabulan), tapi mereka seolah tertutup dan tidak mau terlibat" tutur dia.
Dia mengaku mendapat kesaksian dari putranya itu, seluruh rentetan kejadian diceritakan termasuk aksi pelaku yang terjadi saat jam sekolah.
"Selesai olahraga, anak saya di seret pelaku lalu mendapat kekerasan secara seksual. Oke mungkin saat istirahat, tapi tetap masih jam sekolah, saya bukan ingin menyalahkan siapa-siapa saya hanya mau bagaimana mereka merespons peristiwa ini yang saya anggap sangat minim," ungkap dia.
Anaknya yang menjadi korban mengaku berhenti sekolah, pihak sekolah sendiri tidak begitu memperhatikan alasan dari anaknya itu.
"Anak saya bilang mau pindah sekolah, tapi nyatanya dia trauma jadi belum mau sekolah lagi. Saya berharap ada pendampingan dan pemulihan psikologis, sampai nyaris tiga pekan pengungkapan belum kami dapatkan," ujar A.
Tonton juga 'Bejat! Predator Anak di Sukabumi Cabuli 12 Korban':
(sya/mud)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini