Namun setelah tiga tahun diresmikan, taman tersebut berubah drastis. Hamparan rumput sintetis yang hijau mulai kusam dan sejumlah fasilitas seperti taman bunga serta taman bermain anak dibiarkan rusak.
Baca juga: Potret Kerusakan Taman Alun-alun Bandung |
Kabid Pertamanan Dinas Perumahan Kawasan Pemukiman Pertanahan dan Pertamanan (DPKP3) Kota Bandung Iwan Sugiono mengakui soal permasalahan itu. Ia menyebut hingga kini Taman Alun-alun Bandung masih menjadi tanggung jawab pemberi dana corporate social responsibility (CSR) karena belum diserahterimakan ke Pemkot Bandung. Sementara pemerintah hanya membantu menjaga dan merawat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Iwan mengatakan di lokasi sudah diberi tanda larangan agar warga atau wisatawan tidak membawa makanan dan minuman ke area rumput sintetis, juga melepas alas kaki. Bahkan sejumlah petugas selalu mengingatkan.
![]() |
"Ada juga permen karet, bekas makanan. Padahal sudah jelas ada pengumuman dan petugas yang mengingatkan agar tidak bawa makanan dan minuman, alas kaki juga harus dibuka. Tapi tetap saja ada yang membandel. Kadang rumput dicabut-cabut, banyak yang terkelupas," tuturnya.
Lebih parahnya lagi di area bermain anak warga tidak hanya merusak, tapi ada juga laporan alat permainan yang hilang diduga dicuri.
"Kemarin juga ada orang gila merusak. Pot dijungkel-jungkelkeun (diguling-gulingkan) jadi ararancur (hancur), ngamuk orang gilanya. Kalau kita berhadapan dengan orang gila susah juga," ujar Iwan.
Ia berharap warga dan wisatawan bisa lebih peduli dengan lingkungan terutama fasilitas umum seperti alun-alun. Jika melihat orang yang merusak atau mencuri, Iwan menyarankan agar segera menegur atau melapor pada petugas.
"Jadi kita bisa mengantisipasi meminimalisir kerusakan-kerusakan, pencurian-pencurian dan kehilangan. Kita mohon bantuan karena kita pemerintah tidak bisa melakukan sendirian tanpa partisipasi warga sebagai pengguna," ujar Iwan.
Tonton juga 'Ini Alun-alun Yogya yang Jadi Tempat Parkir dan Tarifnya Diprotes':