"Perguruan tinggi haruslah peka terhadap tantangan yang dihadapi oleh masyarakat karena dengan kepekaan itulah perguruan tinggi dapat secara cepat memberikan rekomendasi serta solusi untuk menjawab segala permasalahan. Harapan ini dapat diwujudkan oleh para ahli di bidangnya masing-masing yang umumnya dihasilkan oleh perguruan tinggi," ujar Nasir dalam rilis yang diterima detikcom, Kamis (3/5/2018).
Founder Bitread Anita Hairunnisa mengatakan kompetisi kali ini terbilang unik. Sebab konsep lomba terinspirasi dari Hackathon dan berbeda dari yang lain.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kompetisi ini ditujukan bagi peserta dari tiga latar belakang yang berbeda, yakni mahasiswa, dosen dan tenaga pengajar di lingkungan pendidikan tinggi serta peneliti.
Kompetisi terbagi dalam tiga fase yakni seleksi (kompetisi), pengumuman hasil seleksi dan karantina Writingthon. Kompetisi dibuka pada 2 Mei 2018 bertepatan dengan Hari Pendidikan Nasional.
Pada fase ini, para peserta mulai mengirimkan tulisan dari sub tema yang ditentukan yakni lingkungan/sosial ekonomi (mahasiswa), humaniora (dosen dan tenaga pengajar) dan kesehatan/teknologi (peneliti).
Pengiriman karya tulis ditutup pada 30 Mei 2018. Hasil seleksi akan diumumkan pada 11 Juni 2018.
Fase berikutnya ialah karantina Writingthon yang dilaksanakan pada 28-30 Juni 2018 di Jakarta. Para pemenang akan diundang mengikuti Writingthon untuk menghimpun tulisan mereka dan mengemasnya menjadi sebuah buku sebagai karya kolektif.
Selama tiga hari, para pemenang akan meramu kembali naskah yang mereka kirimkan demi menyusun sebuah buku berjudul Indonesia untuk Citarum Harum. Rencananya, buku ini akan diterbitkan dan diluncurkan pada 10 Agustus 2018 di Riau dalam momentum Hakteknas. (bbn/bbn)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini