Cerita bermula saat usia Engkus masih 6 tahun. Melihat keterbatasan putranya, Dudun memilih tidak menyekolahkan Engkus. Meski tidak sekolah, Engkus diajari membaca oleh saudara dan kakak-kakaknya.
Dari banyaknya buku yang diberikan, Engkus malah lebih memilih membaca kamus Indonesia - Inggris. Dalam waktu singkat Engkus menguasai bahasa Inggris lengkap dengan tata bahasanya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dudun hanyalah seorang buruh serabutan, apapun dia kerjakan. Bertani, berkebun hingga merawat hewan peliharaan tetangganya dia lakukan. Setiap rezeki yang dia dapat dia berikan kepada Upun (65), istri dan dua kakak Engkus, Ajid Iskandar (45) dan Leni (33).
"Suatu ketika Engkus ini ingin punya telepon seluler, saya sempat bingung. Saya nanya kamu mau ngetik di ponsel bagaimana caranya, dia jawab mau pakai kaki lama-lama pasti bisa. Saat itu kakaknya yang belikan dia telepon, dia memang tidak pernah menyerah sampai akhirnya dia bisa menulis di ponsel," tutur Dudun.
Pernah suatu ketika Dudun penasaran dengan aktivitas putranya itu. Dia bertanya langsung kepada Engkus dan mendapat jawaban dia membagikan kepandaiannya berbahasa inggris di media sosial.
"Awalnya enggak percaya, tapi suatu ketika ada muridnya yang mengirim video ucapan terimakasih di situ saya baru percaya. Sampai kemudian ramai seperti sekarang, katanya dia ikut grup sampai puluhan ribu orang yang ngikut dan belajar," ujarnya.
"Buat saya dia istimewa, begitu juga untuk Almarhumah istri saya yang baru meninggal 5 bulan yang lalu. Saya merasa dia ini tidak memiliki kekurangan, dia sempurna dan putra terhebat saya yang saya besarkan dengan kasih sayang," tandas Dudun. (ern/ern)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini