Engkus (30) sudah duduk bersandar di kursi kesayangannya, dengan lincah jari kaki kanannya mengetik rangkaian kata di ponsel layar sentuh miliknya.
"Having a physical disability is not an obstacle for me to keep learning and making my dreams come true, (Memiliki cacat fisik bukanlah halangan bagi saya untuk terus belajar dan mewujudkan impian saya)," tulis Engkus di ponsel tabletnya itu saat ditemui detikcom di rumahnya, Senin (23/4/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jaringan internet sedang jelek, dari tadi saya hanya ngetik di memo tablet. Kalau koneksi bagus baru saya share ke Facebook," lirihnya dengan suara terbata-bata.
![]() |
Dudun (77), sang ayah, menyeka keringat yang keluar dari dahi putra ketiganya itu. Sejak Upun (65), istrinya, meninggal 5 bulan yang lalu, Dudun sendirian merawat Engkus. Terkadang bergantian dengan putrinya atau kakak Engkus.
Engkus anak bungsu dari tiga bersaudara, kedua kakaknya, Ajid Iskandar (45) dan Leni (33), sudah berkeluarga. Leni kadang menggantikan peran sang ayah untuk mengurusi keperluan Engkus.
"Jari-jari kaki saya biasanya digunakan untuk mengetik. Saya benar-benar bersyukur kepada Allah karena memberikan jari-jari kaki yang berguna bagi saya," ujarnya.
Melalui media sosial, Engkus memiliki banyak murid yang bergabung belajar bahasa Inggris. Mereka rajin mengikuti setiap pelajaran yang diajarkan Engkus via dunia maya ini. Mata pelajarannya beragam, tata bahasa hingga tulisan dalam bahasa Inggris.
![]() |
"Semua saya pelajari autodidak ketika masih berusia enam tahun. Kalau film kan ada teksnya di bawah dari itu saya belajar. Ada juga dari kamus pemberian kakak," tutur Engkus menjelaskan kemampuannya berbahasa dan menulis dalam bahasa Inggris.
"Saya ingin menunjukkan kepada penyandang disabilitas untuk tetap semangat meskipun dalam keterbatasan. Apa yang saya lakukan semoga bisa menjadi motivasi untuk mereka yang mengalami kekurangan," tutur Engkus. (bbn/bbn)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini