Respons Budayawan Soal Jalan Majapahit dan Hayam Wuruk di Bandung

Respons Budayawan Soal Jalan Majapahit dan Hayam Wuruk di Bandung

Mukhlis Dinillah - detikNews
Kamis, 08 Mar 2018 21:42 WIB
Pembahasan rekonsiliasi ini dilakukan oleh Gubernur DIY Sri Sultan HB X, Gubernur Jawa Timur Soekarwo dan Gubernur Jabar Ahmad Heryawan. (Foto: Istimewa)
Bandung - Rekonsiliasi budaya Sunda-Jawa tengah dilakukan tiga provinsi. Salah satunya dengan cara mengubah nama jalan di ibukota provinsi. Di Kota Bandung, ada dua ruas jalan provinsi yang akan diberi nama Jalan Majapahit dan Jalan Prabu Hayam Wuruk.

Gubernur Jabar Ahmad Heryawan mengatakan dua jalan provinsi yang diusulkan akan diganti adalah Jalan Gazebo (depan Hotel Pullman) dan Jalan Kopo pendek (RS Immanuel). Namun, belum ditentukan yang mana jalan diberi nama Majapahit dan Prabu Hayam Wuruk.

Budayawan Sunda Yayat Hendayana menuturkan menyambut baik upaya rekonsiliasi budaya Sunda - Jawa yang dilakukan pemerintah. Hal ini merupakan langkah yang baik untuk memperbaiki sejarah kelam antara dua suku terbesar di Indonesia.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Menurut saya ini sebuah langkah pertama yang baik dan harus kita lanjutkan. Misalnya di Jawa sudah mulai menempatkan nama Sunda di sana, seperti Siliwangi dan Padjajaran," ujar Yayat saat dihubungi detikcom, Kamis (8/3/2018).


Kendati demikian, dia mengatakan, Pemprov Jabar jangan terlalu tergesa-gesa dalam melakukan langkah rekonsiliasi ini, termasuk mengubah nama jalan di tatar Sunda. Yayat menilai perlu dilakukan pendekatan-pendekatan dulu kepada masyarakat khususnya tokoh dan budayawan Sunda.

"Sejauh ini memang belum ada konsultasi atau pendekatan yang dilakukan pemerintah terkait rekonsiliasi dan rencana perubahan nama jalan," ucapnya.

Menurut Yayat, sebagian kelompok masyarakat khususnya tokoh-tokoh Sunda masih merasakan luka yang dalam akibat peristiwa Bubat tersebut. Ia mencontohkan penolakan yang pernah dilakukan tokoh-tokoh Sunda saat mendengar perang Bubat akan dibuatkan film.


Yayat khawatir bila pemerintah tergesa-gesa, justru akan kontra produktif terhadap upaya rekonsiliasi budaya Sunda - Jawa. Sehingga, sambung dia, perlu pendekatan secara perlahan untuk mengikis luka dalam yang saat ini masih dirasakan oleh sebagian masyarakat Sunda.

"Oleh karena itu sebelum kita melakukan pemberian nama jalan itu, hendaknya dilakukan pendekatan para tokoh yang berpegang kepada budaya sunda fundamentalis. Sebagai satu upaya merekatkan NKRI yang lebih utuh. Jadi jangan tergesa-gesa, pelan-pelan saja untuk menghapus luka itu," tuturnya.

Dia berharap langkah rekonsiliasi budaya Sunda - Jawa ini tidak hanya dilakukan dengan mengubah nama jalan. Namun, lebih dari itu harus ada pertukaran budaya secara masif untuk melunturkan sikap ego masing-masing atas peristiwa masa lalu yang pahit.

"Misalnya misi pertukaran seni yang lebih masif. Mengadakan pertunjukan seni Sunda di tempat-tempat yang selama ini digunakan kesenian dan kebudayaan Jawa seperti di Prambanan," kata Yayat.

(bbn/bbn)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads