Polisi Moral Iran Dituduh Pukuli ABG hingga Koma, Kasus Amini Terulang?

BBC Indonesia - detikNews
Kamis, 05 Okt 2023 18:07 WIB
Teheran -

Sejumlah aktivis menuduh polisi moral Iran memukuli seorang remaja perempuan karena tidak mengenakan jilbab. Para aktivis juga memasang foto yang menunjukkan dia dalam keadaan koma.

Armita Geravand, 16, pingsan setelah menaiki kereta bawah tanah Teheran di Stasiun Shohada pada hari Minggu (01/10).

Para pejabat pemerintah Iran mengatakan Armita pingsan. Aparat lantas merilis rekaman CCTV yang memperlihatkan dia digotong ke luar kereta dalam keadaan pingsan.

Kelompok hak asasi manusia Hengaw menuduh bahwa Armita menjadi sasaran "serangan fisik yang parah" oleh petugas polisi moral.

Dikatakan bahwa Armita dirawat di Rumah Sakit Fajar di Teheran dengan pengamanan ketat, dan telepon seluruh anggota keluarganya telah disita.

Pada Senin (02/10), pihak berwenang menahan sejenak seorang jurnalis perempuan dari surat kabar Sharq yang mendatangi rumah sakit untuk meliput kasus tersebut.

Hengaw, yang berfokus pada perlindungan hak-hak etnis minoritas Kurdi di Iran, mengatakan pada Selasa (03/10) sore bahwa Armita tinggal di Teheran tetapi berasal dari Provinsi Kermanshah yang mayoritas penduduknya etnis Kurdi.

"[Dia] diserang secara fisik oleh pihak berwenang di Stasiun Shohada... karena apa yang mereka anggap sebagai ketidakpatuhan terhadap kewajiban 'hijab'. Akibatnya Armita mengalami luka parah dan dilarikan ke rumah sakit," sebut pernyataan Hengaw.

Dua aktivis hak asasi manusia terkemuka juga mengatakan kepada kantor berita Reuters bahwa telah terjadi konfrontasi dengan petugas yang menerapkan aturan jilbab.

Baca juga:

Sementara itu Radio Zamaneh yang berbasis di Amsterdam mengutip sumber yang tidak disebutkan namanya. Radio tersebut melaporkan Armita "didorong oleh petugas hijab" saat dia menumpang kereta tanpa jilbab dan "kepalanya terbentur tiang besi".

Pada Selasa (03/10) malam, Hengaw memposting di X, yang sebelumnya dikenal sebagai Twitter, yang disebut foto Armita dalam kondisi tidak sadarkan diri di rumah sakit.

Gambar tersebut, yang keasliannya tidak dapat segera diverifikasi oleh BBC, menunjukkan seorang gadis berambut pendek berbaring telentang di tempat tidur dengan kepala diperban. Mulutnya tampak tersambung pada sesuatu yang tampak seperti selang pernapasan.

Kelompok hak asasi manusia juga mengatakan mereka telah menerima informasi yang mengindikasikan bahwa orang tua Armita telah diwawancarai oleh kantor berita negara, Irna, "di hadapan petugas keamanan tingkat tinggi dalam tekanan besar di Rumah Sakit Fajr".

Irna mengutip pernyataan ibu Armita bahwa mereka telah melihat rekaman CCTV dan menerima bahwa apa yang terjadi pada hari Minggu adalah sebuah "kecelakaan".

"Saya pikir tekanan darah putri saya turun, saya tidak terlalu yakin, saya pikir mereka mengatakan tekanan darahnya turun," kata ibunya dalam video yang banyak diedit dan diunggah oleh Irna.

Direktur pelaksana kereta bawah tanah Teheran, Masood Dorosti, membantah adanya "konflik verbal atau fisik" antara Armita dan "penumpang atau petugas kereta bawah tanah".

"Beberapa rumor tentang konfrontasi dengan petugas metro tidak benar dan rekaman CCTV membantah klaim tersebut," katanya kepada Irna.

Rekaman tersebut menunjukkan Armita, dengan rambut terbuka, berjalan ke kereta di peron bersama dua perempuan lainnya.

Beberapa saat kemudian, salah satu perempuan itu keluar dari kereta dan membungkuk.

Perempuan itu dan beberapa penumpang lainnya kemudian terlihat menggendong Armita yang tidak sadarkan diri lalu membaringkannya di peron.

Beberapa pengguna media sosial Iran mencatat bahwa video yang dirilis oleh pihak berwenang hanya menunjukkan peron dan bukan bagian dalam kereta. Rekaman pintu masuk stasiun, tempat pemeriksaan hijab, juga tidak dirilis.

Kasus tersebut mirip dengan kasus Mahsa Amini, seorang perempuan Kurdi berusia 22 tahun yang meninggal dalam tahanan pada September 2022 setelah ditahan oleh polisi moral di Teheran karena diduga mengenakan jilbabnya secara "tidak layak".

Baca juga:

Saksi mata mengatakan Mahsa Amini dipukuli oleh petugas, namun pihak berwenang menghubungkan kematiannya dengan kondisi medis Mahsa Amini sebelum kejadian.

Video CCTV yang memperlihatkan Amini pingsan di pusat penahanan dan foto dirinya di rumah sakit membuat marah banyak warga Iran. Gelombang protes anti-pemerintah meletus di seluruh negeri ketika dia meninggal setelah tiga hari dalam keadaan koma.

Ratusan orang tewas dan ribuan lainnya ditahan dalam aksi represif yang dilakukan pasukan keamanan.

Setahun setelah kematian Mahsa Amini, sebagian besar protes telah mereda. Namun demonstrasi sporadis masih terjadi dan banyak anak perempuan dan perempuan dewasa berhenti menutupi rambut mereka di depan umum dengan sengaja untuk memperlihatkan sikap protes terhadap aturan berpakaian.

Simak Video 'Remaja di Iran Sekarat Setelah Terjaring Razia Hijab':






(nvc/nvc)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork