Selain ratusan korban meninggal, ratusan kasus yang diduga kolera juga dilaporkan setiap hari.
Jika wabah benar terjadi, Save the Chilren mencemaskan akan ada ribuan orang dapat meninggal dunia begitu saja.
- Gedung Putih bantah serangan ke Yaman menewaskan warga sipil
- Korban tewas akibat konflik Yaman lampaui 10.000 jiwa
- PBB: Dunia sedang hadapi krisis kemanusiaan terbesar sejak 1945
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), mengatakan penyebaran kolera melalui air dan makanan yang tercemar bisa sangat cepat mengingat delapan juta warga Yaman kekurangan akses air bersih dan sanitasi layak.

Memperparah keadaan, menurut WHO lebih dari 45% fasilitas kesehatan di negara itu tidak berfungsi dan sekitar 300 klinik rusak akibat pertempuran antara pasukan loyalis Presiden Abdrabbuh Mansour Hadi sokongan Arab Saudi dan gerakan Houthi dukungan Iran.
Sebagai pertolongan sementara, lembaga Dokter Tanpa Perbatasan (Medecins Sans Frontires/MSF) mendirikan pusat-pusat pengobatan kolera di Yaman.
"Sebelum wabah terjadi, sistem kesehatan sudah parah dan kebutuhan kesehatan masyarakat sudah besar," kata Ghassan Abou Chaar, kepala MSF di Yaman.
"Untuk mengendalikan wabah, tidak cukup hanya menangani mereka yang mendatangi fasilitas kesehatan. Kita juga perlu mengatasi sumber penyakit dengan memperbaiki kualitas air dan sanitasi sekaligus bekerja sama dengan komunitas-komunitas demi mencegah kasus baru," tambah Chaar.

Gejala kolera mencakup diare akut dan muntah. Orang yang mengidap kolera bisa menjadi sangat sakit dan jika tidak segera ditangani dapat meninggal dunia dalam hitungan jam.
Save the Children mengimbau semua pihak bertikai mengakhiri pembatasan bantuan impor sesegera mungkin.
Berdasarkan data PBB, lebih dari 8.000 orang, sebagian besar warga sipil, tewas dan 44.500 lainnya mengalami cedera sejak konflik di Yaman bereskalasi pada Maret 2015.
Perang itu juga mengakibatkan 18,8 juta orang memerlukan bantuan kemanusiaan.

(BBC) (ita/ita)