"Sejak kecil saya tidak pernah terpikir menjadi hakim apalagi menjadi pimpinan pengadilan," kata Derman saat berbincang dengan detikcom, Minggu (10/11/2019).
Ketika masuk SMA, Derman memilih jurusan IPA (A1) pada tahun 1988 di SMA Negeri Siborongborong. Harapannya bisa menjadi Sarjana Pertanian karena orang tua Derman sebagai petani kecil.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Suami Rumata Rosininta Sianya itu mengisahkan sempat dua kali mengikuti tes PNS di Departemen Kehakiman Sumatera Utara dan CPNS di Kodam I/BB Medan. Namun keberuntungan belum berpihak kepadanya. Pada 1993, Derman diterima menjadi CPNS Golongan IB di PTUN Medan, sebagai tenaga satpam dan cleaning service.
"Dengan gaji Rp 52 ribu," cerita ayah 2 anak itu.
Atas dorongan Ketua PTUN Medan Lintong Siahaan, Derman mendaftar kuliah mahusor alias mahasiswa hukum sore di salah satu PTS di Medan. Lulus kuliah, tahun 1999 Derman diterima jadi calon hakim. Tiga tahun setelahnya, ia resmi menjadi hakim dengan tugas pertama di PN Padang Sidimpuan.
Setelah itu ia berpindah-pindah tugas dari PN Tarutung, PN Jepara, PN Lubuk Pakam dan Wakil Ketua di PN Balige. Pada 25 Nopember 2016 sampai Oktober 2019 ia menjadi Ketua PN Muara Bulian, Jambi. Kini, ia menjadi Wakil Ketua PN Subang terhitung sejak Jumat (8/11) kemarin.
"Saya berterima kasih kepada Tuhan, kepada kedua orang tua. Walau pun sebagai petani kecil, selalu berjuang buat kami anak-anakmu. Kepada mertua, khususnya kepada istri dan kedua anakku yang mendukung dan menyemangati saya setiap hari. Juga terima kasih kepada pimpinan Mahkamah Agung yang memberi kepercayaan atas promosi jabatan ini, dan Kepada Bapak Ketua PN Subang, yang berkenan melantik saya, saya siap membantu Ketua dalam memimpin PN Subang. Mohon bimbingannya Pak Ketua," ujar ayah Tifany Saulina Nababan itu. Tifany itu kini mahasiswa Teknik Elektro ITB. (asp/mae)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini