"Makin kuat hubungan budaya dua negara, makin luas kerjasama yang dapat dijalin," kata Dr Intizhami, Wakil Menteri, Kementerian Budaya & Bimbingan Islam (Ministry of Culture & Islamic Guidance) Iran kepada sejumlah wartawan Indonesia yang berkunjung ke Teheran, Rabu 4 Maret 2015.
Didampingi Dirjen Media Asing, M. Mansour Koushesh, Intizhami juga menyatakan perlunya penguatan kerjasama media di masing-masing negara. Pertukaran koresponden antarnegara juga bisa membendung munculnya gerakan-gerakan ekstrim model ISIS, seperti yang terjadi di sebagian negara Timur Tengah belakangan ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ketika ditanya wartawan mengenai kelompok minoritas di Iran, Intizhami menjawab bahwa, semua kelompok minoritas yang ada di negaranya dilindungi undang-undang.
"Dalam konstitusi Iran tercatat secara jelas adanya perlindungan terhadap kelompok minoritas," katanya.
Jangankan saudara kita yang Muslim Sunni, di Iran ini bahkan minoritas seperti Nasrani dan Yahudi pun memiliki wakil di parlemen. "Mereka punya empat kursi di parlemen," tambahnya.
Iran memiliki penduduk sekitar 78 juta, dan Februari lalu baru memeringati ulangtahun revolusinya yang ke-36. Di Iran terdapat suku bangsa Persia, Baluchi, Arab, Afghan, Kurdi, Afshar, Azeri, Qajar, Hazara, dan lain-lain.
Selain Islam, sebagian kecil penduduk Iran menganut agama Kristen, Armenia, Assiria, Zoroaster dan Yahudi. Di antara mayoritas Muslim, ada mayoritas Muslim Syiah, dan minoritas Sunni seperti orang Arab, Kurdi, Turki dan Baluchi.
Adapun penganut Islam Syiah, mayoritasnya adalah penganut Syiah Itsna'asyariah (12 Imam) yang merupakan salah satu mazhab Islam tertua, tetapi ada juga beberapa sempalan mazhab Syiah yang kecil-kecil dan tersebar di seluruh negeri.
Tidak seperti yang dituduhkan sebagian pihak, menurut Intizhami, kedua kelompok Muslim Syiah dan Sunni selalu hidup berdampingan secara harmonis. Bahkan kedua ulama selalu duduk bersama pada pengambilan keputusan tertentu di level tinggi.
Menurutnya, karena keduanya sama-sama pemeluk Islam, penganut Sunni dan Syiah harus selalu duduk bersama. "Termasuk dalam upaya menghadapi ancaman seperti yang terjadi di Irak, yang mana dilakukan kelompok Takfiri," tambahnya.
(ahy/ahy)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini