Hal tersebut dikatakan Kapolres Pelabuhan Tanjung Perak AKBP Aries Syahbudin saat merilis hasil ungkap tersebut. Keterangan resmi dari polisi tersebut juga meluruskan simpang siur data yang telah beredar beberapa hari lalu terkait penangkapan pelaku tersebut.
"Satu pelaku diamankan di Surabaya sementara tiga lainnya diamankan di Pemalang," ujar Aries kepada wartawan, Senin (3/10/2014).
Mereka yang ditangkap di Pemalang adalah David Usman alias Gultom (38), asli Tapanuli Utara, Medan yang bertempat tinggal di Tulangan, Sidoarjo; Wanabis Sitohang (28) alias Enrico, asli Toba Samosir, Medan yang bertempat tinggal di Pulomas, Bekasi; dan Jericho Butar-Butar (32), asli Harjosari, Medan yang tinggal di Jalan Garu II Gang Koras
Sementara yang ditangkap di Surabaya adalah Aseng (45), warga Medan Labuhan, Medan. Lima pelaku yang diburu adalah Heri Nasution (34), warga Medan Samosir, LL, PPN, SRR, dan BRO.
"Yang ditangkap pertama kali adalah Aseng," lanjut Aries.
Aries menceritakan, dua hari sebelum beraksi, komplotan tersebut berkumpul, menginap, dan mematangkan rencana di sebuah hotel di Surabaya. Heri, Gultom, dan Aseng lalu mencari sasaran. Begitu sasaran didapat, mereka berbelanja alat yang hendak digunakan menggunakan mobil sewaan Daihatsu Xenia nopol W 778 XG.
Saat melakukan olah TKP, polisi menemukan peralatan yang ditinggalkan pelaku. Nah peralatan itulah yang membawa polisi ke toko tempat pelaku membeli. Dari cctv yang ada, polisi mengenali Aseng. Aseng ditangkap di Jalan Basuki Rahmat.
Satu-satunya pelaku yang tidak ikut beraksi di TKP adalah Aseng. Tetapi dia turut membantu dan menerima hasil perampokan sebesar Rp 5 juta. Setelah melakukan perampokan, pelaku langsung menuju hotel terlebih dahulu. Brankas diangkut menggunakan mobil sewaan Daihatsu Xenia M 1680 GD. Karena berat dan terguncang-guncang, brankas itu meretakkan kaca mobil belakang.
"Selanjutnya para pelaku menuju Madura. Di sebuah ladang di Kedungdung, Sampang, pelaku membuka brankas. Kemudian brankas dibuang di jurang di Torjun, Sampang," ujar Aries.
Setelah hasil perampokan dibagi, mereka lalu menyewa sebuah Toyota Kijang Innova untuk kabur menuju Jakarta. Aseng tidak ikut karena di punya rumah di Surabaya. Di tengah jalan mereka berpisah, empat pelaku naik bus sementara empat pelaku lain naik mobil.
"Mobil itu akhirnya terdeteksi di Pemalang dan dapat kami hentikan. Sayangnya satu dari penumpangnya kabur," jelas Aries.
Setelah dilakukan pemeriksaan. Kelompok ini ternyata sudah malang melintang dalam hal merampok. Mereka sudah melakukan aksinya di Sulsel, Medan, Kalsel, dan Jakarta. Baru kali ini komplotan itu melakukan aksi di Surabaya.
Dan yang mengagetkan sekaligus menggembirakan adalah dua dari pelaku yang dapat diamankan merupakan napi yang kabur dari Lembaga Pemasyarakatan (LP) Kotabaru, Kalsel. Ada semblan napi yang kabur, tiga diantaranya adalah Heri, Gultom, dan Jericho. Mereka divonis sembilan tahun dan belum ada satu tahun menghuni LP.
"Sementara Aseng baru keluar dari LP Cipinang empat bulan lalu," terang Aries.
Mengenai adanya dua orang warga Madura yang sempat ditangkap namun dilepaskan lagi, Aries mengatakan bahwa mereka tidak bersalah. Tidak ada cukup bukti kedua orang tersebut terlibat kasus perampokan.
"Mereka memang dititipi tas dan menyewakan mobil rental, tetapi mereka tidak tahu jika sarana itu hendak digunakan untuk merampok. Mereka juga tidak menerima hasil perampokan," tutur Aries.
Dari kasus itu polisi menyita semua sarana yang digunakan para pelaku termasuk mobil, motor, gunting baja, linggis, air soft gun, senpi rakitan, perhiasan, dua batang emas @100 gram, uang Rp 62 juta, USD 2.883, HKD 630, SGD 37, dan lain sebagainya.
(iwd/iwd)