"Jadi, kami tegaskan belum sempat ada namanya deklarasi. Di masjid itu, belum teraliri listrik. Yang hadir kurang dari 50 orang dan hanya lalu lalang, kemudian pergi," ujar Kepala Desa Gading Kulon, Wahyu Eddi Prihanto di kediaman rumahnya, Senin (4/8/2014).
Eddi mengatakan pihaknya serta Bintara Pembina Desa (Babinsa) ikut memantau langsung kelompok ISIS hingga pergi meninggalkan Desa Gading Kulon. Dia menekankan memang perlu mengklarifikasi beredarnya isu deklarasi ISIS di desanya agar masyarakat tidak salah kaprah.
"Makanya, bisa kami pastikan tidak ada kegiatan apapun saat itu. Jadi tidak benar ratusan orang berkumpul untuk deklarasi. Di situ belum teraliri listrik dan saat itu kondisi gelap, karena waktunya malam hari," sebutnya.
Lanjutnya, Eddi menambahkan pasca 'mampirnya' kelompok ISIS itu, dirinya sudah mengumpulkan seluruh tokoh serta warga Desa Gading Kulon. Hal ini dilakukan sebagai antisipasi agar warga desa tidak terprovokasi dan ikut terlibat dalam kelompok tersebut.
"Sangat kami antisipasi, agar tidak ada main hakim sendiri atau anarkis," ujarnya.
Eddi menceritakan kalau masjid di Dusun Sempu itu dibangun seseorang dari luar daerah bernama Romli. Awalnya, bersama mesjid ini bakal ikut didirikan sebuah pondok pesantren. Namun, karena belum mengantongi izin, aparat desa meminta pembangunan dihentikan sementara.
"Besok bersama pak camat, kami memanggil Pak Romli itu. Untuk meminta penjelasan bagaimana kegiatan kemarin bisa dilakukan di sana," katanya.
Sebelumnya, masjid di Dusun Sempu, Desa Gading Kulon, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang, Jawa Timur ini diisukan menjadi tempat deklarasi dan sosialisasi ISIS wilayah Jawa Timur, akhir Juli lalu. Untuk mencapai lokasi masjid ini cukup sulit karena mesti mengjangkau dengan melewati jalan setapak yang lumayan terjal di tengah sebuah ladang yang harus melewati gapura dengan tulisan 'Makam Umum Dusun Sempu'. Saat ini, mesjid bercat biru dan dekat pemakaman umum itu dalam pengawasan aparat desa dan Babinsa.
(hat/hat)