Arab Saudi Sengaja Memancing Krisis dengan Iran?

Arab Saudi Sengaja Memancing Krisis dengan Iran?

Novi Christiastuti - detikNews
Selasa, 05 Jan 2016 14:45 WIB
Foto: Ilustrasi oleh Andhika Akbarayansyah
Washington - Perseteruan antara Arab Saudi dengan Iran dikhawatirkan memicu konflik sektarian di kawasan Timur Tengah. Di tengah kekhawatiran itu, muncul dugaan Arab Saudi sengaja memicu krisis di kawasan tersebut. Bagaimana bisa?

Disampaikan mantan pejabat Amerika Serikat yang kini pakar isu Timur Tengah, Matthew McInnis, seperti dilansir media Amerika Serikat, The Daily Beast, Selasa (5/1/2016), mustahil Saudi tidak menyadari eksekusi mati ulama Syiah Nimr Baqr al-Nimr akan memicu kecaman dan reaksi keras.

"Saudi tentu menyadari hal ini akan memicu berbagai reaksi," sebut McInnis yang mantan analis Pentagon dan kini bergabung dengan American Enterprise Institute ini kepada The Daily Beast.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

(Baca juga: Sebelum Ulama Syiah Dieksekusi, AS Sampaikan Kekhawatiran pada Arab Saudi)

Eksekusi mati ulama Nimr memicu reaksi keras di Iran. Bahkan gedung Kedutaan Saudi di Teheran diserbu demonstran hingga berujung pemutusan hubungan diplomatik dengan Iran. Eksekusi mati Nimr dan 46 narapidana lainnya pada 2 Januari lalu diawasi putra mahkota Saudi, Mohammed bin Nayef, yang juga menjabat Menteri Dalam Negeri.

Saudi sendiri sebelumnya pernah mengancam akan membunuh ulama Nimr dengan menudingnya membantu Iran mencampuri urusan Saudi, namun Saudi selalu mengurungkan niatnya. Jadi, kenapa baru melaksanakan eksekusi mati itu sekarang?

(Baca juga: Arab Saudi: Hubungan Diplomatik dengan Iran Bisa Pulih Asalkan...)

Pelaksanaan eksekusi mati ulama Nimr terjadi saat Saudi memiliki beberapa alasan untuk merasa rentan dengan melonjaknya pengaruh Iran, baik di Saudi sendiri maupun di Timur Tengah. Saudi juga merasa AS, yang notabene sekutunya, tidak melakukan cukup banyak hal untuk menangkal pengaruh Iran. Tak hanya Iran berusaha menjalin hubungan normal dengan Eropa dan AS, usai kesepakatan nuklir Juli 2015 di mana Iran berjanji akan membatasi program nuklirnya. Tapi Iran juga memainkan peranan penting dalam perlawanan terhadap Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) di Irak dan juga Suriah.

Menurut McInnis, otoritas Saudi memandang mencuatnya Iran sebagai kekuatan kawasan, tidak akan menguntungkan pihaknya. "Mereka (Saudi-red) merasa sangat tidak aman," ucap McInnis.

(Baca juga: Sekjen PBB: Pemutusan Hubungan Arab Saudi-Iran Sangat Mengkhawatirkan)

McInnis menilai, eksekusi Nimr setelah bertahun-tahun dia ditangkap, bisa dibaca sebagai aksi pamer kekuatan oleh Saudi. Senada dengan McInnis, mantan anggota CIA yang kini menjadi pakar isu Timur Tengah pada Brookings Institution, Bruce Riedel sepakat menyebut eksekusi ini bertujuan memberi isyarat pada Iran.

"Saya mencurigai mereka (Saudi-red) mengharapkan reaksi Iran. Salman (Raja Saudi saat ini) adalah seorang pengambil risiko," cetus Riedel.

(nvc/ita)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads