Pesantren Ngruki dan Darusy Syahadah Tak Merasa Diawasi

Pesantren Ngruki dan Darusy Syahadah Tak Merasa Diawasi

- detikNews
Kamis, 20 Okt 2005 15:27 WIB
Solo - Pernyataan Wapres Jusuf Kalla bahwa pemerintah telah mengawasi beberapa pesantren yang dianggap beraliran keras, ditanggapi santai oleh Pesantren Al-Mukmin di Ngruki, Sukoharjo dan Pesantren Darusy Syahadah di Gunungmadu, Simo, Boyolali. Dalam sejarahnya, kedua pesantren ini memiliki catatan tersendiri dengan masa lalu para pelaku teror di tanah air.Seperti diberitakan, Kalla telah memerintahkan Menag Maftuh Basyuni untuk mengawasi satu dua pesantren yang dinilai mengajarkan kekerasan. Kalla tidak menyebutkan nama pesantren itu. Namun demikian dia memberikan sinyal untuk menutup pesantren tersebut seperti halnya yang dilakukan pemerintah Yaman dalam menghadapi aliran garis keras.Humas Pesantren Ngruki, Irsyad Fikri, mengaku tidak merasakan ada perlakuan yang berbeda dari pemerintah terhadap pesantrennya. Menurut dia, memang selama ini dilakukan pengawasan oleh Depag karena pesantren sebagai sebuah lembaga pendidikan swasta menerima dan mengasramakan ratusan siswa dari berbagai daerah."Dari dulu hingga sekarang kami selalu melaporkan jumlah serta nama-nama santri yang kami terima. Hal tersebut juga dilakukan oleh pesantren yang lain. Itu memang salah satu tugas Depag mengawasi jalannya proses belajar mengajar di pesantren sebagai lembaga pendidikan agama yang legal," ujarnya kepada detikcom, Kamis (20/10/2005).Bahkan, lanjut Fikri, Kamis pagi tadi dia diminta datang ke Kantor Depag Sukoharjo untuk menerima bantuan bagi santri miskin dan yatim piatu yang belajar di pesantren tersebut. Bantuan itu sebesar Rp 1,5 juta dari Badan Zakat, Infaq dan Shodaqoh (Bazis) Pemkab Sukoharjo dan Rp 2 juta dari Bazis yang dikelola Depag Sukoharjo.Arti bantuan itu memang bukan dari jumlahnya yang tidak seberapa. "Kalau memang ada pengawasan khusus, buat apa kami dipanggil diberi bantuan. Kalau memang diawasi atau bahkan mau ditutup, sebelumnya pasti kami diisolasi dulu atau setidaknya tidak mendapat perlakuan baik seperti itu," lanjutnya.Pesantren Al-Mukmin Ngruki selalu mendapat perhatian sehubungan dengan kasus-kasus teror. Sejumlah alumni pesantren ini memang terbukti atau setidaknya disangka menjadi pelaku teror. Sebut saja Fathurrohman Al-Ghozy, Ali Gufron alias Muklas, Aris Sunarso alias Zulkarnaen, Asmar Latinsani, Hutomo Pamungkas alias Mubarok dan lain-lainnya.Pesantren lain di Surakarta yang juga memiliki catatan alumninya tersangkut kasus terorisme adalah Pesantren Darusy Syahadah di Gunungmadu, Simo, Boyolali. Beberapa lulusan pesantren ini yang belajar di Pakistan pernah dideportasi bersama Rusman Gunawan, adik Hambali, dengan tudingan membantu memperlancar aliran dana bagi kegiatan teror.Namun, salah seorang pengelola ponpes Darusy Syahadah, Mustaqim, juga buru-buru membantah jika pesantrennya disebut mendapat pengawasan khusus dari pemerintah. Hingga saat ini, kata dia, laporan-laporan yang diminta oleh pihak Depag Boyolali kepada pesantrennya juga masih seputar data santri dan kegiatan proses belajarnya."Saya juga tidak pernah dipanggil khusus untuk dimintai keterangan. Kalau pun ada pertemuan dengan pihak Depag ya selalu dalam forum bersama-sama dengan para pengasuh pesantren lainnya di Boyolali. Bantuan berupa buku-buku dari Depag juga masih terus diberikan," ujar ustad muda lulusan Ma'had 'Aly Pesantren Al-Mukmin Ngruki tahun 1994 tersebut. (asy/)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads