Ilustrasi : Edi Wahyono
Rabu, 1 Maret 2023Setelah Mochamad Iriawan atau kerap dipanggil Iwan Bule melepas jabatannya sebagai Ketua Umum PSSI, ia bersiap menyongsong pemilihan kepala daerah serentak. Ia memantapkan diri untuk menjadi bakal calon Gubernur Jawa Barat pada 2024.
Tim detikX berkesempatan melakukan wawancara khusus dengan Iwan Bule di salah satu restoran di daerah Gunawarman, Jakarta Selatan. Saat ditemui, purnawirawan jenderal bintang tiga Polri tersebut tampak sibuk menerima sejumlah tamu dari kalangan politikus dan relawan-relawannya.
"30 menit ya, Mas. Bapak tidak bisa lama-lama, ada agenda," ucap staf Iwan Bule saat tim detikX tiba di lokasi.
Mengenakan kemeja putih, Iwan Bule tampak semringah menyambut tim detikX. Menurutnya, raut wajahnya lebih segar saat ini karena sudah lega KLB PSSI berhasil digelar dan ketua umum baru telah terpilih.
Dalam perbincangan dengan tim detikX ini, Iwan Bule banyak menceritakan kiprahnya di PSSI. Selain itu, ia menjawab beberapa hal terkait rencana pencalonannya sebagai Gubernur Jabar. Begitu juga salah satu pekerjaan rumah PSSI: memproses hukum wasit yang melakukan pelanggaran.
Berikut perbincangan lengkap Ahmad Thovan Sugandi (reporter detikX), Dimas Miftakhul Fakri (reporter magang detikX), dan Iswahyudy (video journalist 20detik) dengan Iwan Bule:
PSSI ini induknya di PSSI pusat. Tapi kami punya kepanjangan tangan juga, para ketua asprov atau asosiasi provinsi. Merekalah yang menjalankan kegiatan dan tugas, khususnya bidang pembinaan usia muda. Selain itu, ada askab dan askot juga. Mencari bibit pemain muda ya dari situ. Tidak ada bibit kita yang tidak dari desa.
Berarti ada dari kabupaten/kota. Selama itu berjalan dengan baik, pembinaan tentunya akan menghasilkan pemain-pemain atau calon-calon yang berbakat untuk bisa mengisi klub dari klub amatir ke profesional. Dari sana, nanti mereka bisa diambil oleh tim nasional. Jadi, bagi saya, tidak terlalu rumit. Tapi kemarin kejadian Kanjuruhan tidak pernah terpikir dalam benak kita itu bisa terjadi. Kita cukup kaget juga.
Yang lainnya saya rasa cukup berjalan ya. Saya menjabat mulai 2 November sampai sekarang itu 3 tahun 3 bulan 14 hari. Dari total itu, 2 tahun itu tuh pandemi COVID. Memang belum sempurna, tapi sebagai ketua umum, ingin baik dong di PSSI, termasuk saya nanti itu.
Ya kami sudah banyak melakukan hal yang menurut saya baik, menurut saya ya. Mudah-mudahan masyarakat juga sepakat. Ada beberapa perubahan, seperti tim nasional kita dalam kurun waktu setahun empat bulan bisa lolos Piala Asia untuk timnas senior. Kemudian juga peringkatnya naik jadi 151 dari 928 negara lho, kemudian juga U-20 lolos Piala Asia. Selain itu, timnas perempuan (selama) 33 tahun tidak pernah lolos, sekarang lolos. Terus kemarin U-16 juga juara AFF.
Memang bukan saya. Saya hanya partikel terkecil yang membantu mereka menjadi lebih baik. Semua kan itu kerja tim. Timnas bagus bukan (karena) saya. Saya hanya memberikan semangat, tapi saya menakhodai. Itu saja kan sudah ada perubahan sebetulnya ya? Ya kita lihat beberapa tahun ranking kita tidak beranjak cukup tinggi, udah 10 tahun lebih. Udah 17 tahun kita tidak pernah lolos Piala Asia timnas senior. Kan 17 tahun udah 33 tahun timnas wanita tidak pernah lolos juga Piala Asia.
Jadi itu saya pikir parameter-parameter yang memang cukup ada perubahan, termasuk kompetisi. Dengan situasi COVID, kami bisa menggulirkan kompetisi. Saya bertanya gitu pernah ada memikirkan PSSI waktu COVID, bagaimana kita bisa bertahan? Tapi ya alhamdulillah kan masih ada, masih tidak bangkrut. Kenapa? Karena kita menggaji sendiri itu. Gajinya dari mana? Dari sponsor. Tidak ada yang PHK, tidak ada uang persen potong gaji ya alhamdulillah begitu.
Jadi saya pikir pencapaian-pencapaian sudah kita lakukan ya. Meskipun belum sempurna, ada-lah, termasuk liga itu valuasinya tinggi sekarang. Liga 1 tuh tinggi nilainya. Liga 2 saja dulu cuma Rp 2-3 miliar, satu klub sekarang Rp 12-24 miliar. Artinya ada peningkatan, baik di bidang profesional maupun industri.
Ada satu lagi, mungkin tambahan sekarang Liga 2 sudah dibeli sama selebritis. Ada Raffi Ahmad di sana, ada Atta, Putra Siregar, Baim Wong, ada Prilly Latuconsina, kan. Berarti apa? Berarti ada yang menjanjikan dalam sepakbola itu gitu. Ngapain mereka tuh ekspansi ke sepakbola, udah enjoy saja sebetulnya. Nyatanya ke mereka ya memang ada menjanjikan, baik mereka memang percaya dan kedua mungkin ada bisnis yang dia akan bisa jalin di situ.
Hari itu saya masih ingat tanggal 1 malam ya, saya di rumah. Saya masih nonton pertandingannya babak pertama karena memang saya selalu memonitor pertandingan. Waktu itu di rumah saja karena kan tidak mungkin saya datang ke setiap tempat, itu kan ada 306 pertandingan. Sesekali saya datang. Biasanya itu kami delegasikan kepada PT Liga Indonesia Baru (LIB) selaku operator. Jadi PSSI mengimplementasikan pekerjaannya ke kesekjenan, sekjen mendelegasikan ke LIB, LIB operatornya.
LIB juga mendelegasikan kepada panpel-panpel di seluruh pertandingan itu berada di home-away. Pas babak kedua selesai, itu saya sudah mulai melihat itu ada ramai, terus kami kontak-kontak, bicara dengan Waketum, ada apa nih. Pertama ada korban dua, enam, delapan, waduh saya bilang itu korban satu-dua saja sudah, sampai tiga enam, wah kaget saya. Ya udah kan, udah ada kelihatan tuh video-video sudah muncul. Ada gas air mata segala macam gitu, kan.
Baca Juga : Menakar Peluang Iwan Bule di Pilgub Jabar
Mochamad Iriawan, saat menjabat Ketua Umum PSSI dalam Kongres Luar Biasa (KLB) PSSI di Hotel Shangi-La, Jakarta, Kamis (16/2/2023).
Foto : Andhika Prasetia/detikcom
Nggak tidur, sampai jam 4 pagi. Kami berangkat (menggunakan) pesawat jam 7 ke Malang. Ya tidak bisa tidur. Sampai akhirnya pertama sudah ada di Malang, yang saya lakukan adalah saya ingin membagi duka kepada saudara saya para Aremania. Untuk itu, saya berada di sana sebagai bentuk kepedulian saya kepada mereka. Saya datang ke rumah sakit, saya melihat ke TKP, saya ke rumah korban, sampai hari ke-7 itu saya tahlilan di sana. Memang saya tidak ingin itu terlalu naik ke media setiap hari. Saya pikir ini situasi duka ya. Tapi tidak penting, yang penting buat saya berada bersama mereka. Ya itulah mungkin ya kaget, tentunya kaget, sedih, semua bercampur aduk perasaan itu. Yang jelas terpukul pasti.
Nggak. Alhamdulillah, selama saya menjabat Ketua Umum, tidak ada itu ya. Jadi pokoknya yang penting saya jalankan sesuai dengan tugas tupoksi saya. Ya yang jelas, saya ingin tetap kompetisi jalan yang pertama. Ya alhamdulillah, karena saya juga memang mendekat ke mereka. Mendekat ke pemain, mendekat ke pengurus juga.
Boleh dikatakan, dalam Liga 1 kemarin, misalnya, belum pernah ada sejarahnya Arema kalah melawan Persebaya di kandang selama 23 tahun. Baru kali itu. Artinya apa? Profesionalisme sudah mulai ada, wasit sudah mulai kami tata. Kalau dulu, walaupun tidak selalu, wasit yang selalu berpihak pada home itu pasti ada, tapi alhamdulillah kemarin. Parameternya itu saja sebetulnya.
Saya pikir kan pernah terjadi juga ya. Itu zaman Pak Azwar Anas beliau Menhub juga Ketua Umum PSSI. Kemudian Pak Agum Gumelar juga sama, Ketua Umum PSSI. Yang penting ya beliau-beliau bisa membagi tugas. Mana jabatan yang beliau emban, mana dengan PSSI, kan di PSSI juga tidak sendiri bekerja. Di sana Ketua Umum tuh mempunyai Exco yang jumlahnya 12 orang, lalu Wakil ketua dua orang. Di bawahnya kan ada deputi sepakbola, macem-macem itu. Itu asal bisa memegang itu, saya rasa jalan ya.
Saya rasa perbedaan persepsi ya. Perbedaan persepsi dari teman-teman voters. Saya bilang kepada Komite Pemilihan (KP), karena penghitungan suara itu dianggap ada yang tidak pas, jadi saya pikir ya sudah, maunya apa? Dari teman-teman voters kan ada yang komplain maunya KP dibubarkan, saya bilang lihat saya, ya alhamdulillah saya bisa tengahi.
Saya sampaikan ya, mereka masih mendengar saya. Kebetulan ada FIFA juga. Saya sampaikan, kalau mau dihitung suara, silakan atau mau coblos baru. Akhirnya sepakat semuanya penghitungan mulai awal lagi. Itu saja sebetulnya, alhamdulillah bisa lancar.
Ya, saya pikir saya harus berada di situ. Makanya saya sampaikan waktu 14 Januari, waktu saya tidak akan maju lagi, saya minta ke pemilik suara, izinkan saya mengawal PSSI sampai selesai, sampai tanggal 16, sampai kongres berakhir dengan aman, lancar, nyaman.
Sebetulnya biasanya, begitu mau kongres, saya hanya pidato, udah, kelar itu pulang. Tapi saya tungguin itu karena memang saya ingin mengantar sampai selesai dan alhamdulillah teman-teman para voters masih bisa mendengar saya. Itu bentuk tanggung jawab saya.
Sebetulnya udah di luar konteks, karena saya katakan setelah ini saya serahkan sidang kepada KP. Saya Ketua Umum demisioner dan Exco berarti sudah tidak punya kewenangan lagi. Hanya saya masih ada di situ, jadi saya tungguin. Alhamdulillah selesai dan lancar menghasilkan poin-poin yang dipilih voters.
Ya tentunya ada beberapa ya, ada kompetisi, ada tim nasional. Saya kira sudah cukup ada kenaikan dan itu perlu dijaga. Anak-anak perlu betul dikasih motivasi. Kemudian juga pelatihnya, kalau memang harus memilih tetap Shin Tae-yong, saya serahkan kepada ketua umum baru. Yang jelas kontraknya sampai November (2023). Saya pikir cukup bagus ya pelatih itu. Ya namanya manusia tidak sempurna, karakternya pasti ada perbedaan. Tapi saya rasa bisa kolaborasikan.
Yang kedua kompetisi. Setelah Kanjuruhan, saya melakukan transformasi sepakbola. Di situ kan ada beberapa perubahan-perubahan, baik di masalah keamanan, kemudian stadion harus bagaimana. Itu dengan FIFA juga. Kemudian sistem kompetisi, jadwalnya, termasuk suporter.
Saya rasa kompetisi harus betul-betul profesional ya. seperti kemarin kami sudah lakukan itu jadwal pertandingan. Sekarang polisi banyak ikut di sana karena memang berkaca pada situasi sebelumnya.
Saya pikir, di dunia mana pun, main malam biasa ya saya bilang. Jadi saya pikir itu nanti kepada ketua umum baru harus tetap karena tidak mungkin juga kita main harus sore hari terus. Pernah di Eropa main jam 12 karena penontonnya banyak dari Indonesia, dilakukan itu. Jadi mungkin itu menjadi PR.
Yang ketiga adalah training center untuk timnas yang belum kita buat, tempat pemusatan latihan. Kan di dunia mana pun negara maju sudah punya itu. Di sana ada tempat latihannya, lapangannya, ada mesnya, ada tempat kolam renang dan lain sebagainya. Nah, itu mungkin.
Yang lain-lain tentunya harus diberesin, wasit-wasit yang memang masih melakukan kesalahan-kesalahan harus ditindak. Kalau human error, itu masih kita maafkan. Tapi kalau sudah nanti permainan suap-menyuap, itu harus diproses hukum betul-betul.
Baca Juga : Dari Naikkan Gaji Wasit-Tragedi Kanjuruhan
Mochamad Iriawan, saat menjabat Ketua Umum PSSI melihat sesi latihan Timnas U-20 di Lapangan A, Senayan, Jakarta, Rabu (15/2/2023).
Foto : Grandyos Zafna/detikcom
Sebetulnya wacananya sudah lama. Saya 2014 pun waktu Kapolda (Jawa Barat) itu banyak yang mendorong, termasuk tokoh senior, tokoh masyarakat. Saya bilang waktu itu, saya akan fokus dulu ke karier saya di kepolisian. Nah, wacana itu kembali mencuat waktu saya masih menjabat Ketua Umum PSSI. Saya bilang, saya masih fokus urus bola. Nah sekarang ada lagi, wacana itu ramai lagi di kota-kota di Jawa Barat. Buat saya, jabatan tuh amanah, masih panjang.
Saya ini prajurit, Mas. Saya ini Bhayangkara. Jadi apa yang diberikan amanah oleh Yang Mahakuasa, tentunya untuk negara atau rakyat, pasti akan saya laksanakan dengan penuh rasa tanggung jawab, dengan totalitas, tulus, dan ikhlas. Apalagi untuk negara, nyawa pun saya siap untuk negara apabila dibutuhkan. Nantinya, kalau nanti rakyat Jawa Barat memang menghendaki saya, ya saya harus siap.
Iya, 2018 saya pernah diperintahkan oleh negara jadi Penjabat Gubernur. Penjabat gubernur itu kewenangannya 99 persen seperti gubernur (definitif). Hanya, kalau kita melakukan mutasi kepala dinas-SKPD, itu kita cuma izin ke Kemendagri kan ya.
Jadi saya lakukan beberapa program percepatan ya. Khususnya pembangunan-pembangunan yang berkaitan dengan kesejahteraan rakyat, baik pembangunan fisik maupun SDM. Fisik banyak sekali yang saya gagas, termasuk dulu Tol Cigatas itu, Cileunyi-Garut-Tasik salah satu yang saya paparkan. Kemudian Patimban pelabuhan port di Subang itu yang revitalisasi saya.
Beberapa (program) pemberantasan kemiskinan di Jabar selatan juga saya lakukan. Kemudian saya terapkan manajemen bagaimana saya lakukan pada saat saya bertugas di kepolisian di dalam Provinsi Jawa Barat. Jadi alhamdulillah, selama empat bulan, saya ada 306 kegiatan yang saya lakukan. Berarti satu hari hampir empat atau lima kegiatan. Ya saya ingin berikan yang terbaik, ingin sampaikan ke publik bahwa, kalau diberikan amanah, saya harus lakukan dengan maksimal untuk rakyat Jawa Barat.
Maaf ya, terlalu banyak diberikan oleh Yang Mahakuasa lewat ibaratnya kapolda tiga kali, saya dikasih Penjabat Gubernur (Jawa Barat), dikasih Ketua PSSI, tinggal nama saja toh. Kalau nama tuh harus selalu mau dikenang ya, harus baik, harus memberikan kontribusi baik. Kenapa? Ya suatu saat nanti saya dipanggil oleh Yang Mahakuasa, itu ada-lah, apakah rezeki saya, pahala saya, nanti didoakan oleh Jawa Barat.
Sudah tidak ada yang saya cari gitu. Anak saya sudah gede semua, sudah jadi semua. Hanya tinggal saya memberikan nama. Nanti misal saya dipanggil tuh, ada-lah kenang-kenangan waktu Gubernur Iwan Bule tuh begini loh, pahala buat saya gitu ya.
Ya saya pikir, kan selama orang percaya, pasti banyak yang mendukung. Begitu tahu program saya dan mungkin rakyat menghendaki, tentunya dukungan pasti banyak yang akan mendukung saya secara politik. Itu modal penting.
Gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan taring, manusia juga begitu.
Itu teman-teman saya, ini Haji Abdul dari Sukabumi, salah satunya (sembari menunjuk salah satu orang yang turut hadir di tempat). Itu juga masang sendiri. Ya Haji, Haji kan dari Sukabumi pasang sendiri. Jadi temen-temen nanya,kan nanya sama siapa, ya silakan kalau teman-teman mau masang tuh. Jadi itulah gunanya berkawan. Banyak, hampir di setiap kabupaten/kota saya punya temen-temen yang hubungan erat dari dulu gitu.
Hampir semua itu, Sukabumi, Bogor, Cianjur, Bandung ya hampir semua Kuningan segala macem, Bekasi. Ya sekarang kalau mau masang, silakan gitu. Tapi saya nggak ngasih apa-apa.
Ya rahasia dulu, ya. Pasti ada-lah ya. Ya ada dari partai nasionalis, ya jelas nanti mungkin partai lain berbasis agama juga ada. Yang jelas, saya sih terbuka, ya. Saya pikir semua partai juga bagus kok, Yang penting bingkainya enak dilihat.
Oh, nggak ada. Saya paling perusahaan gini aja nih, restoran. Restoran, paling tempat wisata gitu-gitu aja.
Reporter: Ahmad Thovan Sugandi, Dimas Miftakhul Fakri (magang), Iswahyudy (20detik)
Penulis: Ahmad Thovan Sugandi
Editor: Dieqy Hasbi Widhana
Desainer: Luthfy Syahban