Spotlight

Iwan Bule di PSSI

Dari Naikkan Gaji Wasit-Tragedi Kanjuruhan

Masa kepemimpinan Iwan Bule di PSSI diwarnai sejumlah problem. Mulai pandemi COVID-19 yang membuat kompetisi sepakbola Indonesia terhenti 2 tahun sampai Tragedi Kanjuruhan yang menewaskan 135 orang.

Ilustrasi : Edi Wahyono

Selasa, 28 Februari 2023

Mochamad Iriawan nyaris tidak bisa tidur semalaman. Hari itu, Sabtu, 1 Oktober 2022, Iwan Bule, begitu dia akrab disapa, sedang menonton pertandingan Arema FC versus Persebaya Surabaya melalui saluran televisi swasta. Pada pengujung pertandingan, Iwan melihat suasana di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur, begitu kacau. Terjadi pemberondongan gas air mata oleh aparat penegak hukum terhadap suporter seusai pertandingan yang dimenangi tim tamu dengan skor 1-2 itu.

“Pas babak ke-2 selesai itu, saya sudah melihat itu ada ramai. Terus kami kontak-kontak bicara dengan Waketum (Iwan Budianto dan Cucu Somantri). Ada apa ini?” tutur mantan Ketua Umum Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) itu, mengenang apa yang terjadi pada malam 1 Oktober tahun lalu.

Sejak itu, ponsel Iwan nyaris tidak berhenti berdering semalaman. Dia terus mendapat kabar dari pengurus PSSI di lokasi kejadian terkait situasi terbaru di Stadion Kanjuruhan, Malang. Malam itu, sekitar pukul 22.30 WIB, Iwan diberi tahu salah satu pengurus PSSI bahwa sudah ada enam korban yang meninggal dunia. Adanya nyawa yang melayang itu membuat Iwan semakin resah.

Mochamad Iriawan, saat menjabat Ketua Umum PSSI, memenuhi panggilan Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF) Tragedi Kanjuruhan di Gedung Kemenko Polhukam, Jakarta, Selasa (11/10/2022). 
Foto : Andhika Prasetia/detikcom

Iwan lantas meminta anak buahnya segera membeli tiket penerbangan pertama ke Malang. Setelah tiket pesawat didapat, barulah Iwan sedikit bisa tenang. Dia berupaya memejamkan mata sebentar sebelum pesawatnya berangkat sekitar pukul 07.00 WIB pada Minggu, 2 Oktober 2022.

Memang industri bola ini membutuhkan pendanaan yang tidak sedikit, tapi kan mestinya bisa dicari dari wilayah-wilayah yang, katakanlah, lebih masuk di akal dan ada nuansa yang olahraga.”

“Saya datang ke rumah sakit, saya melihat ke TKP (tempat kejadian perkara), saya ke rumah korban. Sampai hari ketujuh saya tahlilan di sana,” tutur mantan Sekretaris Utama Lemhannas itu kepada reporter detikX pada Selasa, 21 Februari lalu. “Kaget, sedih, semua bercampur aduk perasaan itu. Yang jelas terpukul, pasti.”

Tragedi Kanjuruhan menewaskan total 135 orang. Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF) mengungkapkan bahwa ratusan korban jiwa ini diduga tewas lantaran tembakan gas air mata. Seluruh pengurus PSSI dianggap sebagai pihak yang bertanggung jawab atas tragedi terkelam persepakbolaan nasional ini. Iwan didesak mundur.

Hari itu, 14 Oktober 2022, setelah rekomendasi TGIPF dibacakan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Mahfud Md di Istana Negara, Iwan langsung mengajak para pengurus PSSI bertemu. Dia berjanji bakal segera melaksanakan rekomendasi TGIPF dengan menggelar Kongres Luar Biasa (KLB) PSSI. Kepada para pengurus lama PSSI itu, Iwan meminta izin agar diperbolehkan mengawal PSSI sampai proses peralihan kepemimpinan benar-benar selesai.

Beberapa hari setelah itu, PSSI pun menetapkan tanggal KLB untuk proses pemilihan Ketua Umum, Waketum, dan Executive Committee atau Komite Eksekutif (Exco) baru pada 16 Februari 2023. KLB PSSI diselenggarakan di Hotel Shangri-La, Jakarta Selatan.

Iwan hadir di tengah KLB yang sempat diwarnai kericuhan antara pemilik suara dan Komite Pemilihan itu. Para pemilik suara protes lantaran menduga ada manipulasi suara dalam proses pemilihan Wakil Ketua Umum PSSI. Suara Ratu Tisha sebagai calon Waketum kala itu diduga dialihkan ke suara calon lainnya. Para pendukung Ratu Tisha meminta pemilihan ulang. Suasana KLB menjadi begitu kacau.

“Alhamdulillah temen-temen parvoters masih bisa mendengar saya,” jelas purnawirawan jenderal bintang III polisi ini. Hari itu, posisi Iwan Bule di PSSI pun akhirnya resmi digantikan oleh Ketua Umum PSSI baru, yakni Menteri Badan Usaha Milik Negara Erick Thohir.

Sahabat Iwan, Cucu Somantri sekaligus mantan Wakil Ketua Umum PSSI, menilai Iwan sebagai sosok pemimpin yang total. Iwan, kata Cucu, sudah mengerahkan seluruh tenaga dan pikirannya membangun PSSI di tengah terpaan badai COVID-19 dan guncangan mafia bola. Dengan masa kepemimpinan yang relatif singkat, kata Cucu, Iwan termasuk cukup berhasil membangun sepakbola Tanah Air.

Secara statistik, Cucu bilang, Iwan Bule mampu membawa Indonesia melangkahi negara-negara Asia Tenggara dalam urusan peringkat Federation Internationale de Football Association (FIFA). Dalam 3 tahun 4 bulan, tim nasional Indonesia berhasil merangsek naik dari urutan 179 FIFA ke posisi 151. Indonesia berhasil beranjak naik ke posisi itu setelah dua kali mengalahkan Curacao yang saat itu berada di urutan ke-84 FIFA dengan skor 2-1 dan 3-2.

“Ini bicara data ya. Kalau yang lain-lain kan subjektif, tergantung orang memandangnya. Jadi ada peningkatan yang signifikan saya rasa,” jelas Cucu kepada reporter detikX saat dihubungi melalui sambungan telepon pekan lalu.

Selain itu, Cucu melihat bahwa Iwan Bule cukup berhasil dalam upaya pengembangan talenta-talenta muda. Cucu bilang, pada masa kepemimpinan Iwan Bule, pengembangan usia yang dilakukan oleh Asosiasi Provinsi (Asprov) PSSI sudah berjalan meski belum begitu maksimal. Namun setidaknya, lanjut Cucu, 25-30 persen Asprov PSSI sudah memulai pengembangan usia muda dengan menggelar kompetisi-kompetisi sepakbola usia dini.

Asprov PSSI yang sudah menjalankan kompetisi usia muda itu sebagian besar berada di Pulau Jawa, termasuk Jawa Timur, Jawa Barat, dan Jawa Tengah. Sementara itu, Asprov provinsi lainnya belum melakukannya lantaran terkendala biaya. PSSI, kata Cucu, kesulitan mencari sponsor lantaran tidak berjalannya kompetisi profesional selama masa pandemi Covid-19.

“Kemarin rencananya sampai ke usia 12. Cuma kan memang kemarin tersendat karena ada COVID saja, kan tidak boleh kita berjalan, ada PPKM,” jelas purnawirawan bintang II TNI yang sempat sekantor dengan Iwan di Lemhannas sebagai Tenaga Ahli Pengajar Bidang Geo Strategi dan Ketahanan Nasional tersebut.

Sama seperti Cucu, Ketua Asprov PSSI Jawa Barat Tommy Apriyanto juga melihat Iwan Bule sebagai pemimpin yang penuh komitmen. Tommy, yang juga merupakan tim sukses Iwan Bule pada saat maju PSSI-1, memandang Iwan sebagai sosok pemimpin pekerja keras yang selalu berusaha memenuhi janji-janjinya.

Tommy masih ingat ketika awal Iwan memimpin PSSI pada 2019. Waktu itu, Iwan berjanji akan total mengurus PSSI. Lima bulan kemudian, kata Tommy, pada Maret 2020 janji itu dipenuhi Iwan dengan mengajukan pensiun dari posisinya sebagai Sestama Lemhannas. Sejak itu, Iwan resmi hanya mengurus PSSI.

Meski demikian, secara objektif Tommy memandang masih ada juga janji-janji Iwan Bule yang belum dituntaskannya selama menjabat PSSI-1. Janji yang belum terpenuhi itu adalah memberi Asprov PSSI dana Rp 1 miliar per tahun untuk pengembangan usia dini dan membangun tempat pemusatan latihan bagi Tim Nasional Indonesia. Namun Tommy dapat memahami mengapa janji itu tidak bisa dituntaskan Iwan.

“Nggak berjalan karena kondisi COVID,” tutur Tommy kepada reporter detikX pada Jumat, 24 Februari 2022.

Mochamad Iriawan, saat menjabat Ketua Umum PSSI, menyaksikan laga Grup A Piala AFF 2022 bersama Presiden Joko Widodo di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, Jumat (23/12/2022).
Foto : Randy Prasatya/detikcom

Sependapat dengan Cucu dan Tommy, Koordinator Save Our Soccer (SOS) Akmal Marhali menilai Iwan sebagai sosok pemimpin PSSI yang cukup berhasil. Akmal menyebut Iwan sebagai sosok pemimpin yang mampu membawa perubahan. Sikap Iwan yang demokratis, disebut Akmal, telah memberi warna baru di tubuh PSSI.

Dengan gaya kepemimpinan tersebut, Iwan berhasil membuat sepakbola Indonesia tetap kokoh meski sempat terhenti 2 tahun lantaran diterpa COVID-19. Iwan, kata Akmal, cukup berani mengambil keputusan menaikkan gaji wasit hingga 200 persen dari Rp 3,5 juta menjadi Rp 10 juta demi menjaga integritas pengadil lapangan itu. Padahal saat itu PSSI juga kesulitan finansial lantaran COVID-19.

Iwan, kata Akmal, juga menjadi Ketua Umum PSSI pertama sepanjang sejarah yang membuat perjanjian kerja sama dengan kepolisian terkait perizinan, pengamanan, dan pemberantasan match fixing alias pengaturan skor. Kerja sama itu ditandatangani pada Kamis, 22 Juli 2021. Adanya perjanjian ini membuat sepakbola Indonesia jadi sedikit lebih baik, meski, kata Akmal, itu saja tidak cukup lantaran mafia sepakbola di Indonesia terlalu banyak dan sudah mendarah daging.

“Cuma problemnya adalah kolamnya terlalu kotor. Mafianya terlalu banyak yang dia sendiri tidak bisa mengendalikan walaupun dia sudah membuat, misalnya, perjanjian kerja sama PSSI dengan polisi soal keamanan pertandingan soal pemberantasan match fixing,” jelas Akmal kepada reporter detikX pekan lalu.

Wakil Ketua Komisi X DPR RI Dede Yusuf memandang bahwa setiap era kepemimpinan baru PSSI memang selalu terjadi perubahan, termasuk di era Iwan Bule. Salah satu perubahan yang menjadi sorotan Dede adalah terkait tingginya pendapatan dari sponsor kepada klub-klub sepakbola. Perubahan ini terbilang bagus meski masih ada sponsor-sponsor yang tidak sesuai dengan Statuta PSSI.

Dede Yusuf menyoroti sponsor-sponsor sepakbola dari rumah-rumah judi yang sampai masa kepemimpinan PSSI yang lalu masih ada. Sponsor dari judi daring ini, kata Dede, mestinya bisa dipilah lagi agar tidak terjadi kegaduhan di masyarakat.

“Memang industri bola ini membutuhkan pendanaan yang tidak sedikit, tapi kan mestinya bisa dicari dari wilayah-wilayah yang, katakanlah, lebih masuk di akal dan ada nuansa yang olahraga,” tegas Dede saat berbincang dengan reporter detikX pekan lalu.

Berkebalikan dengan lainnya, anggota TGIPF Tragedi Kanjuruhan, Anton Sanjoyo, menganggap Iwan Bule merupakan pemimpin PSSI yang telah gagal total. Bagi Anton, segala prestasi yang telah dicapai Iwan masih jauh dari kata berhasil. Anton mencontohkan terkait peringkat FIFA Indonesia yang kini berada di urutan 151.

Menurut Anton, posisi FIFA tidak menjadi ukuran keberhasilan bagi sebuah tim nasional sepakbola. Sebab, peringkat FIFA Indonesia hanya didapat dengan cara melawan negara miskin, seperti Curacao. Pertandingan itu dianggap Anton sebagai upaya tricky yang dilakukan Iwan untuk menaikkan peringkat FIFA Indonesia.

Selain itu, Anton menyoroti kegagalan Iwan Bule membawa timnas Indonesia menjuarai Piala AFF 2021 dan Piala AFC 2022 seperti yang dijanjikannya pada awal terpilih sebagai Ketum PSSI 2019. Di final Piala AFF 2021 kala itu, Indonesia kalah 4-0 melawan Thailand pada leg pertama dan hanya berhasil imbang 2-2 pada leg kedua.

Meski demikian, Anton mengakui ada juga sedikit keberhasilan dan legasi yang positif pada masa kepemimpinan Iwan Bule. Salah satunya, Iwan berhasil menekan ongkos kursus pelatihan internasional sehingga membuat banyak pelatih di Indonesia kini berlisensi internasional. Iwan, kata Anton, juga banyak menyekolahkan wasit-wasit Indonesia untuk meningkatkan kualitas wasit nasional.

“Meskipun belum ada yang muncul sebagai wasit utama ya. Baru asisten wasit dan ofisial pertandingan. Tapi itu ada-lah, dan itu menurut saya hal yang positif dari Iwan Bule,” pungkas Anton.


Reporter: Fajar Yusuf Rasdianto, Ahmad Thovan Sugandi, Dimas Miftakhul Fakri (magang)
Penulis: Fajar Yusuf Rasdianto
Editor: Dieqy Hasbi Widhana
Desainer: Luthfy Syahban

***Komentar***
[Widget:Baca Juga]
SHARE