Ilustrasi : Edi Wahyono
Sebelum Presiden Joko Widodo merombak kabinet dengan mencopot dua menterinya, Rabu, 15 Juni 2022, Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh mendatangi Istana Negara. Kala itu, Senin, 13 Juni 2022, sekitar pukul 10.00 WIB, Surya datang dengan informasi yang menyebut Jokowi bakal mengganti Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo.
"Betul, Pak Surya datang melalui pintu barat," kata Ketua DPP Partai NasDem Charles Meikyansyah kepada reporter detikX pekan lalu. "Bukan Selasa, tapi Senin pagi."
Kabar perombakan kabinet memang sudah santer jauh hari sebelum Jokowi mengumumkannya. Salah satu yang bakal diganti ialah Syahrul Yasin Limpo. Informasi ini terkonfirmasi dari beberapa kader Partai NasDem.
Syahrul merupakan salah satu dari tiga kader Partai NasDem yang menjabat menteri saat ini. Pada mulanya, sambil mendepak Syahrul, Jokowi dikabarkan ingin memasukkan Wakil Ketua Dewan Pertimbangan DPP Partai NasDem Enggartiasto Lukita ke kabinet. Namun Surya Paloh tidak menyetujui rencana Jokowi tersebut.
Saat bertemu dengan Jokowi, menurut sumber detikX yang mengetahui pertemuan tersebut, Surya mempertanyakan alasan pencopotan Syahrul.
Baca Juga : Seteru PAN-PKB di Gambir
Presiden Jokowi menjawab sejumlah pertanyaan wartawan usai menghadiri perayaan HUT ke-10 Partai NasDem, Kamis, (11/11/2021).
Foto : Rakha/detikcom
Ada upaya untuk menghentikan Airlangga dan bahkan kaitannya ini dengan internal Golkar."
"Ada dua alasan di-reshuffle. Yang pertama tidak perform dan kedua skandal. Syahrul tidak seperti itu. Apa alasan dia diganti?" kata sumber ini, menirukan perkataan Surya Paloh kepada Jokowi. Jokowi disebut tidak bisa menjawabnya.
Jokowi dikabarkan memang sudah lama menginginkan Enggartiasto kembali membantunya sebagai menteri. Jokowi, menurut sumber detikX, bahkan sempat menawarkan hal tersebut kepada Enggartiasto pada Mei lalu. Kala itu Enggartiasto baru selesai menjalani pengobatan di Jerman. Lalu dia sempat mengabarkan penawaran Jokowi itu kepada Surya.
"Dia (Enggartiasto) melapor ke DPP setelah pembicaraan itu," kata sumber ini.
Enggartiasto memang bukan orang baru di mata Jokowi. Sebelumnya, ia adalah Menteri Perdagangan yang menjabat pada 2016 hingga 2019. Pada mulanya, ia didapuk oleh Jokowi untuk menggantikan Thomas Trikasih Lembong. Sampai pada akhirnya, Enggartiasto menemani Jokowi menutup periode pertamanya sebagai presiden.
Di sisi lain, Syahrul Yasin Limpo diisukan tiga kali masuk bursa reshuffle kabinet Jokowi. Sebelum terjadi perombakan kabinet beberapa waktu lalu, Syahrul pun enggan menanggapi desas-desus pencopotannya.
"Aku nggak tahu tuh, aku kerja aja," kata Syahrul, Selasa, 14 Juni 2022. "Aku kerja saja. Aku mulai dari bawah kerjanya. Kerja saja, semampu-mampu dan sekuat-kuatnya."
Hubungan Surya Paloh dengan Jokowi memang cukup dekat sejak lama. Sumber detikX di Partai NasDem mengatakan, saat maju menjadi calon presiden, kala itu Jokowi meminta restu Surya Paloh. Surya percaya pada Jokowi dan tanpa alasan langsung merestuinya. Jokowi memenangi Pilpres 2014 tanpa melupakan kontribusi Surya Paloh.
Atas pertemuan Surya dengan Jokowi di Istana Merdeka sebelum memutuskan reshuffle kabinet itu, posisi Syahrul pun aman. Jokowi hanya mencopot dua menteri, yaitu Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi serta Menteri Agraria dan Tata Ruang Sofyan Djalil. Lutfi digantikan oleh Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan dan Sofyan digantikan oleh Hadi Tjahjanto.
Daftar nama menteri dan penggantinya yang tersebar sebelum reshuffle kabinet juga memuat nama Airlangga Hartarto. Ketua Umum Partai Golkar itu dikabarkan sempat akan didepak dari Kabinet Indonesia Maju.
Ketua Dewan Pakar PAN Dradjad Wibowo juga sempat menyebut akan ada 'nama besar yang terguling'. Meski Dradjad tidak menyebut nama, banyak dugaan mengarah ke Airlangga.
Ketua DPP Partai Golkar Ace Hasan Syadzily membenarkan adanya isu tersebut. Namun, menurut Ace, mencopot Airlangga dari jabatan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian merupakan hal yang tidak masuk akal.
"Ya, memang ada isu," kata Ace Hasan kepada reporter detikX pekan lalu. "Pak Airlangga sebagai menteri koordinator dan Ketua KPCPEN (Komite Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional) menunjukkan kinerja yang sangat baik."
Lebih dari sekadar menjatuhkan Airlangga dari posisi menteri, Ace Hasan melanjutkan, bahkan hal tersebut berkaitan dengan upaya menjatuhkan Airlangga dari jabatan pemimpin Partai Golkar. Isu pencopotan Airlangga akan berdampak pada kepemimpinan partai berlogo pohon beringin ini.
"Ada upaya untuk menghentikan Airlangga dan bahkan kaitannya ini dengan internal Golkar," kata Ace Hasan.
Sebelumnya, diam-diam beredar seruan untuk mendukung Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia sebagai Ketua Umum Partai Golkar. Massa yang menamakan dirinya Jaringan Pemuda Muslim Cinta Tanah Air bahkan terang-terangan mendeklarasikan dukungan kepada Bahlil sebagai Ketum Partai Golkar.
Baca Juga : Umpan Lambung Tiga Partai dari Gondangdia
Presiden Jokowi mengumpulkan seluruh pemimpin partai pendukung pemerintah sebelum reshuffle, Rabu (15/6/2022).
Foto : Dok. Istimewa
Dua orang di kalangan internal BKPM yang dekat dengan Bahlil mengaku mendengar kabar tersebut. Menurutnya, rencana pencopotan Airlangga dari posisi menteri adalah bagian dari desain untuk mengganti pemimpin tertinggi Partai Golkar. Jika sesuai rencana, didepaknya Airlangga dari kabinet nantinya akan dibawa ke wacana musyawarah nasional luar biasa. "Bahlil menunggu reshuffle," kata sumber detikX ini.
Sedangkan Ace Hasan menegaskan tidak ada alasan kuat untuk mengkudeta Airlangga dari pucuk pimpinan partai. Menurutnya, Airlangga telah mengkonsolidasikan kekuatan partai secara luar biasa. Selain itu, klaim Ace, berbagai survei menyatakan Partai Golkar di bawah kepemimpinan Airlangga mendulang elektabilitas yang tinggi.
"Apa alasan mengkudeta Pak Airlangga? Lihat gedung DPP ini, ini yang membangun Pak Airlangga," kata Ace Hasan.
Ace Hasan juga menuturkan, saat ini Bahlil bukanlah kader Partai Golkar. Memang, sebelumnya, Bahlil pernah ada di Golkar, tapi sekarang sudah tidak. "Beliau juga mengaku menjadi menteri bukan representasi Golkar," katanya.
Reporter: Rani Rahayu, Fajar Yusuf Rasdianto, May Rahmadi
Penulis: May Rahmadi
Editor: Dieqy Hasbi Widhana
Desainer: Luthfy Syahban