INTERMESO

Mereka yang Cuan
di Tengah Corona

“Kalau hari biasa sebelum corona jarang-jarang yang pesan. Tapi sekarang tiap hari pasti ada yang pesan.”

Ilustrasi: Edi Wahyono

Senin, 27 April 2020

Menteri Keuangan Sri Mulyani telah mengeluarkan prediksi mengerikan mengenai pertumbuhan ekonomi Indonesia yang mencapai angka minus akibat dihantam pandemi COVID-19. Dampaknya bisa terlihat dari perusahaan yang melakukan pemutusan hubungan kerja atau PHK secara masif. Krisis ekonomi ini juga menyebabkan ibu rumah tangga mengencangkan ikat pinggang mereka.

Namun Artika Rahayu, perempuan asal Kendal yang berprofesi sebagai guru sekaligus wirausaha ini punya pandangan berbeda. Bagi Artika, krisis itu seakan hanya ada di televisi dan judul berita online. Ia merasakan daya beli masyarakat masih sangat tinggi. Terbukti dari penjualan online shop-nya selama masa pandemi ini.

Artika Rahayu
Foto : Dok Pribadi

Dulu jualan jilbab jaman kuliah 2016 bareng sama teman modal seorang Rp 3 juta. Tahun 2017 aku jual masker spirulina. Dasar otak dagang kan, sampai wisuda balik ke Kendal lanjut jualan skincare.”

“Lebih banyak penjualan online. Barang baru datang sudah habis lagi. Dari sebelumnya omzet sebulan sekitar Rp 70-80 juta, sekarang sudah tembus lebih dari Rp 100 juta. Bisnis skincare alhamdulillah nggak terdampak,” ucap Artika yang menjadi guru di SD Negeri Pagerdawung, Ringinarum, Kendal, sejak Januari 2018. Sejak sekolahnya menerapkan sistem belajar dari rumah, Artika punya waktu senggang untuk mempromosikan dagangannya di Instagram.

Sepanjang berjualan, perempuan berusia 24 tahun ini justru baru merasakan peningkatan penjualan yang cukup tajam di masa Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Sebelumnya Artika telah merintis bisnis online sejak masih kuliah. Awal mula ia berjualan ketika masih menjalani kuliah PGSD atau Pendidikan Guru Sekolah Dasar di Universitas Negeri Semarang.

“Dulu jualan jilbab jaman kuliah 2016 bareng sama teman modal seorang Rp 3 juta. Tahun 2017 aku jual masker spirulina. Dasar otak dagang kan, sampai wisuda balik ke Kendal lanjut jualan skincare,” tuturnya.

Kini Artika menjual produk kecantikan dari perusahaan kosmetik lokal MS Glow. Produk perawatan kulit khusus wanita ini dibintangi oleh Luna Maya dan Sandra Dewi. Selain berjualan di marketplace, Artika juga punya toko di Kendal. Namun selama PSBB, Artika membatasi jumlah pengunjung di toko.

Toko kecantikan milik Artika di Kendal, Jawa Tengah
Foto : Dok Pribadi

Peningkatan penjualan ini tidak hanya dirasakan Artika, reseller-nya di kota lain juga mengalami lonjakan penjualan. “Jadi peningkatannya merata ya. Reseller aku yang kebanyakan ada di pulau Jawa juga penjualannya meningkat. Mungkin naluriah ya orang-orang di rumah punya banyak waktu jadi pengin merawat wajah,” kata Artika. Satu paket produk perawatan wajah ia jual dengan harga Rp 300 ribu.

Bukan cuma pedagang skincare yang merasakan manisnya kenaikan penjualan. Usaha produksi tas yang sudah dirintis Noor Kholifah sejak tahun 2015 juga merasakan hal serupa. Dagangan dengan merk Fafa Souvenir ini awalnya hanya menyediakan tas souvenir untuk acara tertentu seperti ulang tahun, pernikahan, syukuran dalam bentuk grosir. Semenjak virus corona merebak, orang mulai meniadakan kegiatan kumpul-kumpul. Pelanggan Kholifah tidak lagi memesan tas untuk perayaan.

“Sebelumnya fokus usaha saya memang jualan goodie bag, tapi karena corona nggak ada yang mengadakan ulang tahun.” ucap perempuan kelahiran Kudus, 2 Mei 1992 ini. Kholifah memiliki konveksi sendiri untuk memproduksi tas jualannya. Meski sempat mengalami penurunan, di masa pandemi ini tas untuk menyimpan minyak essensial justru banyak peminatnya.

“Kalau hari biasa sebelum corona jarang-jarang yang pesan. Tapi sekarang tiap hari pasti ada yang pesan. Satu orang bisa beli sampai 200 pouch. Dari ratusan ribu sampai jutaan transaksinya. Biasanya mereka beli buat dijual lagi,” tuturnya.

Tas souvenir produksi Fafa Souvenir
Foto : Dok Fafa Souvenir

Karena peningkatan permintaan ini, Kholifah keteteran untuk memproduksi tasnya. Kholifah akhirnya merekrut tambahan 5 penjahit baru, dari sebelumnya hanya 2 penjahit khusus tas difusser oil ini. “Untuk tas difusser ini naik sampai 400 persen penjualannya. Saya disuruh kerja cepat karena begitu pesanan jadi mereka biasanya bakal langsung pesan lagi,” ungkap Kholifah. Untuk memenuhi target produksi, para penjahitnya rela lembur sampai menjelang lebaran nanti.


Penulis: Melisa Mailoa
Editor: Irwan Nugroho
Desainer: Luthfy Syahban

[Widget:Baca Juga]
SHARE