Ilustrasi: Edi Wahyono
Senin, 22 Maret 2021Dua tangan Muhammad Rian, 21 tahun, terus mencengkeram tulang leher DP, 17 tahun, dari belakang tanpa keragu-raguan. Di atas kasur kamar Penginapan Amanah, Cisarua, Bogor, Rabu, 24 Februari 2021, malam itu, DP telungkup tak berdaya.
Perempuan itu coba menjerit sekuat tenaga, tetapi tak ada yang bisa mendengarnya. Rian membungkam jeritan anak itu dengan membenamkan mukanya ke dalam kasur. “Saya mencekiknya,” kata Rian kepada detikX di Mapolres Kota Bogor, Rabu, 17 Maret 2021. Dengan tatapan kosong, dia menunduk. Dia memangku dua tangannya yang saling menggenggam.
Tak ada pikiran apapun di kepala Rian kecuali menanti-nantikan kematian DP kala itu. Dia sadar. Dia tak memberi ampun kendati samar-samar dia mendengar jerit payah suara kesakitan. Sampai akhirnya, ajal perempuan itu pun tiba. DP tewas dengan jari-jemari Rian membekas di lehernya.
DP baru mengenal Rian pada hari nahasnya. DP mau menemui laki-laki itu karena dapat iming-iming uang. Rian mengisahkan, perkenalannya dengan DP bermula dari sebuah grup di media sosial. Rian menghubungi DP setelah DP membuat unggahan di grup tersebut. “Awalnya, korban membuat posting-an habis tertipu,” kata Rian. “Saya memegang uang, tapi hanya bisa memberi satu juta. Korban mau lalu saya berjanjian.”
Muhammad Rian, pelaku pembunuhan dua wanita di Bogor saat diwawancara
Foto: Iswahyudi/20Detik
Rian menjemput DP dengan menggunakan sepeda motor di Stasiun Citayam pada pukul 10.00 WIB hari itu. Rian menggunakan jaket berwarna krem, sementara DP mengenakan kalung dan kaos berwarna putih. Mereka langsung menuju Penginapan Amanah di kawasan Puncak. Dalam perjalananya, Rian dan DP sempat mampir makan siang di rumah makan Padang, belanja makanan kecil di minimarket, dan membeli minuman beralkohol.
Kita menduga, mungkin pelakunya sama. Membuangnya, pun, sama. Orang bisa melihat itu adalah korban (pembunuhan).”
Mereka berdua masuk ke penginapan sekitar pukul 14.00 WIB. Keduanya duduk-duduk dan bercengkerama, berbagi cerita. Rian kemudian menyetubuhi DP dan memberi uang Rp 1 juta. Mereka duduk-duduk bercengkerama kembali setelah itu, sekitar pukul 19.00 WIB. Kali ini, mereka bercakap-cakap sambil minum alkohol tanpa menggunakan pakaian. Mereka berbicara tentang apa saja, tentang kehidupan masa muda.
Semua berjalan biasa saja sesuai rencana pada mulanya. Namun, emosi Rian mulai kacau tatkala DP tiba-tiba bercerita membutuhkan uang lebih dari Rp 1 juta. Rian mengklaim, DP meminta uang lebih kepadanya. DP tak meminta dengan ancaman, tetapi DP mengulang-ulang permintaan. “Saya cekcok setelah memberi uang Rp 1 juta,” kata Rian. “Dia mulai memaksa, meminta-minta terus lebih dari tiga kali.”
Rian tak mampu menyanggupi permintaan DP. Rian mengaku, kekesalan di dalam hatinya kala itu muncul dan terus bertambah seiring permintaan DP yang diulang-ulang. Namun, dia tidak menunjukkan kekesalannya. Sampai akhirnya, sekitar pukul 20.00 WIB, Rian mendorong DP ke arah kasur dan membuat DP telungkup. “Mungkin pikiran dia karena saya ingin bersetubuh lagi. Saya mendorong, langsung membunuh,” kata dia.
Usai membunuh, Rian tak meninggalkan jasad DP begitu saja. Rian keluar penginapan dan menuju rumah temannya yang menyewakan tas pendaki gunung berukuran besar dengan harga Rp 35 ribu. Rian juga mencari kantong plastik hitam besar (trash bag), yang biasanya dia gunakan sebagai tempat sampah ketika mendaki gunung.
Rian kembali ke penginapan setelah mendapat tas dan plastik itu. Dia mengambil kaos putih dan celana pendek bercorak Doraemon milik DP, lalu memakaikannya ke tubuh DP yang tak lagi bernyawa. Rian lalu memasukkan jasad DP ke dalam trash bag sebelum memasukkannya ke dalam tas pendaki gunung. Tak lupa, Rian mengambil kalung emas dan ponsel milik DP.
Malam ketika memasuki hari Kamis, 25 Februari, sekitar pukul 02.00 WIB, Rian keluar dari penginapan dengan menggendong tas besar berisi jasad DP. Rian membawa jasad DP menggunakan motor dan membuangnya di Jalan Raya Cilebut, Jembatan II, Kota Bogor.
Baca Juga : Samin Mabuk, Mencuri, Lalu Membunuh
Rian menjual kalung emas dan ponsel DP setelahnya. Dari penjualan itu, dia mendapat uang sekitar Rp 2 juta dan kisahnya membunuh DP selesai di sini. Rian mengaku gelisah setelah membunuh, tetapi di saat bersamaan, dia juga berharap jasad DP segera ditemui orang dan diketahui keluarga.
Namun, pembunuhan yang Rian lakukan tak berhenti di situ. Sekitar dua pekan dari waktu pembunuhan DP, tepatnya pada Selasa 9 Maret 2021, Rian membunuh perempuan lain bernama EL, 23 tahun. Modusnya sama: berkenalan melalui media sosial, mengajak ke Penginapan Amanah, mencekik lehernya dari belakang hingga tewas setelah bersetubuh, dan membuang jasadnya di tempat umum.
Bedanya, Rian mengaku memang sudah sejak awal merencanakan pembunuhan untuk menguasai harta EL. Tas pendaki gunung yang sebelumnya tidak dia persiapkan untuk membawa jasad, kini sudah dia bawa sejak pertama bertemu dengan EL. “Saya teringat korban yang pertama,” kata Rian. “Bisa mendapatkan barang-barangnya.”
Perbedaan lainnya, Rian membuang jasad EL di kebun kosong, kawasan Megamendung, Kabupaten Bogor. Rian pun hanya membungkus jasad itu dengan pakaian milik EL, tanpa dibungkus trash bag.
Bukan tanpa alasan dia membuang dua jasad korbannya di jalanan, di tempat yang mudah sekali ditemukan. Dia bisa saja berusaha menghilangkan jasad-jasad itu. Pada pembunuhan pertama, misalnya, ada sungai sekitar 25 meter dari tempat ditemukannya jasad DP. Polisi pun memandang, Rian bisa saja mengubur korban-korbannya jika ingin menghilangkan jejak.
Rian mengaku, dia memang sengaja membuang dua jasad korban pembunuhannya di tempat yang mudah ditemui orang. Alasannya agar orangtua-orangtua korban menemui jasad anaknya. “Saya tidak ingin keluarga mencari. Saya ingin (jasad) ini ditemui keluarganya,” kata Rian.
* * *
Di sebuah bangunan kecil pada Rabu, 10 Maret petang, Rian dan seorang temannya, laki-laki, sedang tidur-tiduran. Rian menongkrong seperti biasa, meminum kopi, merokok, dan membicarakan tentang rencana mencari kerja di Jakarta. Kala itu, dia baru bangun dari tidur sore. Rian tak tidur sejak malam harinya, setelah membunuh EL, sampai sore itu. Sepanjang hari, dia berpikir dan berharap: jasad EL segera ditemui orang dan diketahui keluarganya.
Sekitar pukul 19.30 WIB, dua polisi tiba-tiba membuka pintu dan masuk sambil menodongkan pistol ke arah Rian. Teman Rian kaget. Percakapan tentang rencana pekerjaan harus berhenti sampai di situ. Namun, Rian biasa saja. Dia mengaku tidak takut atau pun panik sebab dia sudah tahu, momen itu pasti terjadi. “Karena saya salah, telah menghabisi nyawa orang,” katanya.
Polisi memborgol dua tangan Rian, menyita dua handphone, tas pendaki gunung yang dia gunakan untuk membuang jasad DP dan EL, dan plastik hitam besar. Rian tak melawan. Kepala Polres Kota Bogor AKBP Susatyo Purnomo Condro menjelaskan, timnya sudah memantau gerak-gerik Rian sejak menemukan jasad DP. Setelah melakukan observasi dan pemeriksaan saksi-saksi, kuat diduga, Rian adalah pelaku pembunuhan DP.
Baca Juga : Si Durjana dari Tanah Rencong
Kepala Polres Kota Bogor, AKBP Susatyo Purnomo Condro
Foto: Iswahyudi/20detik
Ditambah lagi, sebelum penangkapan malam itu, polisi mendapat laporan penemuan mayat EL. Ada kesamaan di tubuh penyebab kematian di tubuh EL dengan DP: leher mereka terdapat bekas cekikan. Itu sebabnya, polisi menduga ada keterkaitan antara meninggalnya EL dengan meninggalnya DP. “Ini, kok, serupa?” kata Susatyo. “Kita menduga, mungkin pelakunya sama. Membuangnya, pun, sama. Orang bisa melihat itu adalah korban (pembunuhan),” ujarnya saat diwawancara detikX, Kamis 19 Maret 2021.
Rian terjerat dalam dua perkara pembunuhan. Susatyo menjelaskan, Polresta Bogor menetapkan Rian sebagai tersangka kasus pembunuhan DP dan menuduh Rian telah melakukan kekerasan terhadap anak hingga mengakibatkan kematian. Usia DP masuh tergolong sebagai 'anak'.
Polisi mengenakan Rian dengan Pasal 76 C jo Pasal 80 ayat 1 dan 3 Undang-undang RI Nomor 35 Tahun 2014 tentang perubahan atas Undang-undang RI Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak subsider 338 KUHP lebih subsider 365 ayat (3) KUHP. Rian terancam dengan hukuman 15 tahun penjara.
Sedangkan untuk kasus pembunuhan EL, Polres Kabupaten Bogor menilai Rian telah melakukan pembunuhan berencana. Polisi menjeratnya dengan pasal Pasal 340 KUHP subsider 338 KUHP lebih subsider 365 ayat (3) KUHP. Susatyo mengatakan, pembunuhan yang Rian lakukan berlatar keinginan untuk menguasai harta. Polisi menjadikan itu sebagai motif sementara.
Namun, ada dugaan, Rian memiliki gangguan jiwa karena membunuh dengan modus yang sama di waktu berdekatan. Rian pun sempat mengatakan, dalam sebuah video pascapenangkapan yang beredar di media sosial, dia membunuh karena membenci perempuan.
Susatyo mengatakan, ada pula kemungkinan Rian akan mengulangi perbuatannya. Sebab, Rian hanya sesaat merasa panik dan menyesal setelah membunuh korban yang pertama. Terlebih lagi, saat penangkapan, polisi menemukan tas pendaki gunung dan plastik yang menjadi alat Rian membuang korban-korbannya. “Kalau pelaku tidak kami tangkap waktu itu, bisa jadi dua pekan kemudian akan ada korban berikutnya,” kata Susatyo.
Polisi juga menemukan adanya indikasi kekerasan seksual yang Rian lakukan kepada salah satu korbannya. Namun, polisi masih perlu mendalami hal-hal tersebut. Polisi menunggu hasil pemeriksaan jiwa Rian. “Itu hanya mungkin dilakukan orang-orang yang punya gangguan kejiwaan,” kata Susatyo.
“Seperti ada hal lain di diri tersangka yang mendorongnya melakukan pembunuhan, bukan hanya untuk mengambil harta korban.” Yang jelas, Susatyo melanjutkan, Rian melakukan dua pembunuhan itu secara sadar. Rian juga mampu berpikir dan berbicara menjawab pertanyaan penyidik secara runut.
Dari hasil pemeriksaan, polisi mengetahui, Rian adalah seorang pedagang online. Sebelumnya, dia bekerja sebagai pengantar kue, tetapi pandemi membuatnya kehilangan pekerjaan itu. Sehari-hari, Rian tinggal bersama ibunya. Dia memiliki seorang kakak perempuan dan seorang kakak laki-laki. Bapaknya meninggal ketika dia berumur empat tahun.
Seorang warga menunjukkan TKP penemuan mayat DP di Cilebut (Foto: Syailendra HW/detikX)
TKP penemuan mayat EL di Megamendung (Foto: Syailendra HW/detikX)
Berdasarkan pengakuan Rian, kakaknya yang laki-laki, suka memarahi dan melakukan kekerasan kepadanya ketika masih kecil. Ada dugaan, ini menjadi penyebab sifat agresif Rian hingga mampu membunuh dua orang perempuan dengan cara yang sama. Namun, polisi tidak menemukan ada bekas luka serius hasil kekerasan fisik masa lalu di tubuh Rian.
Kriminolog Universitas Indonesia Iqrak Sulhin menjelaskan, pernyataan pelaku yang sempat mengatakan dua pembunuhan itu dilatari dengan kebencian terhadap perempuan, menunjukkan problem struktural gender. Kekerasan terhadap perempuan, hingga pembunuhan, dapat mengindikasikan cara pandang pelaku.
Cara pandang yang Iqrak maksud adalah anggapan bahwa perempuan hanyalah properti. Dengan cara pandang itu, perempuan dianggap bisa diperlakukan seenaknya seperti properti. “Cara pandang ini mengindikasikan kultur patriarkis masih melatari banyak kejahatan hingga kekerasan terhadap korban perempuan,” kata dia.
Namun yang jelas, dari motif sementara, menguasai harta korban, pendalaman aspek psikologis tetap menjadi sangat penting. Iqrak mengatakan, hal itu untuk mengetahui alasan Rian berani dan tega membunuh korban. Sebab, jika memang motifnya hanya untuk menguasai harta, Rian tidak perlu melakukan pembunuhan.
“Ini letak masalah psikologis atau psikiatrisnya yang perlu pendalaman. Mengapa ia harus membunuh korban?” kata Iqrak. “Termasuk apakah ada kemungkinan pelaku tidak memiliki empati, egosentrik, atau menikmati penderitaan orang lain, sehingga berani membunuh orang?”
Pendalaman aspek psikologis itu juga berkaitan dengan kesengajaan Rian membuang jasad korban-korbannya di tempat yang mudah diketahui orang. Iqrak menjelaskan, sebenarnya, kecenderungan pelaku pembunuhan adalah menyembunyikan korban sampai sulit ditemukan. “Kalau memang begitu maksud pelaku (sengaja membuang korban di jalan agar ditemukan keluarganya), tentu bertentangan dengan logika umum pelaku kejahatan. Ini perlu pendalaman psikologis dan psikiatris juga,” kata dia.
Psikolog Sosial Universitas Gajah Mada Koentjoro menilai, keputusan Rian membuang dua korbannya di jalan dari pada berusaha menghilangkan jejak adalah sebuah keputusan secara sadar. Di satu sisi, Rian sadar bahwa dirinya tidak mendapat perhatian dari keluarga. Namun di sisi lain, Rian juga sadar bahwa kehadiran keluarga itu sangat diperlukan. “Dia berharap korbannya bisa ditemukan, karena mereka disayangi dan dibutuhkan keluarganya,” kata Koentjoro.
detikX sempat menanyakan arti keluarga di mata Rian. Dia menjawab tidak tahu. Dia mengaku tidak dekat dengan keluarganya dan jarang sekali berada di rumah. Namun, Rian menyatakan, keluarga sangat berarti baginya. “Saya melihat keluarga orang lain,” kata Rian sambil menunduk dengan kedua tangan saling menggenggam, di pangkuannya.
Penulis: May Rahmadi
Editor: Irwan Nugroho
Desainer: Luthfy Syahban