"Kalau pulang butuh uang ke Pacitan Rp 500.000, buat balik lagi Rp 500.000. Kan nggak mungkin kalau nggak balik lagi ke sini, kamu gimana?" ujar salah seorang PRT Bibit (42) di salah satu sudut rumah, Selasa (8/4/2014).
"Saya sih pemilih pemula, ini harusnya pertama kali saya nyoblos. Tapi mau gimana lagi, gaji cuma Rp 800.000 sebulan masa mau dipake buat mudik sekedar nyoblos?" imbuh Nungki (19).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kalau bisa nyoblos di sini sih pasti saya nyoblos. Tapi katanya nggak bisa, mau gimana lagi? Tapi besok kita coba datangi ke TPS," tanggap Wawan (18).
"Iya ya, Wan. Padahal majikan kita sudah ngizinin buat nyoblos, tapi ya masalahnya biayanya itu. Lebih enak kalau boleh nyoblos di sini," imbuh gadis asal Purbalingga itu lagi.
"Bayangin saja ya kalau di Menteng ini satu rumah ada 6 sampai 7 pembantu, kalau 10 rumah? 20 rumah? Belum lagi buruh-buruh bangunan itu satu rumah bisa 60 orang. Bisa-bisa kalau ditotal ada 1000 orang di Jakarta nggak bisa milih dong," tutur Bibit.
Andaikata mereka diberi kesempatan memilih di TPS terdekat maka mereka tak akan golput. Hanya obrolan seperti ini yang dapat mereka lakukan untuk menampung aspirasi.
(bpn/van)