"Waktu itu tahun 1965, kondisi kampus saya, (Universitas Padjadjaran, Bandung) terhenti karena kondisi saat itu," kata Mansyur saat berbincang dengan detikcom di ruang kerjanya di gedung Mahkamah Agung (MA), Jalan Medan Merdeka Utara, Jakarta, Senin (23/7/2012).
Kondisi inilah yang membuatnya hanya bisa menyelesaikan pendidikan hingga sarjana muda di Fakultas Hukum. Saat dia praktik perkuliahan, dia mengaku sangat terpesona dengan hakim dalam mengadili di ruang sidang. "Bagaimana hakim menunjukkan kemampuannya dalam memimpin sidang, berwibawa sekali," ujar Mansyur.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kemudian saya jalan ke sebelah utara, di situ ada gedung Depertemen Kejaksaan (kini menjadi Kejaksaan Agung). Pada waktu itu ada pengumuman penerimaan siswa untuk pendidikan jaksa, tahun 1965," kenang Mansyur.
Karena syarat menjadi hakim belum terpenuhi, Mansyur pun akhirnya mendaftar lowongan jaksa tersebut. Lantas dia mengikuti pendidikan jaksa selama 10 bulan di Pusdiklat Ragunan, Pasar Minggu. Garis hidupnya pun berubah, yang sebelumnya berkeinginan menjadi hakim kini berkecimpung sebagai jaksa. "Saya merasa ini sudah panggilan hidup saya," ujar Mansyur.
Kariernya di kejaksaan penuh liku. Bertugas di seluruh penjuru Nusantara selama puluhan tahun hingga akhirnya menduduki posisi Direktur Penyidik pada Jampidsus Kejagung di Gedung Bundar, Kejaksaan Agung. Tidak berapa lama dia menduduki karier tertinggi sebagai Jaksa Agung Muda Perdata dan Tata Usaha Negara (Jamdatun) hingga setahun sebelum pensiun dipromosikan menjadi hakim agung oleh Jaksa Agung. Lantas pada 2003 dia lolos seleksi DPR untuk menduduki posisi hakim agung. Kariernya di MA berakhir seiring dengan usianya yang memasuki 70 tahun pada 7 Juli 2012.
"Saya dari dulu terbiasa mengajar. Waktu jadi jaksa saya sudah mengajar di berbagai kampus. Setelah ini (pensiun) saya juga masih tetap mengajar," ungkap Mansyur.
Karier jaksa dan hakim tidak diikuti oleh ketiga anak-anaknya. Mereka lebih memilih jalur wiraswasta sebagai pengusaha. "Anak-anak saya tidak ada yang jadi hakim, mereka memilih menjadi pengusaha, wiraswasta," terang penyandang gelar doktor ini.
(asp/nrl)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini