Terus Terang Sudah Hilang Semangat Belajar di LIA Pengadegan

Suara Pembaca

Terus Terang Sudah Hilang Semangat Belajar di LIA Pengadegan

- detikNews
Senin, 28 Des 2009 15:23 WIB
Keluhan
Pada 21 November 2009 saya mengikuti tes EPT di LIA Pengadegan dengan tujuan untuk mengambil kursus TOEFL. Dari awal penyerahan berkas ke Customer Service saya sudah merasakan ketidakramahan pelayanan (saat itu yang bertugas adalah Bapak S).

Saat itu banyak orang yang akan mengikuti tes EPT. Kami antri untuk penyerahan berkasnya. Di depan saya ada seorang pemuda yang menanyakan tentang proses tesnya. Apa saja tahapannya. Menurut saya pertanyaan itu wajar karena kita baru pertama kali mau mengikuti tes EPT.

Tapi, jawabannya sungguh tidak mengenakkan. Seolah-olah pemuda tersebut cerewet sekali sehingga ketika dia sudah keluar dari antrian Bapak S mengucapkan kata-kata yang menurut saya tidah pantas diucapkan oleh seorang yang tugasnya adalah Customer Service. Apalagi saat itu banyak orang yang sedang mengantri dan karena saya persis di belakang orang tersebut maka dengan jelas saya mendengar kata-kata makian tersebut.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Setelah tes selesai saya datang lagi ke bagian Customer Service untuk mendaftarkan nama saya di kursus TOEFL. Masih dilayani oleh Bapak S dan diberitahukan bahwa minimum peserta TOEFL setiap kelas adalah 10 orang. Saat itu saya menanyakan mulai kursusnya kapan dan sudah berapa orang yang mendaftar. Dijawab yang daftar sudah banyak tapi belum pada membayar. Jadi, tidak tahu kapan mulainya.

Saya bertanya lagi. Pembayarannya diberikan batas waktu tidak dan dijawab oleh Bapak S bahwa LIA tidak pernah memberikan batas waktu pembayaran. Terserah peserta saja. Pokoknya menunggu sampai ada 10 orang yang membayar baru running.

Oleh karena saya merasa metode itu kurang efektif saat itu saya menyatakan begini, "kalau pembayarannya ada batas waktunya lebih bagus, Pak. Supaya calon peserta juga jelas kapan harus membayar dan kapan mulai kursusnya. Kalau begini metodenya kan jadi lama. Dikhawatirkan antar peserta saling menunggu. Peserta belum mau membayar kalau belum ada peserta lain yang membayar".

Namun, dijawab oleh Bapak S dengan nada suara tinggi (sampai-sampai orang sekeliling melihat ke arah kami), "ya, memang begiu peraturan kami. Selama ini tidak ada yang protes. Baru Mba aja. Kalau Mba ga mau ya sudah".

Saya sampaikan ke Bapak S bahwa maksud saya berkata seperti itu adalah agar ke depanΒ  LIA bisa lebih baik. Kalau tetap dengan sistem yang sekarang saya lihat sangat merepotkan dan tidak jelas kapan mulai kursusnya. Sistem pembayaran uang kursus harus tunai tidak dapat ditransfer. Melihat hasil tes EPT juga harus diambil langsung tidak bisa online.

Saya hanya memberi saran saja. Tidak diterima juga tidak masalah. Tapi, respon yang saya terima justru di luar dugaan. Dengan suara lantang dia berkata bahwa memang seperti itu sistem di LIA. Kalau Mba mau silahkan tidak mau ya sudah. Saya sangat menyayangkan sikap seorang Customer Service seperti itu.

Mungkin Bapak SΒ  ini salah satu karyawan LIA yang lupa diberikan training dan couching sehingga kurang mengerti tugas dan tanggung jawabnya adalah melayani dan memberikan informasi ke Customer dengan sebaik-baiknya.

Saya sampaikan hal ini ke media juga atas seizin Bapak S. Saat itu saya terpancing emosi mendengar jawaban beliau sehingga saya berucap bahwa nanti saya akan menyampaikan hal ini ke media. Jawaban beliau masih tetap congkak, "silahkan, silahkan, yang banyak ya."

Saya berharap ke depan LIA lebih profesional dalam memilih karyawannya. Dengan kejadian ini terus terang saya sudah hilang semangat untuk belajar di LIA. Tidak masalah mengeluarkan uang lebih banyak untuk mengambil kursus di tempat lain. Terpenting pelayanan dan kualitasnya bagus.

Ernawatiy
Jl. Setia Budi Timur IV/37
Jakarta Selatan
ernawatiy@yahoo.com





Keluhan diatas belum ditanggapi oleh pihak terkait

(msh/msh)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya
Kirimkan keluhan atau tanggapan Anda yang berkaitan dengan pelayanan publik. Redaksi detikcom mengutamakan surat yang ditulis dengan baik dan disertai dengan identitas yang jelas. Klik disini untuk kirimkan keluhan atau tanggapan anda.



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads