Warga di lereng Gunung Merapi wilayah Klaten mulai membeli air bersih menyusul datangnya musim kemarau. Harga satu tangki sudah menembus Rp 300 ribu.
"Sebagian warga yang tidak punya bak penampungan air ukuran besar mulai membeli air. Harganya sampai dusun teratas sudah sampai Rp 300 ribu per tangki ukuran 6.000 liter," ungkap Ketua RT 16/ RW 6 Desa Sidorejo, Kecamatan Kemalang, Jenarto pada detikcom, Senin (6/7/2020).
Menurut Jenarto untuk memenuhi kebutuhan air bersih mau tidak mau, warga harus membeli. Apalagi sudah lama tak turun hujan di desa-desa kawasan puncak Gunung Merapi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Hujan sudah sekitar dua bulan tidak turun. Hari ini tadi ada gerimis tapi tipis dan tidak membasahi tanah, entah gerimis atau apa tadi," sambung Jenarto.
Sejauh ini, lanjut Jenarto, belum ada kabar droping air bersih dari pemerintah. Namun tim BPBD sudah survei ke desanya.
"Tadi sudah ada tim datang. Mungkin survei ketersediaan air bersih atau kondisi Merapi pada umumnya," kata Jenarto.
Warga lainnya, Siswanto yang tinggal di Dusun Jayan, Desa Tegalmulyo, Kecamatan Kemalang mengatakan hal yang sama. Dia sudah membeli air untuk mencukupi kebutuhan air bersih.
"Sudah mulai membeli. Rata-rata 10 tangki per hari sudah naik ke desa menjual air," jelas Siswanto pada detikcom.
Menurut Siswanto, harga satu tangki air bersih di desanya Rp 270 ribu untuk kapasitas 5.000 liter. Air itu hanya untuk kebutuhan masak dan MCK.
"Yang membeli itu untuk MCK dan air minum. Untuk ternak masih bisa dicukupi dari air embung," tambah Siswanto.
Untuk ukuran 5.000 liter, imbuh Siswanto, bisa digunakan dua pekan untuk satu keluarga dengan empat anggota. Jika anggota keluarga lebih bisa habis lebih cepat.
"1 KK dengan 4 orang bisa untuk setengah bulan. Desa sudah mengajukan dropping ke Pemkab," pungkas Siswanto.
Kabid Logistik dan Kedaruratan BPBD Pemkab Klaten, Sri Yuwana Haris Yulianto menambahkan dia bersama tim sudah bertemu dengan kepala desa-desa teratas. Salah satunya mengecek ketersediaan air.
"Kita sudah ke Desa Sidorejo dan Tegalmulyo, Kecamatan Kemalang. Salah satunya mengecek air di bak penampungan," ungkap Haris usai survei.
Menurut Haris, hasilnya memang benar warga sudah mulai membeli air bersih. Untuk itu BPBD sudah menyiapkan dropping air bersih.
"Warga mulai membeli air bersih. Besok rencananya mulai kita distribusikan," lanjut Haris.
Tahun ini, imbuh Haris ada 42 desa rawan krisis air bersih. Data itu merujuk pada desa yang didropping tahun 2019.
"Ada 42 desa yang didropping BPBD tahun 2019. Tahun ini bisa saja bertambah atau berkurang dan tergantung kondisi riil di lapangan," pungkas Haris.