Terungkap, Ini Dia Nama 3 Bayi yang Dimakamkan di Tengah Pertigaan Jalan Solo

Terungkap, Ini Dia Nama 3 Bayi yang Dimakamkan di Tengah Pertigaan Jalan Solo

Bayu Ardi Isnanto - detikNews
Sabtu, 04 Jul 2020 12:09 WIB
Tiga buah pusara kecil tanpa nama berada di tengah pertigaan jalan kampung di kawasan Keraton Kasunanan Surakarta.
Tiga makam berjejer di tengah pertigaan jalan kampung di Kota Solo. (Foto: Bayu Ardi Isnanto/detikcom)
Solo -

Warga menyebut tiga makam bayi yang berjejer di tengah pertigaan jalan kampung di Kota Solo sudah berusia sekitar 100 tahun. Meski tak tertulis di pusaranya, warga sekitar ternyata mengetahui nama tiga bayi tersebut.

"Namanya Nggoro Kasih, Den Bagus Kintir dan Mbok Roro Setu. Tapi tidak ditulis di makam," ujar Wulastri, warga yang tinggal berseberangan dengan makam, RT 03 RW 02 Kelurahan Baluwarti, Pasar Kliwon, Solo, Jumat (4/7/2020).

Tak hanya itu, wanita berusia 70 tahun itu bercerita tiga bayi itu meninggal dunia karena hanyut di sungai. Cerita ini didapatnya dari sang ayah, Cokrodipuro.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tonton juga 'Makam Seram di Kota Madiun Penuh Warna-warni dan Jadi Tempat Selfie':

[Gambas:Video 20detik]

ADVERTISEMENT

"Dulu kan ini sungai, Jalan Kalilarangan itu sungai. Ketiganya bayi, hanyut di sungai, tapi tidak dalam waktu bersamaan," tuturnya.

"Saya pindah di sini 1959 sudah ada makamnya. Cerita bapak saya, itu sejak 100 tahun lebih," kata Wulastri.

Wulastri mengungkap makam-makam yang terletak masih di kawasan Keraton Kasunanan Surakarta itu awalnya hanya berupa tanah yang rata. Hingga akhirnya, ayahnya membangun kijing di tiga makam itu pada sekitar tahun 1966.

"Bapak saya kan kejawen, dapat bisikan disuruh memperbaiki makam," kata Wulastri.

Tiga buah pusara kecil tanpa nama berada di tengah pertigaan jalan kampung di kawasan Keraton Kasunanan Surakarta.Tiga buah pusara kecil tanpa nama berada di tengah pertigaan jalan kampung di kawasan Keraton Kasunanan Surakarta. Foto: (Bayu Ardi Isnanto/detikcom)

Saat ayahnya masih hidup, kata Wulastri, warga sempat ingin memindahkan makam itu karena mengganggu jalan. Namun akhirnya batal karena dikhawatirkan terjadi sesuatu hal buruk. Menurutnya, para peziarah dari luar kota masih sering datang ke makam itu.

"Yang nyekar (ziarah) itu dari luar kota. Ada yang dari Surabaya, Wonogiri. Mereka tidak ada hubungan keluarga," kata Wulastri.

"Setiap hari saya yang bersihkan, nyapu. Kadang kalau malam Jumat ada yang ziarah,"lanjutnya.

Halaman 2 dari 2
(bai/sip)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads