Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya mengungkap solusi permanen untuk mengatasi bencana kebakaran hutan dan lahan (karhutla) saat musim kemarau. Hal tersebut bisa dilakukan dengan menganalisis iklim dan cuaca serta merekayasa kondisi curah hujan.
"Kita harus bereskan juga sebagai solusi permanen yaitu kita harus bisa melakukan analisis iklim atau cuaca, dan langkah kita untuk merekayasa dengan teknologi yaitu pertama setiap kondisi curah hujan, musim kemarau, sensitivitas terhadap kebakaran itu ada parameter, ada teknologinya. Itu harus ikuti," kata Siti usai Rapat Koordinasi Khusus tingkat Menteri di Kantor KLHK Gedung Manggala Wanabakti, Senayan, Jakarta Pusat, Kamis (2/7/2020).
Siti mengatakan pihaknya juga sedang melihat kualitas udara dan keseimbangan air untuk mengukur neracanya. Siti juga mengatakan satelit tidar digunakan sebagai langkah untuk modifikasi cuaca agar lahan gambut tetap basah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Juga kualitas udara, kita mesti ikuti. Kemudian kita juga bisa ikuti keseimbangan air. Di lapangan kondisi neraca air bagaimana. Itu yang kemudian menuntun kita kepada langkah modifikasi cuaca. Karena apa? gambut itu harus basah. Gambut basah kaitannya dengan neraca air di gambut. Berarti ada teknologinya, pakai satelit tidar ada metode cara menghitungnya. Maka modifikasi cuaca perlu dilakukan," kata Siti.
Tonton video 'Perintah Jokowi Cegah Karhutla: Jangan Sampai Pontang-panting':
Siti mengamati pada fase Lebaran kemarin, kawasan Riau mengalami krisis hingga dua kali. Krisis itu terjadi pada Februari sampai Mei sehingga pihaknya kemudian melakukan modifikasi cuaca dan merekayasa hujan agar gambut tetap basah.
"Yang lalu waktu mau Lebaran, saya khawatir karena fase Riau dua kali krisis. Krisis pertama Februari sampai Mei itu kencang. Apalagi lebaran tanggal 25 sekian, masa iya orang mau Lebaran jadi susah. Sudah ada COVID-19, kebakaran. Nah, kita lakukan modifikasi cuaca dan merekayasa hujan. Maka gambutnya basah dan itu ada titiknya, di Sumatera, di Riau, Sumatera Selatan, Jambi. Habis ini kita melangkah ke Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat nanti kita lihat Kalimantan Timur dan Kalimantan Selatan," tuturnya.
Siti berharap solusi permanen ini mampu dikerjakan oleh tim-tim terkait. Dia juga menyebut peran penting masyarakat sangat diperlukan untuk peduli mengenai ancaman kebakaran hutan dan lahan ini.
"Jadi, ada saya sih melihat harapannya bahwa ada solusi permanen tuh bisa tinggal saya lagi minta tim-tim, kalau sudah begini kerjaan detail sih yang penting kan di lapangannya. Kalau bisa sih nanti mungkin justru kawan-kawan media lebih tahu di lapangan kita uji coba deh bagaimana, jangan-jangan justru peran serta masyarakatnya di situ jadi masyarakat peduli api. Istilahnya yang diperluas lagi sehingga dia menjangkau orang untuk ngejaga jangan-jangan harus dijaga seperti itu," tandasnya.