Ketua Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI) Surabaya Dr dr Brahmana Askandar SpOG (K) mengatakan, sebelum persalinan, status COVID-19 bumil perlu diketahui. Jika tidak dilakukan, bisa menularkan ke bayi, tenaga kesehatan (nakes) dan ke pasien lain.
"PR juga untuk kita, bahwa ibu hamil mungkin saat 37 minggu dilakukan rapid test. Datang ke RS bersalin juga harus di rapid tes ulang begitu," kata Brahmana kepada wartawan, Kamis (2/7/2020).
Namun jika memiliki waktu lebih, bumil bisa melakukan tes swab untuk lebih pastinya. Tetapi jika tidak memungkinkan bisa melakukan rapid test.
"Idealnya swab, tapi swab butuh waktu. Rapid itu yang memungkinkan. Kalau lebih bagus tes cepat molekuler tapi lebih susah ketersediaannya lebih jarang," jelasnya.
Selain itu, saat bumil akan melakukan persalinan dapat ke rumah sakit rujukan maternity dan memenuhi klasifikasi. Di Surabaya, terdapat enam RS rujukan untuk persalinan.
"RSU dr Soetomo, RS Dr Ramelan (RSAL), RSUD BDH, RSUD Soewandhie, RS Unair dan RS Husada Utama, cukup banyak," ujarnya.
Karena tidak semua RS bersalin memiliki fasilitas ruang isolasi khusus COVID-19, maka hanya enam RS rujukan tersebut yang bisa. Namun, RS bersalin lainnya akan didorong untuk mengupgrade RS-nya.
"Nanti semua RS bersalin menguprade, ada fasilitas, rujukan juga akan berkurang," kata dia.
"Paling tidak ada ruang isolasi, bayangkan kalau ruang bersalin tidak ada ruang isolasi bercampur ibu hamil COVID-19 dan non COVID-19 kan penularan semakin tinggi," pungkasnya. (fat/fat)