"Yang meninggal saudara Paidi karena lukanya paling parah," kata Suharto, Kades Kedawang, Kecamatan Nguling, Rabu (1/7/2020).
Jenasah Paidi diantar ambulans ke rumah duka Rabu siang. Puluhan keluarga dan kerabat menyambut dengan tangisan.
"Korban meninggalkan seorang istri dan 2 anak yang masih kecil," terang Yahya, salah seorang perangkat desa.
Carok melibatkan kelompok Paidi (32), Saudi (29), Saufi (30) serta Ahmad (40) dan kelompok Yunus (42), Darsono (35) serta Suhadi (38). Semua yang terlibat carok merupakan warga Dusun Sumurlecen, Desa Kedawang, Kecamatan Nguling, Kabupaten Pasuruan, kecuali Darsono yang merupakan warga Desa Mlaten, Kecamatan Nguling.
Carok terjadi saat Paidi dan temannya hendak pulang dari pengajian di mushola Dusun Sumurlecen. Pada saat pengajian terdapat warga yang mengingatkan Paidi dan temannya agar yang bersangkutan sementara tidak pulang karena Yunus dan teman-tamannya sudah menunggu mereka bersiap menghadang.
"Namun saudara Paidi dan teman-temannya tidak menghiraukan peringatan tersebut. Mereka malah berkata 'memang itu yang aku inginkan' begitu," terang Endy.
Paidi dan teman-tamannya lantas pulang. Dan sesampainya di Jalan Dusun Sumurlecen, pukul 18.45 WIB, kedua kelompok warga ini bertemu. Sehingga terjadi carok.
Akibatnya, Paidi mengalami luka robek di bagian mulut, kaki sebelah kiri, pergelangan tangan sebelah kanan dan dirawat di RSUD Bangil. Sedangkan Saudi mengalami luka robek di tangan sebelah kanan, Ahmad mengalami luka robek di telinga dan kepala bagian belakang. Saudi dan Ahmad dirawat di Puskesmas Nguling.
"Sementara di pihak Yunus, Yunus mengalami luka robek di kepala dan Darsono luka robek di tangan sebelah kanan. Keduanya dilarikan di RSUD Tongas Probolinggo. Jadi totalnya 5 orang yang luka," terang Endy.
Pihak kepolisian masih melakukan penyelidikan kasus carok yang menggegerkan warga ini. Diduga carok dipicu dendam lama. "Namun dendam karena apa belum jelas," pungkas Endy. (iwd/iwd)