Keempat dokter yang meninggal tersebut juga memiliki komorbid atau penyakit penyerta.
"Di surabaya ada empat dokter yang COVID-19 meninggal. Kebetulan keempatnya ada komorbid," kata Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Surabaya Brahmana Askandar di Balai Kota Surabaya, Senin (29/6/2020).
Pada 27 April lalu, dokter di RSUD Soewandi, dr Barkatnu Indrawan Janguk meninggal karena terpapar oleh pasiennya yang tak jujur. Pada 18 Mei dr Boedhi Harsono gugur di usia 60 tahun dengan status COVID-19.
Dokter ketiga yang gugur karena terpapar COVID-19 adalah dokter dari RSU dr Soetomo, Miftah Fawzy Sarengat tutup usia di umur 34 tahun pada 10 Juni. Dan dr Sukarno meninggal pada 28 Juni di Rumah Sakit Khusus Infeksi (RSKI) Unair.
Brahmana menjelaskan terpaparnya dokter ada banyak faktor. Tidak hanya di lingkungan rumah sakit tapi juga di lingkungan luar.
"Dokter kemungkinan tertularnya banyak, satu dari rumah sakit, dua bisa dari non rumah sakit," ujarnya.
Menurut Brahmana, dokter juga seperti manusia biasa yang memiliki aktivitas sosial di luar rumah sakit. Namun di saat pandemi seperti ini, dokter memang memiliki kerentanan untuk terpapar.
"Dokter kan juga punya aktivitas sosial tapi apapun paparan terhadap dokter selalu lebih tinggi, wong dia bekerja di rumah sakit," kata Brahmana.
"Rumah sakit jelas-jelas merawat COVID-19, apa lagi pasien covidnya misalnya di rumah sakit tersebut overload, ya pasti paparannya akan semakin tinggi," pungkas Brahmana. (iwd/iwd)