Probolinggo -
Selama pandemi Corona, wisata Gunung Bromo ditutup total. Kini para pelaku wisata mendesak pemerintah atau dinas terkait segera membukanya kembali menyambut new normal.
Tidak adanya aktivitas wisata di Gunung Bromo membuat ekosistem kawasan tersebut terjaga dengan baik. Namun di sisi lain, para pelaku wisata terpuruk karena tidak ada penghasilan.
Penutupan wisata Gunung Bromo oleh pemerintah, guna memutus mata rantai penyebaran COVID-19. Penutupan mencakup semua sektor wisata di wilayah Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS).
Sejak 19 Maret hingga saat ini, belum ada kejelasan kapan wisata Gunung Bromo dibuka. Penutupan itu dinilai berdampak ke para pelaku wisata. Seperti para pengusaha hotel, vila, transportasi Jeep dan kuda, serta para travel. Mereka kehilangan penghasilan selama penyebaran COVID-19.
Terlebih, sebelum ditutup karena pandemi Corona, Wisata Bromo juga sudah ditutup selama sebulan dalam acara Car Free Month.
Di wilayah Bromo khususnya di Kabupaten Probolinggo, ada 18 hotel, 90 home stay dan 13 rumah makan. Total ada 1.050 pelaku wisata yang terdampak penutupan Wisata Gunung Bromo.
Menyambut new normal life, pelaku wisata berharap Bromo kembali dibuka. Semua hotel yang berada di sekitar lereng Gunung Bromo sudah mempersiapkan protokol kesehatan COVID-19 secara ketat. Dan sudah banyak pengusaha hotel yang melakukan pembersihan dan pengecatan hotel dan home stay-nya.
Seperti disampaikan Digdoyo Jamaludin yang merupakan Ketua Perhimpunan Hotel dan Resto Indonesia (PHRI) Kabupaten Probolinggo.
"Usaha penginapan terlihat sepi sejak 6 bulan terakhir. Kami berharap pemerintah di saat sambut new normal, segera membuka Wisata Bromo. Karena semua para pelaku Wisata Gunung Bromo sudah siap menjalankan protokol kesehatan yang dianjurkan oleh pemerintah dan Satgas Gugus Tugas COVID-19. Agar penderitaan para pelaku wisata segera berakhir," kata Digdoyo, Minggu (28/6/2020).
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini