"Modelnya sekarang satu keluarga kena semua, terus kemudian ke mana? Ke pekerjaannya, dia juga dicek ke pekerjaannya. Sekarang sudah nggak seperti itu, justru di keluarganya," kata Risma di Hotel JW Marriott Surabaya, Jumat (26/6/2020).
"Kemarin saya tanya ke Genteng, 'Bu Camat ini kayaknya bukan satu orang ternyata lima orang'. Jadi satu keluarga kena, ini pembantunya lagi kita swab," imbuhnya.
Dalam menangani kasus tersebut, yang dilakukan pemkot yakni memisahkan pasien berdasarkan ada tidaknya gejala. Yang memiliki gejala akan dievakuasi ke rumah sakit rujukan. Sedangkan yang tanpa gejala dibawa ke Asrama haji.
"Artinya saya mohon maaf dengan warga kita harus potong (penularan COVID-19) karena kalau ndak bisa nulari. Bayangkan kalau di rumah ada tujuh orang semua kena. Karena sulit sekali untuk mencegah penularan itu. Sulit sekali. Dari data semua tadi saya sampaikan itu rata-rata nular ke satu keluarga. Kemudian kita cabut dikirim ke RS atau kirim ke Asrama Haji. Kemudian berhenti, kita punya datanya. Sekarang yang kita lakukan nyetop itu," tambahnya.
Sebelumnya, Presiden Jokowi menyoroti soal penggunaan masker di Jatim yang masih rendah. Bahkan, angka yang disampaikan gugus tugas setempat pada Presiden, sekitar 70 persen warga belum disiplin menggunakan masker. Mengenai hal itu, Risma menyampaikan bahwa warga Surabaya yang tidak disiplin menggunakan masker tidak sampai 70 persen.
"Eee, mosok yo ga pakai masker 70 persen, kamu (wartawan yang bertanya) di jalan aja lah lihat (penggunaan masker)," lanjut Risma
Sementara terkait kedisiplinan warga Surabaya dalam mengenakan masker, pemkot menyebut sudah mencapai 90 persen. Seperti yang disampaikan Kepala Satpol PP Kota Surabaya Eddy Christijanto.
Menurutnya, warga yang masih malas menggunakan masker tinggal 10 persen. Atau dari 10 orang, rata-rata hanya ditemukan satu orang yang tidak menggunakan masker.
"Kepatuhan masyarakat kalau kita lihat tetap ya, sekitar 10 persen (pelanggar). Seperti tadi malam saat kita patroli, dari 84 orang, 15 di antaranya tidak pakai masker," ujar Eddy.
Eddy melanjutkan, pihaknya akan terus melakukan penertiban dan pengawasan kepada masyarakat. Hal itu akan terus dilakukan sampai pandemi benar-benar berakhir.
"Monitoring akan terus kita lakukan sampai dicabutnya Perwali. Sepanjang belum dicabut, kami akan lakukan terus," pungkasnya.
(sun/bdh)