Agrapinus Rumatora alias Nus Kei buka suara seputar detik-detik penyerangan brutal anak buah John Kei di rumahnya di Perumahan Green Lake City, Tangerang. Dia mengungkapkan sejumlah fakta.
Kasus ini berawal saat John Kei dkk ditangkap tim Polda Metro Jaya pada Minggu 21 Juni 2020 malam. John Kei ditangkap atas dugaan penyerangan di rumah Nus Kei di Green Lake City dan pembacokan di Duri Kosambi, Jakarta Barat.
Penyerangan di Duri Kosambi mengakibatkan keponakan Nus Kei, ER, meninggal dunia. Sedangkan satu orang lainnya, yakni AR, mengalami luka bacok di bagian punggung dan jari putus.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pertikaian ini bermula dari konflik antara John Kei dan Nus Kei. John Kei merasa dikhianati dalam hal pembagian uang tanah di Ambon.
Sementara itu, Nus Kei mengaku bahwa permasalahan soal pembagian uang itu sudah selesai.
Tonton video '12 Anak Buah John Kei Jadi DPO, Kini Diburu Polisi':
Berikut pengakuan Nus Kei soal konflik dengan John Kei:
Harusnya Selesaikan Berdua!
Agrapinus Rumatora alias Nus Kei buka suara soal konflik dirinya dengan John Kei dan anak buahnya. Bahkan sebelumnya, Nus Kei meminta John Kei untuk menyelesaikan permasalahan mereka berdua tanpa melibatkan orang lain.
"Selesaikan berdua, jangan libatkan orang lain. Saya gentleman dong, fair," kata Nus Kei kepada wartawan di Perumahan Green Lake City, Tangerang, Selasa (23/6/2020).
Nus Kei mengatakan hal itu dalam konteks menjelaskan pesan WhatsApp dari dirinya kepada John Kei yang--sebelumnya disebut Kapolda Metro Jaya--saling mengancam. Menurut Nus Kei, bahwa pesannya itu bukan lah sebuah ancaman.
"Ada memang (kirim WA ke John Kei). Oh itu waktu itu ya betul ada WhatsApp saya, tapi kan bukan ancam, saya ajak ketemu. Saya kan waktu itu bilang begini 'masalah kita berdua, selesaikan berdua, jangan libatkan orang lain yang tidak tahu masalah, wajar dong?'," Nus Kei menjelaskan lagi soal WA tersebut.
Nus Kei mengatakan bahwa permasalahan antara dirinya dengan John Kei adalah persoalan sepele. Ia mengklaim permasalahan itu sudah selesai.
"Itu cuman masalah sepele, cuman masalah yang sudah selesai, yang kemari dijelaskan Kapolda itu benar itu, tapi masalah sudah selesai, masalah di Ambon sana sudah selesai," kata Nus Kei.
Sebelumnya Kapolda Metro Jaya Irjen Nana Sudjana menyampaikan bahwa Nus Kei dan John Kei berkonflik masalah pembagian uang hasil penjualan tanah. Menurut Nus Kei, hal itu terkait birokrasi di Ambon yang mana John Kei seharusnya lebih bersabar.
"Cuma mungkin beliau tidak terlalu, tidak sabar menanti masalah di sana. Di Ambon sana, masalah birokrasi gak bisa secepat itu," katanya.
Lebih lanjut, Nus Kei mengatakan saat ini dirinya hendak ke Polda Metro Jaya untuk menjalani pemeriksaan.
"Saya ingin memberikan keterangan, kesaksian saja, korban kan bukan saya," tuturnya.
Seperti diketahui, kelompok John Kei menyerang rumah Nus Kei di Perumahan Green Lake City, Tangerang pada Minggu (21/6) siang. Sebelum melakukan penyerangan, kelompok John Kei juga membacok anak buah Nus Kei di Duri Kosambi, Jakarta Barat.
Dalam kasus ini Polda Metro Jaya telah mengamankan 30 orang, termasuk John Kei. Saat ini John Kei dkk ditahan di Polda Metro Jaya.
Damai, Kita Keluarga
Nus Kei membuka peluang berdamai dengan John Kei terkait konflik yang terjadi di antara keduanya. Nus Kei berencana mengumpulkan famili yang berasal dari Pulau Kei yang ada di Jakarta untuk konsolidasi agar tidak ada lagi perpecahan.
"Damai...damailah, mau ngapain lagi, kita tuh keluarga loh, damai," Nus Kei menyampaikan harapannya, di Perumahan Green Lake City, Jakarta, Selasa (23/6/2020).
Nus Kei berharap keributan antarsaudara ini tidak terus berkepanjangan. Ia pun berencana mengumpulkan seluruh fam Kei di Jakarta untuk konsolidasi agar tidak terjadi lagi 'perang saudara'.
"Saya sudah selesai, saya sudah menerima, memaklumi atau apa, selesai ya. Jadi ke depan harus damai, saya akan kumpulkan adik-adik saya yang lain kalau bisa seluruh orang Kei yang ada di Jakarta untuk berkonsiliasi, kita jalan ke depan jangan seperti ini lagi, jadi hidup damai," tuturnya.
Nus Kei pun sangat terbuka untuk membuka komunikasi dengan John Kei. Ia berharap untuk bicara dengan John Kei.
"Kalau memang dipertemukan, kenapa tidak? Kami kan keluarga, kalau ketemu lebih baik ya, lebih elok," katanya.
Sementara itu, Nus Kei mengakui di silsilah keluarga, ia adalah paman John Kei. Sehingga, Nus Kei dan John Kei masih satu keluarga, begitu juga dengan korban meninggal.
"Semua saudara-saudara, keponakan, paman-keponakan. Yang meninggal keponakan saya juga, saudara juga. Panjang kalau jelasin silsilahnya. Yang pasti masih satu garis, satu saudara kebagi-bagi," katanya.
Rumah Hancur
Nus Kei menjadi sasaran pembunuhan John Kei. Sejumlah anak buah John Kei tidak hanya menyerang rumahnya, tetapi juga menghabisi nyawa saudaranya, Yustus Corwing Rahakbau alias Erwin.
Nus Kei menjelaskan, Minggu (21/6/2020) pagi itu ia sedang berolahraga di rumahnya di Perumahan Green Lake City, Kota Tangerang. Nus Kei melaksanakan gym hingga pukul 11.00 WIB.
"Saya masuk ke dalam, saya bikin susu suplemen tubuh, susu saya bawa keluar, pil belum saya minum. Saya lagi kocok susunya di botol, ponakan saya yang namanya Tio nerima telepon, ketika dijawab sama Tio, Angki yang tada potong jari (jarinya putus) itu bilang, 'Tio... Tio... kasih tahu papa, Om Angki dapat potong.' Tio bawa handphone ke saya, 'Pah, Angki dapat potong (dibacok, red)', 'Mana... mana?' Udah...'Angki kenapa, Angki kenapa?', 'Ini tada potong jari.' 'Di mana dapat potongnya?' 'Di Kosambi,'" beber Nus Kei dalam wawancara eksklusif dengan detikcom, Selasa (23/6/2020).
Nus Kei bersama 5 saudaranya lantas bergegas pergi menuju Duri Kosambi, Jakarta Barat. Setiba di lokasi, Nus Kei tidak mendapati Angki, melainkan Erwin, yang sudah tergeletak dalam kondisi sekarat.
"Ketika sampai TKP, kami kena macet, kami lari, kami turun ke depan, 'hah?' baru lihat kaget ada Erwin kepotong (dibacok, red), udah kasihan udah sekarat. Udah, saya bilang bawa masuk mobil, bawa masuk mobil, kita langsung ke rumah sakit," katanya.
Belum juga ia tiba di rumah sakit, Nus Kei kembali mendapatkan kabar mengejutkan dari keponakannya, Tio. Tio mengabari bahwa rumahnya telah diserang.
"Belum sampai rumah sakit, ponakan saya telepon bilang, "Om rumah sudah hancur... rumah sudah hancur...." Saya matikan telepon, saya telepon pertama istri saya, 'Mam... gimanaMam?' 'Udah Pa, kami lari semua ke atas.' 'Terus adik (anak bungsu Nus Kei yang berusia 10 tahun) gimana?' 'Adik dibawa, adik dibawa. Kami semua aman, Pa.' Udah kami langsung turunin Erwin (di rumah sakit), saya bilang, 'Tolong layanin dia, tolong, tolong.' Saya kejar ke rumah, sampai rumah sudah hancur," bebernya.
Istri dan Anak Kabur ke Atap
Istri dan anak-anak Nus Kei yang saat itu ada di rumah selamat dari penyerangan setelah menyelamatkan diri lewat atap rumah.
Dalam wawancara eksklusif dengan detikcom di Polda Metro Jaya, Jakarta, Selasa (23/6/2020), Nus Kei menjelaskan saat penyerangan terjadi pada Minggu (21/6) siang itu, di rumah hanya ada istrinya, dua anaknya, kakak perempuannya, dan keponakannya yang bernama Tio.
Seisi rumah saat itu dikejutkan dengan suara keras di depan rumah. Istri Nus Kei sempat mengira bahwa Nus Kei sudah pulang. Untuk diketahui, saat anak buah John Kei menyerang rumahnya, Nus Kei sedang ke Duri Kosambi, Jakarta Barat, untuk menolong saudaranya, Angki dan Erwin, yang dibacok.
"Mereka kan pas sampai rumah itu menurut istri saya lepas terus (dengar suara) 'dag... dug... dag... dug. Terus istri saya, 'Tio, Abang pulang kali ya?' Terus istri saya intip, 'Oh bukan.' Langsung mereka lari semua ke atas," kata Nus Kei.
Mengetahui yang datang bukanlah Nus Kei, melainkan sekelompok pria berparang, istri dan anak-anak Nus Kei langsung melarikan diri ke lantai 2.
Istri Nus Kei sempat melihat para pelaku memecahkan kaca dengan barbel seberat 15 kilogram. Anak-anak pun ketakutan hingga berteriak histeris.
"Anak saya loncat, teriak, 'Papa... Mama...,' istri saya langsung ambil anak, gendong anak, gendong adik (anak bungsu Nus Kei). Ponakan saya gendong, karena kan naik ke lantai 2, lari semua lewat atap, buka jendela belakang, keluar semua, loncat semua," terang Nus Kei.
Istri, anak bungsu, keponakan, dan kakak perempuan Nus Kei kemudian naik ke atap genteng rumah tetangga. Sedangkan satu anak perempuan Nus Kei bersembunyi di balik tembok di tempat jemuran di lantai 2.
Anak saya yang cewek kan ngumpet di situ, ketakutan dia di situ sama kakak yang perempuan," imbuhnya.
Saat menyelamatkan diri di atas genteng rumah, sebagian pelaku dari luar rumah berteriak menyerukan untuk menembak perempuan.
"Istri saya bilang (pelaku berteriak), 'Tuhtembak tuh,' anak saya kan nggak lari, dia ngumpet di situ kan ada tembok, dia ngumpetdi situ. terus itu (pelaku berteriak), 'Tembak ajaitu yang perempuan tembak aja,'" tuturnya.
Beruntung, penyerangan itu tidak berlangsung lama. Para pelaku langsung melarikan diri setelah merusak sejumlah perabotan di rumah Nus Kei dan 2 mobil Nus Kei serta 1 mobil milik tetangga.
Saat hendak meninggalkan perumahan Green Lake City, para pelaku menabrak gerbang cluster. Mereka juga sempat melepaskan tembakan sebanyak 7 kali dan melukai seorang driver ojek online.
Diperingatkan Hati-hati
Nus Kei mengetahui dirinya menjadi target penyerangan John Kei. Nus Kei bahkan sudah sering diingatkan untuk berhati-hati.
Dalam wawancara eksklusif dengan detikcom di Polda Metro Jaya, Selasa (23/6/2020), Nus Kei mengungkap bahwa dirinya sudah tahu bahwa pelaku adalah anak buah John Kei. Sebab, malam hari sebelum kejadian pada Minggu (21/6), Nus Kei sudah mendapat informasi bahwa John Kei mengumpulkan anak buahnya di markas di Medan Satria, Bekasi, untuk menyerang Nus Kei.
"Sangat tahu. Saya dari malam itu kan saya dapat informasi kalau mereka sudah kumpul-kumpul di Titian. Terus teman-teman saya sudah pada telepon, suruh supaya 'hati-hati', pertama," kata Nus Kei.
Dengan adanya peringatan itu, Nus Kei bisa memastikan bahwa penyerangan ini ada hubungannya dengan John Kei.
"Ketika mereka bilang 'hati-hati', saya sudah tahu, karena saya pernah tinggal dan hidup sama-sama dengan John Kei, saya tahu isi perutnya dia, saya tahu otaknya dia saya tahu," katanya.
"Jadi ketika mereka telepon begitu saya bilang 'kalian dengar apa?' saya tahu, 'oh nggak... yang penting Bung hati-hati, Bung hati-hati', terus saya bilang begini 'kalau dia mau datang ke rumah saya silakan saja', saya nggak mungkin lari, ini rumah saya, tempat tinggal saya pasti tetap hadapi mereka kalau mereka ke rumah saya," bebernya lagi.
Kian malam, kian banyak yang memperingatkan Nus Kei untuk hati-hati dan pergi meninggalkan rumah terlebih dahulu.
"Sudah malam lagi, makin malam telpon lagi 'Bung mending keluar dulu deh', nggak mungkin saya keluar saya bilang, 'ini rumah saya kenapa saya mesti kabur?'," tuturnya.
Pembagian Uang
Konflik pribadi antara John Refra alias John Kei dengan Nus Kei memunculkan penyerangan brutal yang menewaskan satu orang. Konflik itu sendiri dipicu permasalahan pembagian uang hasil penjualan sebidang tanah di Ambon.
Dalam wawancara eksklusif dengan detikcom di Polda Metro Jaya, Jakarta, Selasa (23/6/2020), Nus Kei mengklaim permasalahan itu sudah selesai. Ia mengaku tanggung jawabnya dalam mengurus tanah tersebut sudah selesai.
"Benar itu, apa yang disampaikan pak Kapolda itu benar, tapi itu sudah clear, sudah selesai. Kalau sampai tingkat pembagian itu belum, tetapi kalau urusan yang di Ambon itu terkait rumah sakit, tanah itu sudah selesai, clear itu. Tanggung jawab saya di situ sudah selesai," kata Nus Kei.
Menurut Nus Kei, tanah dimaksud adalah milik Yohanes Tisera alias Buke yang dipanggilnya 'Om'. Saat itu Fransiskus Refra alias Tito Kei, adik John Kei ikut membantu menangani masalah sengketa tanah itu.
"Terus karena meninggal, yang punya tanah itu namanya Om Buke (Yohanes Tisera) hubungi saya, ya udah saya undang ke Jakarta, ketemu. Kami pertemuan, kemudian disepakati ya sudah saya jalani. Tapi saya lapor ke John Kei waktu masih di (Lapas) Salemba. Jadi sebenarnya masalahnya sudah selesai, ketidaksabaran John Kei saja akhirnya terjadi dua hari lalu itu," katanya.
Menurut Nus Kei, di tanah milik Buke itu dibangun sebuah rumah sakit. Sengketa tanah telah selesai, namun John Kei disebutnya ingin agar Pemda setempat segera mencairkan dana tersebut.
"Jadi tanahnya dipakai Pemda untuk membangun rumah sakit, udah selesai masalahnya. Kalau soal pembagiannya juga John Kei belum terima, Pemerintah Daerah itu kan nggak bisa serta merta putusannya menang terus bayar itu kan tidak. Mereka itu kan ada prosesnya, birokrasi itu kan tau sendiri. dana itu kan mesti dianggarkan dulu, Pemda ajukan ke DPRD, dibahas di sana nanti kan baru disetujui, perintah bayar, baru bisa bayar," katanya.
Namun John Kei, kata dia, terus mendesaknya agar bicara ke Pemda setempat. Nus Kei menolaknya, sehingga membuat John Kei merasa dikhianati.
"Dia mau buru-buru "udah kamu cepat ke sana, minta ke Gubernur!" saya jelasin ke dia "nggak bisa, birokrasi, aturannya gak bisa kaya gitu. sekalipun saya kenal dengan Gubernur, dekat dengan Gubernur, kakak saya sekalipun tapi Gubernur nggak bisa serta merta keluarkan uang seperti itu" saya jelasin itu, tapi tetap dia nggak terima," bebernya.
Setelah bebas dari LP Nusa Kambangan, Nus Kei mencoba menemui John Kei, tetapi tidak di markasnya di Bekasi. Nus Kei tidak ingin terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, jika pertemuan dilakukan di markas John Kei.
"Karena uang itu tidak kunjung datang jadi dia merasa dikhianati, padahal sebetulnya enggak, saya saja biasa-biasa saja. Makanya waktu itu saya bilang, saya hubungi saudara-saudara saya saya bilang "udah kalian ke sana, ketemu sama dia, bicara sama dia "oke lah ketemu saya siap ketemu sama dia, tapi saya nggak mau ke rumahnya, saya sudah tahu otaknya, wataknya. Kalau saya ke rumahnya terus terjadi hal-hal yang tidak diinginkan mati konyol saya kan, saya nggak mungkin mau. Yang paling netral, paling aman itu (menyebut nama mal di Jakpus), kita ketemu di situ, kita bicara di situ, berdua di situ, netral dong. Tapi tetap dia nggak mau, dia menghindar," paparnya.
Dua Kali Pindah Rumah
Hubungan John Kei dengan pamannya, Nus Kei menjadi kurang harmonis sejak John Kei berada di LP Nusakambangan. Nus Kei mengaku kerap mendapatkan teror hingga ancaman hingga membuatnya harus berpindah-pindah rumah.
Dalam wawancara eksklusif dengan detikcom, Selasa (23/6/2020), Nus Kei menceritakan awal mula merantau ke Jakarta sekitar tahun 1992-an. Nus Kei pernah tinggal lama dengan John Kei di satu komplek yang sama di Medan Satria, Bekasi, Jawa Barat.
"Saya pindah ke Titian itu udah tahun berapa saya juga sudah lupa itu, saya satu kompleks dengan dia, saya di blok D1," kata Nus Kei.
Namun belakangan setelah hubungannya dengan sang keponakan tidak membaik, Nus Kei dan keluarganya memutuskan untuk pindah rumah. Nus Kei mengaku tidak nyaman lagi tinggal bersama John Kei.
"Nggak nyaman itu bukan saya saja yang ngerasain, tapi istri dan keluarga saya, bahkan anak-anak saya, ya pindah lah. (Pindah) ya itu, karena hubungan kami aja ketika dia yang di Nusakambangan karena prosesnya yang kasusnya di Ambon itu kan, makanya udah jadi nggak nyaman hubungannya," kata Nus Kei.
Komunikasi John Kei dengan Nus Kei semakin memburuk setelah John Kei ditahan di LP Nusakambangan.
"Dia sejak keluar (LP Nusakambangan) itu komunikasi udah jarang, sebelum keluar dari Nusakambangan. Saya terakhir besuk dia itu tahun berapa saya lupa, waktu itu komunikasi masih baik memang kami hampir tiap bulan besuk ke sana. Setelah kejadian itu masalah Ambon itu bikin kami ya udah jadi terputus, agak lama sih," katanya.
"Telepon bahasanya sudah kayak kebun binatang, ngapain lagi saya di situ?," sambungnya.
Nus Kei kemudian memutuskan untuk pindah ke Bintara, Bekasi. Di sana dia sempat tinggal selama 3 tahun hingga kembali mendapatkan teror. Setiap hari gerak-gerik Nus Kei diawasi hingga dibuntuti.
"Di Bintara kurang lebih 3 tahun, waduh semakin nyata lagi ancamannya, bukan telepon lagi. Sudah lah pindah aja. Ada mobil yang pantau pergerakan saya ke mana -mana, saya ditungguin. diikutin. Saya pindah ke Green Lake ini, kejadian di Green Lake ini malah makin nyata," tuturnya.
Setelah pindah beberapa bulan ke Green Lake City, Nus Kei mengaku semakin mendapatkan teror dan ancaman. Nus Kei bahkan sudah mendapat informasi bahwa John Kei mengumpulkan anak buahnya di markas di Medan Satria, Bekasi, untuk menyerang dirinya.
"Sangat tahu. Saya dari malam itu kan saya dapat informasi kalau mereka sudah kumpul-kumpul di Titian. Terus teman-teman saya sudah pada telepon, suruh supaya 'hati-hati', pertama," kata Nus Kei.
Dengan adanya peringatan itu, Nus Kei bisa memastikan bahwa penyerangan ini ada hubungannya dengan John Kei.
"Ketika mereka bilang 'hati-hati', saya sudah tahu, karena saya pernah tinggal dan hidup sama-sama dengan John Kei, saya tahu isi perutnya dia, saya tahu otaknya dia, saya tahu," katanya.
"Jadi ketika mereka telepon begitu saya bilang 'kalian dengar apa?' saya tahu, 'oh nggak... yang penting Bung hati-hati, Bung hati-hati', terus saya bilang begini 'kalau dia mau datang ke rumah saya silakan saja', saya nggak mungkin lari, ini rumah saya, tempat tinggal saya pasti tetap hadapi mereka kalau mereka ke rumah saya," bebernya lagi.
Tahu Isi Perut-Otak John Kei
Nus Kei sangat yakin bahwa di balik penyerangan brutal Minggu 21 Juni siang lalu adalah John Refra alias John Kei. Nus Kei meyakini hal ini karena sudah banyak yang memperingatkannya untuk berhati-hati.
Dalam wawancara eksklusif dengan detikcom, Selasa (23/6/2020), Nus Kei mengaku mendapatkan informasi bahwa dirinya menjadi target John Kei. Hal itu ia ketahui pada malam hari sebelum penyerangan terjadi atau tepatnya Sabtu (20/6) malam. Sehingga ia pun yakin bahwa para pelaku penyerangan adalah anak buah John Kei.
"Sangat tahu. Saya dari malam itu kan saya dapat informasi. Kalau mereka sudah kumpul-kumpul di Titian. Terus teman-teman saya sudah pada telepon, suruh supaya hati-hati, pertama," kata Nus Kei.
Peringatan itu semakin membuatnya yakin bahwa John Kei ada di balik penyerangan ini.
"Ketika mereka bilang 'hati-hati', saya sudah tahu, karena saya pernah tinggal dan hidup sama-sama dengan John Kei, saya tahu isi perutnya dia, saya tahu otaknya dia saya tahu," ujar Nus Kei.
"Jadi ketika mereka telepon begitu saya bilang 'kalian dengar apa?' saya tahu, 'oh nggak... yang penting Bung hati-hati, Bung hati-hati', terus saya bilang begini 'kalau dia mau datang ke rumah saya silakan saja', saya nggak mungkin lari, ini rumah saya, tempat tinggal saya pasti tetap hadapi mereka kalau mereka ke rumah saya," bebernya lagi.
Malam hari sebelum penyerangan terjadi, Nus Kei sempat diperingatkan untuk menyingkir terlebih dahulu dari kediamannya di Perumahan Green Lake City, Kota Tangerang.
"Sudah malam lagi, makin malam telpon lagi 'Bung mending keluar dulu deh', nggak mungkin saya keluar saya bilang, ini rumah saya kenapa saya mesti kabur?," tuturnya.
Sebelum-sebelumnya, Nus Kei juga mengaku sering mendapatkan ancaman dan teror.
"Terakhir kemarin Hari Sabtu, saya bilang begini saya lagi di Plaza Indonesia "hei kau nggak usah telpon, mau shopping nggak?" saya ajak dia (peneror) shopping "kau mau shopping nggak? saya di Plaza Indonesia, tahu shopping nggak? kau datang sini, biar saya belikan baju, saya lagi di Louis Vuitton" saya share location ke dia "kau datang ke sini ya, jam 7 tutup ini, kau cepat ya"," tutur Nus Kei.
Daftar Nomor 1 untuk Dibunuh John Kei
Persoalan bagi uang hasil penjualan tanah di Ambon membuat Agrapinus Rumatora alias Nus Kei berseteru dengan John Refra alias John Kei. Nus Kei mengaku mendapatkan informasi dirinya menjadi sasaran utama John Kei untuk dihabisi.
"Kalau daftar itu kan saya tahu dari teman saya juga. Saya bilang, 'Apa saya ini teroris orang nomor satu mesti pakai daftar bunuh?'," kata Nus Kei dalam wawancara eksklusif dengan detikcom, Selasa (23/6/2020).
Menurut informasi yang diperoleh Nus Kei, ada beberapa nama lain yang menjadi target John Kei untuk dihabisi.
"Saya tahu karena teman-teman saya bilang, 'Bang, hati-hati. Abang itu nomor satu di atasnya', terus di bawahnya ku tanya siapa-siapa lagi? Disebut itu pokoknya ada banyak deh, ada belasan di bawah sana itu, 'Pokoknya Abang nomor satu', ada di handphone anak-anak ditunjukkin di board itu ditulis. 'Nggakl ah, itu kan cuma tulisan, belum tentu dia lakukan'. Eh, ternyata dia lakukan, pikir saya salah di situ," jelas Nus Kei.
Nus Kei sempat berpikir John Kei tidak akan senekat itu. Apalagi John Kei dan Nus Kei memiliki pertalian keluarga.
"Kalau nekat ya memang dia seperti itu, cuma saya pikir, 'Ah, tidak mungkin karena kami masih keluarga dekat, nggak mungkin sampai senekat itu'," imbuhnya.
Nus Kei Minta John Kei Mengaku
NusKei meminta JohnKei mengakui perbuatannya. Nus Kei mengaku sudah memaafkan yang bersangkutan.
"Saya pesan, dia mengaku saja, dia mengakui sudah berbuat, mengakui itu, berani bertanggungjawab. Karena saya berjiwa besar, saya ampuni dia dan saya maafkan dia," ujarnya.