Jakarta -
Seorang pria di Sula, Maluku Utara, diklarifikasi oleh Polres Sula karena menuliskan lelucon dari Presiden ke-4 RI Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Lelucon populer itu berisi cerita tiga polisi jujur versi Gus Dur. Begini sejarah lelucon itu.
Candaan itu sudah banyak disampaikan dan dimuat di buku-buku tentang Gus Dur, di antaranya di buku 'Mati Tertawa Bareng Gus Dur' karya Bahrudin Achmad, 'Koleksi Humor Gus Dur' karya Guntur Wiguna, 'Tertawa Ala Gus Dur, Humor Sang Kyai' karya Imron Nawawi, dan buku-buku lainnya. Namun tidak semua buku menjelaskan perihal konteks munculnya lelucon ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Buku karya Muhammad Zikra berjudul 'Tertawa Bersama Gus Dur: Humornya Kiai Indonesia', menjadi salah satu buku yang menerangkan konteks munculnya lelucon ini.
Ceritanya, Gus Dur sedang ngobrol-ngobrol santai dengan para wartawan di rumahnya, Jalan Warung Silah, Ciganjur, Jakarta Selatan. Keluarlah lelucon soal tiga polisi jujur itu.
"Lelucon yang sebenarnya juga kritikan itu dilontarkan untuk menjawab pertanyaan wartawan perihal moralitas polisi yang kian banyak dipertanyakan," tulis Muhammad Zikra di halaman 20 buku itu.
Lalu Gus Dur menjawab pertanyaan wartawan seraya berseloroh, "Polisi yang baik itu cuma tiga. Pak Hugeng almarhum bekas Kapolri, patung polisi, dan polisi tidur."
Buku dari mantan Menteri Riset dan Teknologi, Muhammad AS Hikam, berjudul 'Gus Durku , Gus Dur Anda, Gus Dur Kita' juga menjelaskan perihal konteks munculnya lelucon ini.
Tonton juga video 'Pendeta Papua Percaya Ma'ruf Amin Bisa Atasi Konflik di Papua':
Pada 2008, Hikam sedang berbincang bersama Gus Dur mengenai kasus korupsi Bank Century. Pembicaraan kemudian merembet ke soal Polri, lembaga yang dijadikan Gus Dur berada di bawah presiden, dipisahkan dari TNI. Sebagaimana diketahui, Gus Dur menjabat Presiden pada tahun 1999-2001.
Menanggapi isu kasus korupsi dan kepolisian, Gus Dur kemudian menyampaikan lelucon itu. Polri di era Orde Baru memang digunakan untuk mengawasi rakyat, namun itu perlu diubah di era reformasi.
"Nah, Polri memang sudah lama menjadi praktik kurang bener itu, sampai guyonan-nya kan hanya ada tiga polisi yang jujur: Pak Hoegeng (Kapolri 1968-1971), patung polisi, dan polisi tidur... hehehe...," demikian kata Gus Dur sebagaimana disampaikan kembali di situs NU Online.
detikcom menghubungi AS Hikam. Menurutnya, lelucon itu sudah disampaikan Gus Dur sebelum momen tahun 2008 itu. Konteksnya bisa jadi berbeda-beda antara satu kesempatan dengan kesempatan lainnya.
"Gus Dur itu kan guyonnya macam-macam, jadi waktu saya mendengarkan guyon tentang polisi yang jujur itu bukan baru, pastinya Gus Dur sudah pernah bercerita soal itu di tempat-tempat lain," kata Hikam kepada detikcom, Kamis (18/6/2020).
AS Hikam (Ari Saputra/detikcom) |
Dia sudah mendengar kabar soal warga yang dimintai keterangan oleh polisi gara-gara menuliskan ulang guyonan Gus Dur di Facebook. Hikam menilai polisi tidak perlu terlalu serius menanggapi guyonan dari Gus Dur itu.
"Aparat itu mesti paham lah soal humor. Ini karena nanti bisa jadi backlash juga ke polisi. Saya yakin itu karena saking 'semangat'-nya oknum polisi saja. Saya yakin itu karena oknum individual yang saking semangat. Kita nggak tahu kenapa dia bisa begitu, mungkin nggak pernah guyon," tutur Hikam.
Hikam mengingatkan soal suasana rezim lawas Uni Soviet yang antihumor. Pada 1986, Gus Dur sendiri pernah menuliskan kata pengantar untuk buku 'Mati Ketawa Cara Rusia' (disunting oleh Z Dolgopolova).
"Di Zaman Orde Baru, buku 'Mati Ketawa Cara Rusia' itu sangat populer. Biasanya rezim-rezim tertutup itu memang antihumor, tapi malah mereka sendiri dijadikan humor. Jangan sampai kita dianggap begitu," kata Hikam.
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini