Kanwil Kementerian Agama (Kemenag) Banten ikut prihatin ada guru honorer Madrasah Tsanawiyah (MTs) di daerahnya yang curhat gajinya minus jika dihitung dengan kebutuhan sehari-hari. Anggaran untuk gaji honorer juga dinilai terbatas.
"Sepertinya swasta bisa jadi, karena swasta di daerah selatan memang memprihatinkan. Saya hanya ikut prihatin karena memang disamping saya baru, anggaran untuk itu terbatas. Saya ikut prihatin kalau swasta, sepertinya itu (MTs) swasta," ujar Kepala Bidang Pendidikan dan Madrasah Kemenag Banten Miftahudin Djabby melalui sambungan telepon, Jumat (12/6/2020).
Sebetulnya, ia menyampaikan bahwa untuk MTs kategori negeri sudah tak ada yang menggaji honorer Rp 100 ribu. Rata-rata, honorer negeri diberi upah Rp 1,5 juta yang biayanya diambil dari biaya belanja pegawai.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tapi, kemungkinan ada MTs yang memberi upah Rp 100 ribu masih ada tapi di MTs swasta. Termasuk di daerah selatan Banten yang upah guru honorernya memprihatinkan.
"Kalau itu mungkin swasta, kalau di negeri nggak ada saya kira Rp 100 ribu. Kalau di swasta yang muridnya sedikit bisa jadi karena memang kan itu diambil dari BOS (Bantuan Operasional Sekolah)," katanya.
Sebelumnya, seorang guru honorer dan juga komedian di MTs di Banten Mamduh Jamaludin meluapkan isi hatinya melalui video di Twitter sehingga viral. Ia menyebut bahwa gaji Rp 100 ribu cukup tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Rupiah sebesar itu bahkan lebih besar dibandingkan nilai ujian nol yang sering didapat Nobita di film kartun Doraemon.