.webp)
Seorang pakar kesehatan terkemuka Amerika Serikat (AS), Dr Anthony Fauci, menyatakan dukungan untuk Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Namun Dr Fauci menolak untuk mengkritik Presiden Donald Trump yang memutuskan hubungan antara AS dan WHO terkait penanganan pandemi virus Corona (COVID-19).
Seperti dilansir CNN, Jumat (12/6/2020), dukungan untuk WHO itu disampaikan Dr Fauci yang menjabat Direktur Institut Nasional untuk Alergi dan Penyakit Menular AS dalam wawancara dengan media Kanada, CBC.
"Saya telah berurusan dengan WHO selama empat dekade. Saya memiliki beberapa kolega yang pernah berinteraksi dengan saya dan masih terus berinteraksi. Saya memiliki hubungan yang sangat baik dengan Direktur Jenderal WHO," ucap Fauci merujuk pada Dirjen WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"WHO merupakan organisasi yang tidak sempurna. Organisasi itu tentu pernah mengambil beberapa langkah yang salah tapi juga telah melakukan banyak hal baik. Dunia ini membutuhkan WHO," tegas Fauci, yang juga merupakan anggota Satuan Tugas Virus Corona Gedung Putih.
"Saya harap kita akan terus mendapat manfaat dari apa yang bisa dilakukan WHO -- pada saat bersamaan agar mereka terus meningkatkan diri mereka sendiri," imbuh penasihat kesehatan Gedung Putih itu.
Pekan lalu, Direktur Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC), Dr Robert Redfield, menyatakan lembaganya masih terus melakukan kerja sama erat dengan WHO, meskipun Trump mengumumkan pemutusan hubungan. Dalam sesi rapat dengar pendapat dengan parlemen AS soal respons virus Corona, Redfield menyatakan bahwa CDC masih bekerja sama dengan WHO hingga beberapa waktu terakhir.
Diketahui bahwa pada akhir Mei lalu, Trump mengumumkan bahwa dirinya memutuskan hubungan AS dengan WHO. Trump menyebut WHO telah gagal berbuat banyak untuk memerangi penyebaran awal virus Corona. "Karena mereka gagal melakukan reformasi yang diminta dan sangat dibutuhkan, kita hari ini akan mengakhiri hubungan kita dengan Organisasi Kesehatan Dunia," kata Trump kepada wartawan di Gedung Putih pada 29 Mei lalu.
(nvc/ita)
