Ibarat jatuh tertimpa tangga itu jadi gambaran nasib para petani jagung di daerah Blora Selatan. Di masa pandemi virus Corona (COVID-19), tanaman para petani justru rusak dimakan hama tikus.
Petani hutan di Dusun Karanganyar, Desa Gembyungan, Kecamatan Randublatung, Sunadi (39) sampai kehilangan kata-kata untuk menggambarkan kesusahannya. Tanaman jagung yang siap dipanen itu kini habis jadi santapan tikus-tikus.
"Wis gak isa sambat aku, Mas. Kahanan angel, dhuwit angel tekan jagung ape panen dipangan tikus (Sudah nggak bisa mengeluh saya, Mas. Keadaan sudah susah, duit sulit didapat sampai jagung siap panen malah dimakan tikus)," kata Sunadi saat ditemui detikcom di ladangnya, Kamis (11/06/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hal senada juga dikeluhkan Suwarno (52), petani asal Dusun Nglumpang, Desa Gembyungan, Kecamatan Randublatung. Dia juga tinggal menghitung masa panen, namun harapannya pupus gara-gara hama tikus merusak semua tanaman jagungnya.
Padahal, dia juga sudah berusaha membasmi hama tikus itu dengan racun maupun sistem gropyok (diserbu ramai-ramai) namun tak juga berhasil.
"Kami bersama para petani yang lain sudah melakukan upaya untuk membasmi tikus namun setiap hari hama tikusnya bertambah banyak," keluh Suwarno.
Cerita pilu juga dialami Lasirah (68). Petani asal Desa Ngraho, Kecamatan Kedungtuban ini sudah empat kali gagal panen gegara dimakan hama. Padahal, benih jagung yang dia tanam merupakan hasil dari meminjam uang koperasi. Dia pun bingung harus membayar utangnya itu.
"Mbahe icir ping 3 ra ana hasile, iki iciran ping 4 wis meh klobot yo entek. Mbuh, Mas, wonge diserang virus, tandurane diserang tikus. (Nenek ini sudah menanam 3 kali tidak ada hasilnya, ini tanaman ke 4 kalinya hendak panen ya habis. Nggak tahu, Mas, orangnya diserang virus, tanamannya diserang tikus)," keluh Lasirah.
Dimintai konfirmasi, Kepala Bidang Tanaman dan Pangan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Blora, Lilik Setyawan mengatakan pihaknya telah berupaya mengantisipasi hama tikus. Upaya itu dia lakukan lewat petugas Pengendali Organisme Pengganggu Tanaman (POPT).
Simak juga video 'Puluhan Hektar Sawah di Polman Gagal Panen Akibat Banjir':
Lilik juga menuturkan pihaknya juga telah melakukan upaya gropyokan untuk membasmi hama tikus. Dia menyebut upaya itu dilakukan dengan gotong-royong membasmi hama tikus secara manual.
"Kegiatan ini di lakukan swadaya dengan masyarakat kelompok tani di setiap wilayah yang terserang hama tikus," ucap Lilik.
Kemudian langkah lain yaitu dengan menggunakan agen hayati berupa burung hantu (Tyto alba). Salah satu cara memanggil predator alami tikus ini yakni dengan membuat kotak atau boks di sekitar lahan pertanian.
"Biasanya burung hantu akan menempati asalkan tidak di tembak para pemburu burung," terang Lilik.
Dia pun menyarankan agar para petani Kabupaten Blora bergabung dalam kelompok tani daerahnya masing-masing. Sebab, selain untuk kepentingan organisasi benih jagung maupun padi bantuan dari pemerintah disalurkan melalui kelompok tani.
"Jika petani tidak dapat bantuan benih, biasanya petani yang bersangkutan belum gabung di kelompok tani. Sepengetahuan kami, rata-rata yang gabung pernah dapat," jelasnya.
Lilik menambahkan hama tikus menyerang paling parah di lima Kecamatan di Kabupaten Blora. Antara lain yaitu Kecamatan Jati, Kecamatan Randublatung, Kecamatan Kradenan, Kecamatan Kedungtuban dan Kecamatan Cepu.
"Untuk kecamatan lainnya tidak begitu parah," katanya.
Menurut catatan yang disampaikan, terhitung sejak Januari hingga Mei 2020, serangan organisme pengganggu tanaman (OPT) hama tikus telah merusak tanaman para petani Kabupaten Blora dengan keterangan luas tambah serangan (Lts) 1.099 hektare dan dinyatakan telah sembuh (S) 551 hektare.