Kutuk Rasisme Struktural di AS, Ini Seruan PBB untuk Pemerintah AS

Kutuk Rasisme Struktural di AS, Ini Seruan PBB untuk Pemerintah AS

Rakhmad Hidayatulloh Permana - detikNews
Kamis, 04 Jun 2020 11:54 WIB
Kepala HAM PBB Michelle Bachelet (AFP Photo/Jewel Samad)
Foto: Kepala HAM PBB Michelle Bachelet (AFP Photo/Jewel Samad)
New York -

Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) mengutuk "rasisme struktural" di Amerika Serikat (AS). PBB juga menyuarakan kekhawatiran atas serangan terhadap para wartawan yang meliput aksi protes kematian George Floyd.

Seperti dilansir dari AFP, Kamis (4/6/2020) Kepala Hak Asasi Manusia (HAM) PBB, Michelle Bachelet bersikeras bahwa tuntutan dalam demonstrasi George Floyd yang telah meletus di ratusan kota AS perlu didengar dan diatasi, jika AS ingin maju.

"Suara-suara yang menyerukan diakhirinya pembunuhan orang-orang Afrika-Amerika yang tidak bersenjata perlu didengar," katanya dalam sebuah pernyataan, Rabu (3/6).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

ADVERTISEMENT

"Suara-suara yang menyerukan diakhirinya tindakan kekerasan polisi (kepada wartawan dan demonstran) perlu didengar. Dan suara-suara yang menyerukan diakhirinya rasisme endemik dan struktural yang merusak masyarakat AS perlu didengar," ungkapnya.

Dia berkomentar usai menyaksikan ribuan orang di seluruh Amerika Serikat (AS) menentang jam malam yang diberlakukan karena aksi protes ini. Bachelet menekankan perlunya kepemimpinan yang jelas dan konstruktif untuk membawa negara melalui krisis.

"Terutama selama krisis, suatu negara membutuhkan para pemimpinnya untuk mengecam rasisme dengan tegas; agar mereka untuk merefleksikan apa yang telah mendorong orang ke titik didih; untuk mendengarkan dan belajar; dan untuk mengambil tindakan yang benar-benar mengatasi ketidaksetaraan," tuturnya.

Simak video 'Soal George Floyd, Paus Fransiskus: Kita Tak Bisa Tolerir Rasialisme':

Sementara itu Presiden AS Donald Trump menolak peran presidensial tradisional dalam mengatasi kerusuhan ini. Dia telah bersumpah untuk memerintahkan pasukan militer untuk bertindak tegas terhadap demonstrasi yang meluas itu.

Bachelet mengatakan, gas air mata dan peluru karet, serta semprotan merica telah ditembakkan ke demonstran dan wartawan yang meliput demonstrasi.

Bachelet menyuarakan kekhawatiran khusus karena setidaknya 200 wartawan telah diserang atau ditangkap saat meliput aksi itu, meskipun memiliki kartu identitas pers yang jelas.

"Apa yang terjadi adalah serangan tak terduga terhadap jurnalis," katanya, menunjukkan bahwa "dalam beberapa kasus mereka telah diserang atau bahkan ditangkap saat sedang siaran."

"Ini jauh lebih mengejutkan, mengingat bahwa kebebasan berekspresi dan media adalah prinsip dasar di AS, pusat identitas negara," kata mantan Presiden Chile itu.

"Wartawan harus dapat melakukan pekerjaan penting mereka bebas dari serangan atau penindasan."

Bachelet juga meminta para demonstran untuk menahan diri. Selain itu, dia juga menyuarakan keprihatinan mendalam atas pernyataan yang berusaha menyebut demonstran sebagai teroris. Dia mengakui bahwa "rasisme struktural dan kekerasan polisi" ditemukan dalam aksi protes itu.

Tetapi dia memperingatkan bahwa "kemarahan yang kita lihat di AS, meletus ketika COVID-19 memperlihatkan ketidaksetaraan yang mencolok di masyarakat, menunjukkan mengapa reformasi yang luas dan dialog inklusif diperlukan di sana untuk memutus siklus impunitas atas pembunuhan oleh polisi dan ras. Bias dalam kepolisian."

Halaman 2 dari 2
(rdp/ita)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads