Fraksi PDIP DPRD DKI menyetujui jika Pemprov menghentikan masa pembatasan sosial berskala besar (PSBB). Namun, PDIP meminta kebijakan new normal setelah masa PSBB harus tetap diawasi ketat.
"Penerapan kebijakan new normal harus dibarengi dengan pengawasan yang sangat ketat," kata Ketua Fraksi PDIP DPRD DKI Gembong Warsono, ketika dihubungi, Rabu (3/6/2020).
Menurutnya jangan sampai masyarakat mengartikan new normal sebagai bentuk kebebasan. Gembong mengatakan akan sangat fatal dampaknya jika masyarakat bertindak bebas usai PSBB.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sebab kalo new normal dianggap oleh masyarakat sebagai kebebasan, akan berakibat fatal dan ongkosnya teramat mahal.
Maka membangun kesadaran kolektif masyarakat menjadi hal yang sangat penting," ujarnya.
Gembong menyarankan agar Pemprov DKI melakukan evaluasi secara menyeluruh memetakan wilayah yang termasuk zona merah dan hijau. Dia mengatakan perlu ada perhatian khusus terkait wilayah zona merah.
Simak video 'Pesan Pemerintah dalam Menyambut Kehidupan Normal Baru':
Menurutnya, wilayah tersebut ditunda dulu penerapan new normal. Begitu juga dengan sekolah agar tetap ditutup sementara.
"Pemprov dapat melakukan evaluasi menyeluruh, dan memetakan, daerah-daerah yang dikategorikan masuk klaster hijau, dapat diterapkan new normal, tempat-ibadah dapat dibuka, namun dengan penerapan protokol kesehatan yang ketat, kemudian daerah yang dikategorikan merah tunda dulu penerapan new normalnya. Khusus sekolah kami berpendapat jangan diterapkan new normal dulu," ucapnya.
Untuk diketahui, DKI Jakarta telah menerapkan PSBB sejak 10 April dan sudah mengalami dua kali perpanjangan. Jadi, sejauh ini sudah mengalami tiga kali masa PSBB dan besok merupakan hari terakhir PSBB di DKI Jakarta, jika tidak ada perpanjangan lagi.
Per akhir Mei, angka reproduksi efektif (Rt) COVID-19 di Jakarta dinyatakan turun lagi. Pihak yang menghitungkan angka reproduksi efektif (Rt) untuk Pemprov DKI adalah tim Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI).
"Tren Rt-nya terus menurun," kata anggota tim FKM UI, Pandu Riono, kepada detikcom, Selasa (2/6).
Hitung-hitungan dimulai pada 18 Mei. Saat itu, angka median Rt menunjukkan 1,09; low Rt sebesar 0,94; dan high Rt 1,22. Pada 25 Mei alias sepekan kemudian, angka Rt sudah turun. Median Rt menjadi 1,06; low Rt menjadi 0,92; dan high Rt menjadi 1,19.
Hitung-hitungan terakhir, yakni pada 31 Mei, angka Rt turun lagi ketimbang sepekan sebelumnya. Median Rt menjadi 1,00; low Rt menjadi 0,87; dan high Rt menjadi 1,13. Penyebab turunnya Rt untuk Jakarta ini adalah penerapan PSBB, layanan tes, dan contact tracing.