Presiden Joko Widodo (Jokowi) menurunkan penyebaran virus Corona dengan cara pendisiplinan warga hingga penggencaran sosialisasi mengenai protokol kesehatan menuju normal baru (new normal). Pakar penyebaran penyakit menular mendukung cara Jokowi dalam mengendalikan Corona.
"Yang terpenting adalah menyadarkan masyarakat. Masyarakat perlu tahu dulu mengenai kegunaan protokol kesehatan, misalnya memakai masker, menjaga jarak, hingga mencuci tangan dengan sabun. Bila masyarakat paham, maka nantinya akan lebih mudah menjalankan kehidupan normal baru," tutur epidemiolog dari Universitas Airlangga (Unair), Laura Navika Yamani, Rabu (27/5/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
SARS-CoV-2 menular lewat droplet atau cairan dari bersin, batuk, hingga yang keluar lewat mulut dan hidung. Potensi penularan akan lebih besar bila pergerakan masyarakat tidak dibatasi, perkumpulan orang tidak dikendalikan, warga tidak mengenakan masker, dan cuci tangan memakai sabun tidak sering dilakukan. Protokol kesehatan berupa menjaga jarak, mengenakan masker, dan mencuci tangan dengan sabun perlu terus disosialisasikan ke masyarakat. Ini tak akan mudah.
"Untuk membentuk habit itu tidak gampang. Perlu dilakukan edukasi dan sosialisasi secara masif. Itu harus terus dilakukan. Bahkan banyak masyarakat dalam PSBB yang tidak paham dan akhirnya melanggar, sebab mereka tidak tahu pentingnya masker, pentingnya menjaga jarak, dan pentingnya menghindari kerumunan," kata Laura.
Sosialisasi akan lebih efektif bila dilakukan secara personal, bukan hanya lewat saluran-saluran publik. Pesan-pesan lewat WhatsApp (WA) bisa lebih efektif karena bisa menyentuh pribadi masyarakat, apalagi bila informasi-informasi di WA berkaitan langsung dengan orang-orang terdekat yang menjadi sasaran sosialisasi. Namun sosialisasi kadang juga tidak mempan. Masyarakat bisa saja membandel.
"Yang kini perlu adalah penegasan, kalau tidak bisa diingatkan maka perlu ada tindakan. Tugas aparat untuk menertibkan. Orang-orang kita ini perlu penegakan aturan, perlu ada konsekuensi seperti peringatan dan denda," kata Laura.
Tonton juga video Jokowi Minta Penanganan Corona di Jatim Diperhatikan, Ada Apa?:
Bila kebiasaan masyarakat untuk menjalankan protokol kesehatan penanggulangan COVID-19 sudah terbentuk, maka angka reproduksi dasar (R0) dan angka reproduksi efektif (Rt) bisa turun, soalnya aktivitas yang berpotensi mengakibatkan penularan sudah berkurang. Di saat itulah new normal atau kenormalan baru bisa dijalankan, masyarakat bisa bekerja produktif di luar rumah asalkan tetap menjalankan protokol kesehatan.
"Kalau work from home terus, stay at home terus, maka akan ada yang dirugikan yakni sektor ekonomi. Cepat atau lambat, kita harus menjalani kehidupan sebagaimana yang seharusnya dijalani. Namun, kita tidak akan bisa kembali 100% seperti sebelum COVID-19, kita masih ada di bawah bayang-bayang COVID-19," kata Laura.
Laura berpendapat, saat ini belum saatnya new normal diterapkan. Namun demikian, konsep new normal perlu sudah dipikirkan sejak sekarang. "Penerapannya harus menunggu kondusif, ketika kurva Corona sudah melandai dan terjadi penurunan secara konsisten dalam 14 hari, angka R0 atau daya tular mengarah ke 0," kata Laura.
![]() |
Jokowi akan menempatkan TNI dan Polri di lapangan untuk mendisiplinkan masyarakat. Jokowi yakin, dengan pendisiplinan itu, kurva kasus virus Corona di Indonesia akan semakin menurun. Jokowi mengatakan saat ini skala R0 atau nomor reproduksi dasar virus Corona di beberapa provinsi sudah di bawah 1. Dia berharap nantinya pendisiplinan terhadap masyarakat dapat terus membuat R0 semakin turun. Selain itu, sosialisasi masif juga bakal dilakukan untuk menekan angka R0 dan Rt supaya berada di bawah angka 1.
"Kalau sosialisasi ini betul-betul bisa kita lakukan secara masif, saya yakin kurva R0 dan Rt betul-betul bisa kita turunkan, dan ini sudah kita lihat di beberapa provinsi bisa kita kerjakan," kata Presiden Jokowi dalam rapat via konferensi video dengan para menteri, tadi pagi.