Dari genderang perang kampung-kampung di Kota Malang melawan COVID-19 lahir semangat gotong royong sehingga tercipta kemandirian masyarakat menghadapi pandemi Corona. Selain peran aktif Polri-TNI dalam memberikan pendampingan kepada masyarakat.
Sehingga kampung-kampung itu bisa tangguh secara pangan, keimanan, informasi, psikologi, keamanan, dan kesehatan. Kampung tangguh juga terintergrasi dengan dokter serta psikolog dari perguruan tinggi di Kota Malang yang siap membantu warga.
"Kami sudah ada 69 kampung tangguh yang menyebar di lima kecamatan yang ada, semua dikoordinir oleh masing-masing RW. Tujuannya, kampung bisa tangguh secara pangan, informasi, keimanan, psikologi, keamanan dan serta kesehatan dalam menghadapi pandemi ini," kata Kapolresta Malang Kota Kombes Leonardus Simarmata, Senin (25/5/2020).
Sementara ketersediaan bahan pangan di kampung tangguh bersumber dari para donatur serta swadaya masyarakat mampu untuk memenuhi lumbung pangan yang disiapkan. Apabila ada masyarakat yang membutuhkan, bahan pangan dapat segera disalurkan.
"Bukan saja ketersediaan pangan, di kampung tangguh juga menyiapkan beragam kebutuhan sesuai protokol COVID-19, seperti hand sanitizer, masker, tempat cuci tangan hingga disinfektan. Bagi masyarakat yang dapat langsung mengambil sesuai kebutuhan," imbuh mantan Kapolres Mojokerto ini.
Leonardus mengaku, sebanyak 574 Polisi RW yang dimiliki Polresta Malang Kota berperan untuk mengkoordinir masyarakat hingga berdirinya kampung tangguh.
Kampung-kampung yang melawan sebaran COVID-19 ini juga diberikan pelatihan pemulasaraan jenazah oleh tim khusus pemulasaran jenazah COVID-19 yang dimiliki Polresta Malang Kota.
"Kita ada, yang tidak dimiliki wilayah lain, yakni Polisi RW. Jumlahnya sebanyak 574 Polisi RW yang mengkoordinir seluruh RW dari mulai mendirikan kampung tangguh sampai dengan penerapan fungsinya selama pandemi COVID-19," ujarnya.
Kampung tangguh disebut Leonardus sebagai implementasi gagasan dari Kapolda Jawa Timur Irjen Pol Fadil Imran dalam memecahkan segala permasalahan di tengah pandemi COVID-19.
Ada dua hal yang ditekankan yaitu Problem-Oriented Policing (POP), yaitu kebijakan yang dikeluarkan berdasarkan pada permasalahan yang terjadi di wilayah tersebut. Berikutnya adalah SARA (Scanning, Analysis, Response, Assesment) yakni langkah identifikasi masalah yang tumbuh di tengah masyarakat.
"Bahwa ini semua merupakan gagasan ataupun ide dari Bapak Kapolda Jawa Timur dengan menciptakan kampung tangguh sebagai solusi pemecahan masalah dalam menghadapi pandemi COVID-19 berbasis Problem-Oriented Policing (POP), yakni kebijakan berdasarkan permasalahan di lapangan dan kedua adalah SARA (Scanning, Analysis, Response, Assesment)," imbuh Leonardus.
Tak lupa mantan Wakapolrestabes Surabaya ini menyampaikan, dukungan Universitas Brawijaya dan juga relawan memiliki peran utama dalam terciptanya kampung tangguh di Kota Malang.
"Peran dari Universitas Brawijaya dan relawan Malang Bersatu Melawan Corona (MBLC) sebagai pendukung utama lahirnya kampung tangguh di Kota Malang," tandas Leonardus. (iwd/iwd)