Jakarta -
Presiden kedua RI, Soeharto lengser pada 21 Mei 1998 usai demonstrasi terus merebak. 22 tahun berlalu, akhir cerita penguasa Orde Baru itu tercatat rapi dalam sejarah Indonesia.
Soeharto menjabat sebagai Presiden Indonesia sejak tahun 1967, menggantikan sang proklamator Sukarno. Berpuluh-puluh tahun menjabat, presiden yang dijuluki sebagai bapak pembangunan ini selalu mampu menjaga stabilitas negaranya.
Namun, memasuki tahun 1998, kepemimpinan Soeharto mulai goyah. Demonstrasi dan kerusuhan merebak dimana-mana. Dalam buku "Sejarah Pergerakan Nasional" yang ditulis Fajriudin Muttaqin, dkk, ditulis demonstrasi mahasiswa ini bermula lantaran krisis ekonomi yang menghantam Indonesia pada tahun 1998.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kegoyahan ekonomi ini merupakan bagian dari akibat krisis finansial di kawasan Asia. Lantas, rakyat pun mulai kehilangan kepercayaan kepada presiden Soeharto yang sudah berkuasa selama 32 tahun. Soeharto sudah dianggap tidak mampu lagi mengatasi krisis berkepanjangan ini.
Mahasiswa pun menuntut Soeharto agar lekas turun dari tampuk kekuasaan. Namun, Soeharto tetap pada pendiriannya untuk melakukan reformasi usai tahun 2003. Protes para mahasiswa pun makin tak terbendung lantaran reformasi tak kunjung terlaksana. Aksi demonstrasi bermunculan kembali di sejumlah daerah. Seperti di antaranya, Jakarta, Yogyakarta, Bandung, Ujungpandang dan daerah lainnya.
Kemudian dampak dari peristiwa demonstrasi pun semakin membara. Apalagi setelah disiram oleh kenaikan harga bensin, yang mana dari harga Rp 700 menjadi Rp 1.200. Meledaklah peristiwa 12 Mei yang dikenal dengan tragedi Trisakti. Kekacauan pecah saat mahasiswa Trisakti dihalangi saat hendak menuju Gedung DPR.
Aparat keamanan akhirnya mengeluarkan tembakan peringatan. Namun, tembakan itu bukan peluru karet, melainkan peluru besi. Mahasiswa pun kocar-kacir pergi menyelamatkan diri, sebagian bahkan ada yang berlindung di gedung kampus Trisakti. Namun, tembakan itu justru mengenai beberapa mahasiswa. Hingga akhirnya empat mahasiswa gugur dalam peristiwa ini. Mereka adalah Elang Mulia Lesmana (1978-1998), Heri Hertanto (1977-1998), Hafidin Royan (1976-1998) dan Hendriawan Sie (1975-1998). Sedangkan mahasiswa lainnya luka-luka dan dibawa ke RS Sumber Waras.
Akhirnya Soeharto Lengser
Melihat dampak dari sejumlah demontrasi dan tragedi berdarah Trisakti ini, sidang paripurna pun diusulkan untuk digelar. Masih dari buku "Sejarah Pergerakan Nasional", dijelaskan bahwa Ketua DPR/MPR Harmoko menyatakan bahwa kepada pers, Wakil Ketua dan Ketua Dewan setuju menggelar sidang paripurna pada 19 Mei 1998.
Sejumlah tokoh turut diundang ke Istana untuk berdiskusi soal masalah ini. Mereka adalah Emha Ainun Nadjib, Megawati, Amien Rais, Yusril Ihza Mahendra, Nurcholis Madjid dan tokoh lainnya. Hingga hasilnya, pada hari Kamis, 21 Mei 1998, Soeharto menyatakan bahwa dirinya melepaskan jabatannya sebagai Presiden.
"Saya memutusken untuk menyataken berhenti dari jabatan saya sebagai Presiden Republik Indonesia terhitung sejak saya bacaken pernyataan ini, pada hari ini, Kamis 21 Mei 1998," ucap Presiden Soeharto kala itu.
Berita lengsernya Soeharto ini pun disambut oleh hiruk-pikuk kegembiraan dari masyarakat. Namun, terlepas dari segala kontroversinya, tetap ada pula rakyat yang tetap mengenang Soeharto sebagai pemimpin yang berjasa pada negeri ini.
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini