Kasus COVID-19 di Surabaya mencapai 1.169 kasus. Ada satu wilayah di Surabaya yang menerapkan Kampung Tangguh Cegah COVID-19 yang berada di Jalan Kedung Baruk.
Kampung ini mendapat perhatian khusus dari Gubernur Jatim, Khofifah Indar Parawansa karena ada 115 warga yang reaktif saat dirapid-test. Selain itu ada 21 yang sudah dipindah ke hotel untuk isolasi mandiri karena Corona.
"Jadi Kampung Tangguh ini langsung dikomandani oleh Wakapolda dan Karo OPS. Ini yang kita lihat ternyata daerah yang dipilih menurut saya sudah daerah-daerah yang berisiko tinggi. Jadi bukan saja OTG di situ tetapi sudah mereka yang reaktif, satu gang saja tadi katanya ada 115 yang rapid testnya reaktif dan sudah ada 21 yang diisolasi," kata Khofifah usai mengunjungi kampung tangguh, Rabu (20/5/2020) dinihari.
Kampung Kedung Baruk ini, lanjut Khofifah, masuk dalam special treatment. Karena kampung ini merupakan salah satu second layer dari klaster Sampoerna.
"Kalau bisa ada spesial treatment dan cepat diswab, Insyaallah besok rumah sakit darurat sudah bisa beroperasi. Jadi kalau sudah diswab dan hasilnya positif, maka harus dievakuasi. Hari ini isolasi mandiri mungkin kita nomor dua kan, nomor satu harus dirawat di rumah sakit karena kalau sudah positif tentu harapannya ada treatment yang lebih khusus dan lebih serius serta lebih terukur," jelasnya.
Mantan Mensos RI ini akan mengusahakan bisa menswab 115 warga yang reaktif COVID-19 di kampung tangguh Kedung Baruk.
Ketua LPMK Kelurahan Kedung Baruk, Sugiono mengaku senang mendapat kunjungan Gubernur Khofifah dan Kapolda Jatim Irjen Pol Fadil Imran. Ia juga berterima kasih karena kampung tangguh diberi bantuan Pemprov Jatim.
"Terima kasih sudah dibantu. Selama ini sudah mengajukan bantuan lewat camat ke pemkot, tapi belum mendapat bantuan sejak (14/5) lalu. Selama ini warga di sini swadaya mandiri, padahal ini kampung lockdown," tambah Sugiono saat dikonfirmasi.
Sugiono mengaku banyak warga Kedung Baruk yang terpapar COVID-19 dan melakukan isolasi mandiri karena lokasi pemukiman berdekatan dengan PT Sampoerna. Sebagian karyawan Sampoerna diketahui juga ngekos di daerah sekitar Kelurahan Kedung Baruk Surabaya.
"Ada 115 orang yang dirapid test dua kali hasilnya reaktif dan mereka melakukan isolasi mandiri di rumah sambil menunggu jadwal tes swab. Selain itu ada 21 orang warga yang sudah di tes swab tapi hasilnya belum keluar, mereka itu sekarang diisolasi di hotel," jelas Sugiono.
Sugiono menjelaskan untuk 115 warga yang reaktif COVID-19 dari rapid test belum mendapat kejelasan kapan akan diswab. Selain itu, proses isolasi mandiri banyak menimbulkan pro kontra di masyarakat. Akibatnya warga yang terpapar merasa dikucilkan dan warga yang lain juga takut tertular.
"Karena itu kami membuka dapur umum untuk membantu pemenuhan kebutuhan warga yang terpapar Corona dengan cara swadaya dan alhamdulillah akhirnya mendapat bantuan dari Pemprov Jatim," jelasnya.
Berdasarkan hasil rapat koordinasi dengan Camat dan Kastpol PP Surabaya beberapa waktu lalu, lanjut Sugiono, pihak Pemkot Surabaya belum bisa memberikan bantuan jika hasil swab belum dinyatakan positif.
"Makanya kami swadaya mandiri karena belum ada bantuan. Warga juga binggung menunggu kejelasan kapan akan dilakukan test Swab," ungkap Sugiono.
"Alhamdulillah kita langsung dibantu berupa 1 ton beras, 200 kg telor, 200 dus mie instant dan 1000 buah masker dan vitamin C dari Pemprov Jatim," lanjutnya.
Sugiono menambahkan, sejauh ini pihak puskesmas setempat masih rutin untuk mengecek kondisi dan perkembangan warga yang reaktif COVID-19.