Seorang sopir bus, Maulana Arif Budi Satrio alias Rio (38) nekat jalan kaki dari Cibubur untuk bisa mudik ke Solo. Sebelum nekat jalan kaki, Rio yang sempat meminjam mobil pribadi itu sampai cekcok dengan petugas di tol Cikarang.
"Di sana saya berantem (dengan petugas tol,red) karena disuruh putar balik. Saya terpaksa jalan kaki. Kalau saya tetap di Jakarta, saya hanya bisa bertahan hidup lima hari," kata Rio saat ditemui di rumah karantina Grha Wisata Niaga, Solo, Senin (18/5/2020).
Sebelum meminjam mobil pribadi itu, Rio juga sudah membeli tiket bus seharga Rp 500 ribu. Namun, saat pada saat jadwalnya pulang dia justru dijemput kendaraan lain.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya sudah beli tiket bus Rp 500 ribu, tapi yang datang malah Elf. Ya saya tidak mau," ujar dia.
Rio berangkat dari Cibubur sejak 11 Mei 2020 usai salat Subuh. Dia hanya membawa bekal tas punggung, tas selempang dan sepatu yang dia bungkus plastik.
Berjalan sampai di Kabupaten Batang, keberadaannya diketahui teman-temannya sesama sopir bus. Dia akhirnya diantar sampai ke Solo.
"Setiap malam saya istirahat di SPBU. Kalau nggak ya tidur di warung-warung yang biasa dikunjungi sopir truk," kata warga Sudiroprajan, Jebres, Solo ini.
Tiba di Solo pada 15 Mei 2020, Rio langsung masuk ke rumah karantina Pemkot Solo. Dia dikarantina selama 14 hari.
Keputusannya nekat mudik dengan berjalan kaki itu dia pilih lantaran terpaksa. Sejak pandemi Corona, dia terkena pemutusan hubungan kerja (PHK) dan tak mendapatkan Tunjangan Hari Raya (THR).
"Saya belum digaji, tidak dapat THR. Kami di sana tidak dapat bantuan tunai," tutur Rio.