Kementerian Sosial (Kemensos) memperkuat dan mendorong layanan dukungan psikososial (LDP), selain bansos berupa sembako dan tunai, sebagai jaring pengaman sosial dampak COVID-19. Hal ini karena dampak COVID-19 bagi masyarakat juga menyangkut aspek traumatis (psikologis), selain sosial dan ekonomi.
Menteri Sosial Juliari P. Batubara mendorong jajarannya untuk memperkuat program layanan psikososial dalam mengatasi pandemi COVID-19. Ia menyatakan pandemi berdampak pada hampir semua kelompok masyarakat.
Katanya, tidak hanya masyarakat level bawah, mereka yang bekerja di sektor swasta yang biasanya mendapat pemasukan rutin, bisa tiba-tiba kehilangan penghasilan. Tak hanya itu, pemilik usaha juga bisa terancam, karena usahanya harus tutup.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Perubahan sangat cepat dan drastis ini berpengaruh psikologis dalam kehidupan kita. Kecemasan, ketakutan, kepanikan, kemungkinan akan menjadi awal yang dirasakan oleh masyarakat. Ini harus direspons Kemensos," kata Juliari dalam keterangan tertulis, Rabu (13/5/2020).
Saat menjadi pembicara kunci acara Webinar bertajuk 'Peluncuran Program Layanan Psikososial Merespon Pandemi COVID-19' pada Selasa (12/5/2020), Juliari mengatakan kalau mereka tiba-tiba jatuh miskin ini tentu bukan hanya masalah ekonomi dan sosial.
Tapi juga ada masalah psikologis. Masalah psikologis dan emosional juga muncul pada keluarga di mana salah satu anggotanya terkena COVID-19. Sebab harus terpisah akibat isolasi, stigma dan perlakuan yang tidak pantas yang mungkin timbul dari lingkungan.
"Program Layanan Psikososial bisa mengurangi beban emosi individu maupun masyarakat. Dengan kondisi emosi masyarakat yang bisa ditangani dengan baik, diyakini juga akan membantu kesiapan dan daya tahan masyarakat dalam situasi saat ini," katanya.
Namun, dalam pelaksanaannya, Kemensos tidak bisa bekerja sendiri menangani berbagai dampak pandemi. Ia mengajak semua elemen bangsa bersinergi dan berkolaborasi dengan Kemensos, baik itu pekerja sosial, asosiasi profesi, perguruan tinggi, para ahli, dan sebagainya, bekerja bersama-sama mengatasi masalah.
"Kepada semua pihak, termasuk para pekerja sosial, agar membantu mengedukasi dan memotivasi masyarakat agar terlibat aktif dalam berbagai upaya penanganan COVID-19," katanya.
"Termasuk misalnya, dalam meningkatkan kedisiplinan dalam mematuhi prrotokol kesehatan, mengenakan masker, mencuci tangan, menjaga jarak, dan sebagainya. Dengan demikian, diharapkan pendemi segera bisa berakhir," sambung Juliari.
Untuk itu, dalam kesempatan awal, Kemensos perlu menggali pendapat, pandangan, gagasan dari berbagai pihak terkait dan berkompeten, melalui seminar daring (webinar). Webinar ini melibatkan SDM kesejahteraan sosial, mahasiswa, profesional kesehatan jiwa dan psikososial, serta lembaga layanan kesejahteraan sosial dan sebagainya. Kegiatan ini akan berlangsung 2 kali dalam sebulan.
"Ke depan, mereka akan menjadi relawan untuk memberikan pendampingan layanan psikososial bagi masyarakat yang terdampak COVID-19 ini, yakni dengan menindaklanjuti kegiatan ini dengan bimbingan teknis (bimtek)," kata Kepala Badan Pendidikan Penelitian dan Penyuluhan Sosial (BP3S) Syahabuddin, yang juga menjadi nara sumber webinar.
Dijelaskan Syahabuddin, Kemensos juga membuka hotline dukungan psikososial dan konseling online 24 jam melalui nomor layanan:
Senin : 082289184427
Selasa : 087865783921
Rabu :082118619567
Kamis :081388335030
Jumat :081779413341
Sabtu :08128711019
Minggu : 081335573778
Sebagai informasi, kegiatan webinar diselenggarakan oleh BP3S serta Pusat Pengembangan Profesi Pekerja Sosial dan Penyuluh Sosial (Pusbangprof Peksos Pensos) bekerja sama dengan Ikatan Pekerja Sosial Indonesia (IPSPI) dan Konsorsium Pekerjaan Sosial Indonesia (KPSI).
(akn/ega)