Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Tulungagung berencana menurunkan status karantina wilayah di Desa Jabalsari. Sebab masa isolasi bersama 6.000 warga telah berlangsung selama 14 hari.
Juru Bicara Gugus Tugas COVID-19 Tulungagung Galih Nusantoro, mengatakan rencana penurunan status dari karantina wilayah menjadi karantina mandiri, didasarkan hasil kajian selama dua pekan terakhir, terhadap perkembangan paparan virus Corona dan upaya penelusuran yang telah dilakukan.
"Sesuai surat dari ketua Satgas, besok tanggal 7 Mei ini merupakan hari ke-14 masa karantina warga. Nah dari kajian yang kami lakukan, tren paparan COVID-19 di sana cenderung mengalami penurunan," kata Galih, Rabu (6/5/2020).
Kepastian itu didapat setelah tim dinas kesehatan melalukan tracing atau penelusuran terhadap ribuan warga yang kontak erat warga dengan pasien positif COVID-19, menggunakan rapid test. Hasilnya hanya 18 orang yang dinyatakan reaktif. Sedangkan 1.000 lebih rapid test dinyatakan non-reaktif.
Sedangkan kasus reaktif terakhir ditemukan saat rapid test pada 27 April, sehingga dimungkinkan warga tersebut terpapar Corona pada 20 April. Dengan rentang waktu yang telah melebihi 14 hari masa inkubasi virus Corona, pihaknya optimistis kasus paparan virus di daerah tersebut telah terkendali."Total warga Jabalsari yang sudah kami rapid test ada 1.183 orang, mulai yang muda sampai lansia. Terakhir itu kami melakukan tracing terhadap kontak erat terluar dari pasien positif ternyata hasilnya negatif," ujarnya.
"Rencananya tanggal 8 Mei, pihaknya akan menurunkan status karantina wilayah (satu desa) menjadi karantina mandiri," ujarnya.
Dengan perubahan status itu, nantinya akses utama warga serta jalur-jalur alternatif kampung akan dibuka kembali. Warga pun dapat keluar wilayah untuk kepentingan tertentu.
"Ya prinsipnya sama dengan stay at home, hanya saja lebih ketat. Masyarakat karantina di rumah masing-masing. Namun apabila ingin keluar untuk kebutuhan mendesak seperti berbelanja sembako atau beli obat masih boleh," jelasnya.
Galih menambahkan meski nantinya status karantina diturunkan, warga tetap diminta menerapkan physical distancing dan protokol kesehatan.
"Kami rasa untuk kasus Jabalsari, proses penanganannya cukup efektif, sehingga kasus yang terjadi tidak sampai keluar wilayah. Saat ini mereka yang positif atau reaktif telah ditangani dengan baik," jelas Galih.
Sebelumnya, kasus positif COVID-19 berawal saat salah satu warga, MA mendampingi ayahnya menjalani perawatan di rumah sakit. Ayah MA akhirnya meninggal dunia, namun karena status almarhum bukan suspect virus Corona, maka proses pemakaman dilakukan seperti biasa. Warga dan keluarga banyak yang melayat di kediaman almarhum, bahkan sempat digelar tahlilan bersama.
Selang beberapa hari kemudian MA jatuh sakit, hingga akhirnya dinyatakan positif terpapar Corona. Petugas kesehatan yang mengetahui itu langsung melakukan penelusuran. Hasilnya 18 warga dinyatakan reaktif rapid test.
Dari 18 warga tersebut sembilan di antaranya dinyatakan positif Corona dan tiga orang negatif. Sedangkan enam orang belum keluar hasil pemeriksaan swab-nya.