Ribuan pemudik di DKI Jakarta dan sekitarnya gigit jari lantaran gagal bertandang ke kampung halaman pada Lebaran tahun ini. Tercatat sebanyak 7.784 kendaraan pemudik diputar balik karena situasi pandemik.
Larangan pemerintah untuk meniadakan perjalanan antarkota dan antarprovinsi zona merah dan berstatus pembatasan sosial berskala besar (PSBB) memang tak diindahkan sebagian warga ibu kota. Sudah sepekan, aparat kepolisian terus bersiaga menghalau warga yang nekat mudik dengan segala cara.
"Data penyekatan Operasi Ketupat Jaya 2020, kendaraan yang putar balik selama tujuh hari jumlah 7.748," kata Direktur Lalu Lintas Polda Metro Jaya, Kombes Sambodo Purnomo Yogo saat dalam keterangannya, Jumat (1/5/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sambodo menerangkan, berdasarkan data Direktorat Lalu Lintas Polda Metro Jaya, jumlah kendaraan yang diputarbalikkan terbanyak ada di pos pantau Gerbang Tol Cikarang Barat, yakni 3.269. Rinciannya, sebanyak 1.996 kendaraan pribadi dan 1.273 transportasi umum.
Titik penyekatan kedua yang paling banyak memutarbalikan kendaraan pemudik adalah di Tol Bitung. Di titik ini, polisi memutarbalikkan 2.713 kendaraan pemudik yang terdiri dari 1.624 kendaraan pribadi dan 1.089 transportasi umum.
Sementara di jalur arteri, ada 1.766 kendaraan diputarbalikkan dengan rincian 595 kendaraan pribadi, 466 kendaraan umum dan 705 sepeda motor.
H+7 Larangan Mudik, Pemudik Bandel Berkurang di Tol Cikabar:
Sambodo mengungkapkan salah satu contoh warga nekat mudik terjadi di Gerbang Tol Cikarang Barat. Mereka menumpang di sebuah truk gandeng.
Saat diperiksa, sambung Sambodo, polisi memergoki sejumlah orang berada dalam truk tersebut.
"Telah diperiksa 1 unit truk dengan pengemudi bernama Ferry Edi Irawan dengan mengangkut penumpang sebanyak 6 orang," kata dia.
Pencegatan truk tersebut dilakukan Jumat pagi, pukul 10.52 WIB. Ketika truk diberhentikan, polisi meminta agar pintu keranjang truk dibuka.
Benar saja, didapati ada 6 penumpang yang bernama Ade Saputra, Tison Satria Bagus, Andikan Panji Arianto, Sucanjuk, Topik Maulana, dan Supendi. Mereka semua disembunyikan supir dalam dump atau keranjang truk.
Sambodo menjelaskan, Ferry awalnya membawa bawang ke Pasar Cibitung, Kabupaten Bekasi, dari Brebes, Jawa Tengah. Usai mengantarkan bawang, dia berniat kembali ke Brebes.
"(Dari Pasar Cibitung) pulang Brebes membawa pulang (6 penumpang). Untuk biaya nanti akan dibayar (penumpang) setelah di Brebes," beber Sambodo.
Kasi Dikmas Dirlantas Polda Metro Jaya Kompol Joko Sutriono menambahkan sang supir tidak menerima bayaran yang besar untuk mengantarkan 6 penumpang ke Brebes. Menurut Joko, Ferry hanya menerima bayaran Rp 100 ribu.
"Hanya seratus (Rp 100 ribu) gitu doang. Nggak per orang, mengganti bensin, mengganti solar, gitu loh," ucap Joko.
Warga beralasan nekat mudik lantaran sudah kekurangan uang untuk bertahan di Jakarta di tengah pandemi Corona (COVID-19).
"Karena mereka penghasilannya sudah mulai berkurang sehingga mau mudik dulu," kata Kasubdit Gakkum Ditlantas Polda Metro Jaya AKBP Fahri Siregar pada Kamis malam.
Mereka yang diberhentikan mengaku bekerja informal dan mereka tak memiliki penghasilan tetap, sehingga nekat mudik ke kampung halaman.