Masjid Agung Sang Cipta Rasa salah satu peninggalan sejarah di Kota Cirebon, Jawa Barat, yang ikonik. Masjid Agung Cipta Rasa menjadi bukti salah satu siar Islam di tanah Jawa.
Selain saksi bisu penyebaran Islam pada zaman Wali Sanga, rupanya Masjid Agung Sang Cipta Rasa juga menjadi romansa Sunan Gunung Jati. Menurut papan pemberitahuan yang ada di depan Masjid Agung Sang Cipta Rasa, masjid tersebut dibangun pada tahun 1480.
Saat itu Sunan Gunung Jati telah mempersunting Nyi Mas Pakungwati. Masjid Agung Sang Cipta Rasa merupakan aktualisasi rasa cinta Sunan Gunung Jati atau Syekh Maulana Syarif Hidayatullah kepada istrinya. Ya, Masjid Agung Sang Cipta Rasa merupakan hadiah bagi Nyi Mas Pakungwati.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Pembangunan masjid ini inisiatif Sunan Gunung Jati untuk istrinya, Nyi Mas Pakung Wati, intinya sih hadiah buat istrinya," kata Moh Ismail salah seorang pengurus Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) Agung Sang Cipta Rasa kepada detikcom, Kamis (30/4).
Pengurus masjid yang juga seorang muazin azan pitu atau azan tujuh di Masjid Agung Sang Cipta Rasa itu mengaku tak banyak literatur yang menjelaskan secara detil pembangunan masjid. Namun, menurut Ismail, masjid tersebut dibangun sekitar tahun 1840.
Baca juga: Makna Tradisi Munggahan Saat Sambut Ramadhan |
Ismail mengungkapkan sebagian masjid masih orisinal. Seperti tiang-tiang penyangga yang terbuat dari kayu. Ukurannya besar, berwarna cokelat.
Bangunan masjid dibagi menjadi dua, ruang utama dan serambi. Untuk masuk ke ruang utama, jemaah atau pengunjung harus menundukkan kepala. Sebab, pintu masuk ke ruang utama dibuat begitu kecil.
Di ruang utama masjid terdapat dua tempat khusus bagi keluarga kesultanan Cirebon, yakni persis di samping tempat imam dan saf paling belakang. Tempat khusus bagi keluarga kesultanan ini dikelilingi dengan pagar kayu, tingginya sekitar 50 sentimeter.
Ismail mengatakan arsitektur masjid merupakan percampuran antara Islam dan Hindu. Sebab, lanjut dia, Sunan Gunung Jati menunjuk dua arsitek hebat untuk membangun Masjid Agung Sang Cipta Rasa, yakni Sunan Kalijaga dan Raden Sepat.
"Raden Sepat ini bukan muslim, penganut Hindu katanya. Makanya ada nuansa Hindu di masjid ini," ujar Ismail.
Ismail menjelaskan Masjid Agung Sang Cipta Rasa sebelumnya bernama Masjid Pakung Wati, nama dari istri Sunan Gunung Jati. Kemudian, lanjut dia, nama masjid diubah pada 1970 menjadi Masjid Agung Sang Cipta Rasa.
"Karena ini kan persembahan buat istri Sunan Gunung Jati, jadi awalnya bernama Masjid Pakung Wati," ucap Ismail.
![]() |
Sementara itu, pada literatur lain menyebutkan bahwa Masjid Agung Sang Cipta Rasa dibangun sekitar tahun 1849. Seperti yang dirilis Pemprov Jabar dalam halaman resminya jabarprov.go.id.
Dalam halaman resmi Pemprov Jabar itu menyebutkan masjid bersejarah itu dibangun oleh Sunan Kalijaga dan Raden Sepat, seperti yang dijelaskan oleh Ismail. Pembangunan masjid dibuat dalam waktu semalam dan dibantu oleh 200 pekerja.
Dalam halaman resmi itu juga menyebutkan tentang makna penamaan masjid. Nama Sang Cipta Rasa merupakan pengejawantahan dari rasa dan kepercayaan.
Seperti yang diungkap Ismail, sebelumnya masjid tersebut bernama Pakung Wati. Menurut cerita rakyat, pembangunan masjid ini hanya dalam tempo satu malam. Masjid tersebut langsung digunakan untuk salat subuh setelah selesai dibangun.