Menjalani isolasi mandiri di gedung sekolah ternyata tak semudah dan sesederhana yang dibayangkan. Setidaknya hal itu dialami Lia Yulianti (19) warga Cipicung, Kecamatan Padaherang, Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat.
Meski terlihat tegar dan tenang menjalani karantina di bangunan sekolah, Lia ternyata menyimpan cerita yang cukup memprihatinkan akibat keputusannya nekat pulang kampung saat pandemi Corona atau COVID-19.
Lia sudah setahun ini bekerja di sebuah pabrik garmen di daerah Gunung Putri Kabupaten Bogor. Beberapa hari lalu, dia rupanya terkena pemutusan hubungan kerja (PHK). "Kontrak kerja habis, perusahaan tak mau memperpanjang," kata Lia, saat ditemui di sebuah ruang kelas SMP Negeri 2 Padaherang, tempat dirinya menjalani isolasi, Kamis (30/4).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Seorang perempuan lajang, tinggal di perantauan, tanpa ada pekerjaan tentu saja membuat Lia berpikir untuk pulang kampung. "Ya mau ngapain lagi. Saya ingin pulang saja, mumpung masih ada sedikit bekal," ucapnya.
Berbekal uang gaji, Rabu (29/4) malam Lia berkemas untuk mudik. Dia memutuskan untuk menumpang jasa travel. Meski ongkos travel tinggi, dia rela. "Ongkosnya Rp 600 ribu, mahal sekali. Tapi mau bagaimana lagi, katanya bus umum sudah nggak ada," ujar Lia.
Diperiksa, ditanya oleh petugas. Ya sudah saya ikuti aturannya. Ternyata saya dibawa ke SMPN 2.Lia Yulianti |
Sepanjang perjalanan lamunan Lia menerawang kampung halaman dan sanak keluarga yang sudah dirindukannya selama setahun terakhir. Namun beberapa menit lagi perjalanan sampai ke rumahnya, mobil travel yang ditumpanginya dicegat petugas gabungan di perbatasan Ciamis-Pangandaran. Padahal dari perbatasan ke rumahnya hanya tinggal 10 menit perjalanan.
Lia menjalani pendataan dan ditanya petugas. Dia menjawab apa adanya.
"Saya sampai perbatasan itu sekitar jam satu pagi. Diperiksa, ditanya oleh petugas. Ya sudah saya ikuti aturannya. Ternyata saya dibawa ke SMPN 2," tuturnya.
Bapaknya yang sudah menanti untuk menjemput di pinggir jalan pun, akhirnya disuruh menghampiri ke sekolah. "Kasihan bapak saya sudah menunggu-nunggu di pinggir jalan. Ternyata saya malah dibawa ke sekolah," ujar Lia.
Jadilah malam itu Lia tidur kedinginan karena ruang kelas yang dia tempati belum ada kasur. Hanya disediakan tikar. "Nggak ada kasur, nggak ada bantal. Sedih sekali," kata Lia.
Namun demikian di balik kesedihan itu, Lia mengaku memahami betul maksud karantina tersebut. Dia pun tak ingin menjadi pembawa virus bagi keluarganya. "Saya pasrahkan saja sama Allah," ucap Lia.
Makanya kepada warga Pangandaran yang di luar kota lebih baik jangan mudik.Bupati Pangandaran Jeje Wiradinata |
Saat ditinjau oleh Bupati Pangandaran Jeje Wiradinata, Lia sempat mengadukan nasibnya. Dia pun sempat merajuk agar bisa menjalani isolasi mandiri di rumah.
"Jadi rumah saya kan berdekatan dengan rumah kakek. Nanti kakek saya pindah dulu ke rumah saya, nah saya isolasi di rumah kakek sendirian," tutur Lia.
Mendengar keluhan Lia, Bupati Jeje rupanya tak sampai hati. Jeje akhirnya memperbolehkan Lia menjalani isolasi di rumah kakeknya yang dikosongkan.
"Tapi kades survei dulu ke lokasi. Kalau memang benar rumahnya ada, silahkan buat surat pernyataan ditandatangani kades, RT, Babinsa, Bhabinkamtibmas. Lalu janji akan menjalani isolasi dengan patuh. Kalau melanggar atau keluyuran, konsekuensinya balik lagi tinggal di sekolah," ujar Jeje.
Jeje mengatakan secara pribadi, dia pun tak tega memaksa warganya tinggal di sekolah selama 14 hari. Tapi fakta-fakta keganasan penularan virus Corona yang membuatnya terpaksa melakukan cara tersebut.
"Sebenarnya saya pun tak tega. Tapi kalau kita setengah-setengah mencegahnya, nggak bakal efektif. Makanya kepada warga Pangandaran yang di luar kota lebih baik jangan mudik. Tahan dulu, daripada memaksakan harus tinggal di sekolah atau isolasi khusus ini," kata Jeje.
Dia mengatakan kebijakan menempatkan pemudik di sekolah atau ruang isolasi khusus ini baru berlaku pada Kamis (30/4). Sehingga ada keterlambatan penyediaan sarana pendukung, termasuk kasur. "Ya saya pun menyesalkan. Sudah saya tekankan hari ini kasur harus sudah ada. Termasuk MCK dan kebutuhan makannya," kata Jeje.